Sebut Saung di Lapas Sukamiskin Hal Wajar, Patrice Rio Capella: Yang Masuk di Sana Bukan Kerbau

Sebagai mantan penghuni Lapas Sukamiskin, Rio buka suara soal saung mewah tersebut. Menurut Rio saung mewah adalah fasilitas yang wajar.

Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Wahyu Aji
TribunJabar/YouTube
Saung Lapas Sukamiskin/ Patrice Rio Capella 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H

TRIBUNJAKARTA.COM - Terpidana penerima suap Patrice Rio Capella angkat bicara soal tudingan fasilitas mewah untuk warga binaan di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.

Rio yang pernah tinggal selama 1,5 tahun di Sukamiskin, menilai saung yang ada di Sukamiskin adalah hal wajar.

Sebelumnya KPK melakukan penggeledahan pada Sabtu dini hari (21/7/2018) dan menemukan sejumlah fasilitas mewah di Lapas Sukamiskin.

Tak hanya itu, ternyata di Lapas tersebut juga terdapat saung untuk berkumpul antara warga binaan dengan tamu.

Ajukan Beberapa Pertanyaan, Rafathar Buat Pemain Film 13 The Haunted Terbahak: Hantu Makannya Apa?

TONTON JUGA

Rio Capella menyampaikan komentarnya saat hadir sebagai bintang tamu di acara Indonesia Lawyer Club (ILC), pada Selasa (24/7/2018).

Acara tersebut membahas soal fenomena fasilitas mewah di Lapas Sukamiskin.

Rio menceritakan awal mula dibuatnya saung yang saat ini sudah dibongkar oleh pihak Kementerian Hukum dan Ham.

"Saya singgung soal saung yang dianggap sebuah makanan mewah bagi warga binaan," ujar Patrice Rio Capella.

Rio menjelaskan Lapas Sukamiskin berisi tahanan yang berasal dari seluruh Indonesia.

Tahanan tersebut kerap mendapatkan kunjungan dari anggota keluarga mereka yang berasal dari luar daerah.

Sebut Zaskia Gotik Lagi Happy Liburan ke Eropa Bareng Pacar, Ruben Onsu: Kemarin Nangis Mulu

Menurut Rio kala itu ribuan tamu memenuhi Lapas Sukamiskin tiap harinya.

"Kalau 427 tahanan yang menerima tamu 200 saja, dan biasanya tamunya bergerombolan lima orang berangkat dari daerah itu biasanya berame-rame, kalau lima kali 200 berarti ada 1000 orang yang memenuhi Lapas Sukamiskin," kata Rio Capella.

Mantan Sekjen Partai NasDem ini menjelaskan kala itu Lapas Sukamiskin tidak menyediakan ruang penerimaan tamu.

Keluarga yang datang harus rela menggelar tikar, dan membuat Lapas Sukamiskin menjadi penuh.

The Secret dan Dimsum Martabak Diproduseri Raffi Ahmad, Ayu Ting Ting Sebut Filmnya Lebih Baik

"Karena Lapas Sukamiskin tak menyediakan tempat tamu yang besuk, maka tikar lah yang digelar di selasar dan tidak muat," kata Rio.

Karena hal tersebut warga binaan sepakat untuk memanfaatkan tanah kosong di belakang lapas.

Tanah kosong tersebut pada 2014 akhirnya digunakan untuk membangun saung-saung.

Punya Masalah dengan Komedo? Coba Oleskan 3 Sayuran Ini Diwajahmu Sebelum Tidur!

Menurut Rio saung tersebut digunakan untuk menerima anggota keluarga warga binaan yang datang.

"Dan warga binaaan 2014 mempunyai inisiatif bagaimana kalau tanah kosong di belakang itu dibuatkan saung yang besar agar dapat menerima keluarga," jelas Rio.

Rio juga mengatakan saung tersebut digunakan juga untuk menyambut para politisi dan pejabat yang datang berkunjung ke Lapas Suka Miskin.

"Tamu bukan hanya keluarga, karena ada juga politisi, ada mantan pejabat," ujar Rio.

"Dimana kita menerima tamu? Ya di saung itu," tambahnya.

Menurut Rio fasilitas saung tersebut adalah sesuatu yang wajar.

Tak hanya itu Rio juga mempertanyakan standarisasi orang-orang yang menyebut saung itu sebagai sesuatu yang mewah.

Ingin Wajahmu Putih Alami? Coba Pakai Masker dari Olahan Susu, 2 Youtuber Ini Sudah Membuktikan!

"Kalau dibilang mewah, mewahnya itu dimana terbuat dari bambu atapnya dari ijuk, apakah kalau menerima tamu duduknya harus di rumput?" sindir Rio.

"Standar kemewahan itu yang perlu kita samakan," tambahnya.

Menurut Rio warga binaan juga manusia yang memiliki perasaan, sehingga bisa mengalami stress bila tak didukung fasilitas yang memadai.

"Karena yang dimasukan ke sana bukan kerbau pak dia manusia, punya malu, punya pesarasaan, punya rasa salah, punya pride, punya marah," kata Rio.

Tak hanya itu Rio menganggap lapas yang membuat hidup warga binaanya menderita adalah sesuatu yang salah.

"Tidak boleh diberikan fasilitas apa-apa harus susah hidupnya, menangis setiap hari, saya pikir itu bukan konsep lapas yang benar," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved