Pilpres 2019
Pasangan Capres-cawapres Rekomendasi Ijtima Ulama Tak Wakili Ormas Islam
Rekomendasi ijtima ulama yang mengeluarkan dua opsi untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden bukan keputusan resmi sejumlah ormas Islam.
Penulis: Y Gustaman | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Rekomendasi ijtima ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Ulama yang mengeluarkan dua opsi untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden bukan keputusan resmi sejumlah ormas Islam.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dakwah Khusus PP Muhammadiyah, Muhammad Ziyad, dalam diskusi bertajuk, "Pilpres, Ijtima Ulama, dan Kepemimpinan Islam" di Sekretariat SAMAWI, Jalan Yusuf Adiwinata, Menteng, Jakarta, Minggu (5/8/2018).
"Ijtima ini (rekomendasi capres-cawapres) dilakukan bukan melalui ormas besar. Sebab ada dua ormas mainstream di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah, namun tak diajak. Hanya indinvidu-individu saja (dari NU dan Muhammadiyah)," ucap dia.
Meski demikian, rekomendasi itu, kata dia tetap sah.
Namun tak ada kewajiban untuk mengikuti rekomendasi tersebut.
Sebab, wadah perkumpulan ormas Islam di Indonesia ada di Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Di Indonesia (MUI) ini dalam komisi fatwa. Ini lahir produk keputusan-keputusan hukum," ujar Ziyad.
"Kalau di NU ada Batshul Masail. Kalau di PP Muhammadiyah ada Majelis Tarjih. Kalo di ijtima ulama ini apakah ada undangannya? Saya enggak tahu. Saya tahunya dalam konteks individu," terang Muhammad Ziyad.
Menurut dia, rekomendasi ulama biasanya hanya menyebutkan kriteria-kriteria calon pemimpin dan tidak menyebutkan nama.
Hal tersebut guna menjaga kebersamaan dan persaudaraan umat agar tidak berpolemik.
Sebab, hampir semua tokoh-tokoh Islam ada disemua partai politik.
"Dalam radar fikih memang tak disalahkan (mengungkapkan nama) tapi kan ulama biasanya gak menyebutkan nama," katanya.
Menurut dia, kriteria yang harus dimiliki seorang pemimpin itu harus memiliki wawasan yang luas, fisik dan kepribadiannya kuat, dapat dipercaya dan, memiliki Integritas yang baik.
Sementara ijtima ulama GNPF-Ulama merekomendasikan dua opsi pasangan capres, yakni Prabowo Subianto-Salim Segaf Al-Jufri dan Prabowo Subianto-Abdul Somad.
Salim Segaf Al-Jufri menjabat sebagai Ketua Majelis Dewan Syuro PKS, sedangkan Abdul Somad adalah seorang ustaz dan pendakwah kondang.
Abdul Somad pilih berdakwah
Ustaz Abdul Somad mengaku punya pendapat soal namanya masuk dalam bursa cawapres rekomendasi ijtima ulama GNPF-Ulama.
Lewat akun Instagram pribadinya, @ustadzabdulsomad, Senin (30/7/2018), Abdul Somad mengunggah sebuah foto Prabowo Subianto berpasangan dengan Salim Segaf Al-Jufri.
Menurut dia pasangan Prabowo Subianto-Salim Segaf Al-Jufri perpaduan yang tepat dan saling melengkapi.
Keduanya mewakili kubu nasional dan religius.
"Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan Ulama, Jawa non-Jawa, nasionalis-religius, plus barokah darah Nabi dalam diri Habib Salim."
"Biarlah saya jadi suluh di tengah kelam, setetes embun di tengah sahara. Tak sungkan berbisik ke Habib Salim, tak segan bersalam ke Jenderal Prabowo," begitu tulis Abdul Somad.
Ia mengatakan alasannya tak ingin menjadi cawapres karena ingin fokus pada pendidikan dan dakwah.
Dalam foto yang diunggahnya tersebut, terdapat potret foto Prabowo dan Salim Segaf.
Di mana tertuliskan "Duet Maut Tentara-Ulama Pimpin & Jaga NKRI".
"Selamat! Ternyata kerumunan sudah berubah menjadi barisan kekuatan.
Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan Ulama, Jawa non-Jawa, nasionalis-religius, plus barokah darah Nabi dalam diri Habib Salim.
Biarlah saya jadi suluh di tengah kelam, setetes embun di tengah sahara. Tak sungkan berbisik ke Habib Salim, tak segan bersalam ke Jenderal Prabowo.
Setelah Sayyidina Umar bin Khattab wafat, sebagian Sahabat ingin membaiat Abdullah -anak Sayyidina Umar- sebagai pengganti. Beliau menolak lembut, karena bidang pengabdian ada banyak pintu.
Fokus di pendidikan dan dakwah.
Al-Faqiir Ilaa Rabbih, Abdul Somad," tulis Abdul Somad melalui akun Instagramnya, Senin (30/7/2018). \
Dukung Abdul Somad
Dukungan kepada Abdul Somad maju sebagai cawapres Prabowo Subianto mengalir di antaranya dari rekan sesama pendakwah, Arifin Ilham.
Melalui akun Instagramnya, @kh_m_arifin_ilham pada Rabu (1/8/2018) Arifin Ilham mengunggah sebuah rekaman suara.
Rekaman suara tersebut berisi dukungan kepada Ustaz Abdul Somad untuk tidak ragu maju menjadi pemimpin negeri.
Ia mengatakan, sudah saatnya Ustaz Abdul Somad mencontoh perjuangan Rasulullah dan para sahabat.
"Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Abangku yang kucintai karena Allah. Saatnya bang, mencontoh perjuangan Rasulullah dan para sahabat. Menjadi umaro (pemimpin pemerintahan) dan ulama sekaligus," ucap Arifin Ilham.
Terkait dengan keputusan Ijtima Ulama, Arifin Ilham meminta Abdul Somad menghargai keputusan tersebut.
Dukungan tersebut disampaikan lantaran Arifin Ilham merasa negeri ini sudah mengalami krisis yang luar biasa.
Ia berharap Abdul Somad menjadi salah satu orang yang bisa mengatasi krisis tersebut.
"Hargai, bang, istikharah, dan musyawarah ijtima ulama. Bukan hanya umat bang, tapi alam negeri ini semua mengalami krisis yang luar biasa," imbuh Arifin Ilham.
Sebelum rekomendasi dari GNPF-Ulama diterbitkan, rupanya Arifin Ilham sudah merekomendasikan nama Abdul Somad sebagai calon pemimpin Indonesia.
"Arifin yakin, istikharah Arifin bahkan sebelum ijtima ulama, Arifin sudah sampaikan kepada ulama-ulama agar abang menjadi pemimpin negeri ini."
"Tulus, Arifin melihat dengan hati Arifin. Arifin sangat menyayangi abang karena Allah," sambung Arifin Ilham.
Ia menegaskan sekali lagi dengan sepenuh hati mendukung abangnya itu untuk maju di panggung politik 2019 mendatang.
"Arifin sepenuh hati mendukung abang. Insya Allah. Saatnya negeri ini dipimpin oleh hamba-hamba Allah yang saleh," ujar Arifin Ilham.
Dalam keterangan rekaman suara itu ia juga menuliskan dukungan untuk Abdul Somad.
Ia turut berdoa agar Indonesia mendapat pemimpin yang diberkahi Tuhan.
"Assalaamu alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu.
SubhanAllah suara hati cinta karena Allah seorang anak bangsa untuk gurunya, sahabatnya, abangnya, teman seperjuangannya untuk keberkahan negeri tercinta ini.
Allahumma ya Allah berkahi negeri kami Indonesia dg ketakwaan para pemimpin dan rakyatnya, aamiin.
InsyaAllah kembali Tawshiyah Zikir Akbar pada Ahad 23 Dzulqodah / 5 Agustus mulai 07 00 dan dilanjutkan 13 00 - 15 00 siaran langsung Damai Indonesiaku TV ONE di mesjid Az Zikra Sentul Bogor," tulis Arifin Ilham.
Jika benar Prabowo Subianto mempertimbangkan rekomendasi ijtima ulama, pilihannya memilih Salim Segaf Al-Jufri atau Abdul Somad.
Sementara Abdul Somad beberapa waktu lalu memilih fokus di pendidikan dan dakwah.
Dengan begitu satu rekomendasi tersisa adalah Salim Segaf Al-Jufri sebagai cawapres.
Salim Segaf Al-Jufri juga masuk dalam sembilan nama cawapres yang disorongkan PKS ke Prabowo sebagai capres.
Sementara itu, Presiden PKS Sohibul Iman blak-blakan partainya akan mendukung Prabowo Subianto sebagai capres dengan syarat cawapresnya dari PKS.
"Dalam perjalanan kami, kita akan berkomitmen untuk menjalin kerjasama sampai dengan 2019," kata Sohibul Iman dalam acara TV iNews Sore yang tayang pada Jumat (3/8/2018).
Ia membenarkan saat pembawa acara mengatakan PKS akan menyerahkan posisi kursi capres pada Prabowo asalkan cawapres dari PKS.
"Betul, begitu, sejak Pilkada Jawa Barat," tambah Sohibul Iman.
Sohibul Iman menyebut bahwa Prabowo menyetujui hal tersebut.
Perjanjian tersebut ada di tingkat Dewan Pembina dan Ketua Majelis Syuro.
"Saat Pilpres ini ya sudah kita ingatkan lagi oleh kita, bahwa kita punya komitmen untuk itu. Sehingga bagi PKS komitmen politik tidak memiliki dampak hukum, kami sadar betul. Dilanggar juga mungkin, tapi dia punya dampak moral, dan juga keberlanjutan saling percaya di antara kita. Kalau hal-hal seperti ini kita abaikan, ya perjalanan kebersamaan itu akan sulit."
Sohibul Iman mengungkapkan bagaimana tanggapan Prabowo saat diingatkan kembali mengenai perjanjian tersebut.
Presiden PKS itu mengatakan apabila ada perbedaan tafsir antara pihaknya dengan Prabowo mengenai perjanjian ini.
Menurut dia perjanjian tersebut ditafsirkan pihak Prabowo bahwa Prabowo bebas memilih siapa cawapresnya asalkan didukung oleh PKS.
Sohibul Iman menyatakan jika itu termasuk alasan Prabowo mencari calon di luar 9 nama yang diajukan PKS.
"Jadi ada beda tafsir, kalau dari kami, komitmen tadi, cawapres harus dari PKS. Tapi Pak Prabowo punya tafsir lain, bahwa orangnya cawapres itu tidak harus dari PKS, yang penting PKS setuju," ujar Sohibul Iman.
Akahkan Prabowo Subianto memilih Salim Segaf Al-Jufri sebagai cawapresnya? Sampai detik ini kubu koalisi pendukung Prabowo belum bulat memutuskan siapa paling layak karena sejumlah nama muncul seperti Agus Harimurti Yudhoyono dari Demokrat. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com)