Jadi Penjahit Baju, Joni Gondrong Telah Layani Pesanan Jenderal Polisi Hingga Mantan Kapolri
Cerita Joni berkenalan dengan dunia menjahit kala dirinya memutuskan untuk berhenti kuliah saat duduk di perguruan tinggi
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Rambut panjang Ilsafena Joni (54) tergerai-gerai acapkali dirinya tengah mengukur dan menjahit pesanan baju dari para pelanggan.
Jemarinya lihai menjahit pakaian yang didapatnya dari belajar secara otodidak.
Bahkan ia dengan ramah berbagi pengalaman hidupnya yang telah ia rajut bertahun-tahun lamanya sebagai seorang penjahit busana.
"Saya sudah terhitung dari tahun 97 menjadi seorang penjahit. Pekerjaan saya pun dari awal ya hanya sebagai tukang jahit saja tidak ada yang lain," terang pria asal Kota Padang, Sumatra Barat ini saat ditemui TribunJakarta.com di kiosnya, Pasar Santa, Jakarta Selatan, Minggu (12/8/2018).
Cerita Joni berkenalan dengan dunia menjahit kala dirinya memutuskan untuk berhenti kuliah saat duduk di perguruan tinggi.
"Dulu sewaktu kuliah enggak terlalu berminat. Saya sempat ambil kuliah hukum. Melihat kakak saya jadi penjahit saya sebenarnya mau," ungkapnya.
Namun, sang kakak tak memperbolehkan adiknya mengikuti jejaknya sebagai seorang penjahit lantaran masa depan cerah terbuka lebar apabila ia fokus di bangku kuliah.
• Indonesia vs Taiwan, Luis Milla Andalkan Umpan Silang
"Kakak saya enggak mengizinkan saya untuk jadi tukang jahit sebenarnya. Saya hanya dibolehkan menyapu dan membersihkan kiosnya tanpa bersentuhan dengan mesin jahit. Dia pikir kuliah lebih baik," tuturnya.
Kendati dilarang, Joni pun tetap bersikukuh pada pendiriannya untuk menekuni dunia usaha jahit.
"Setiap ada orderan dari teman, saya selalu kasih ke kakak saya. Lama-lama dia bosan melihat saya selalu bergelut di dunia jahit. Kemudian saya buka usaha itu dan meninggalkan kuliah," lanjutnya.
Joni bergelimang rezeki kala pertama kali menjadi seorang penjahit.
"Masih awal-awal itu rezekinya cukup sering ya ketimbang sekarang. Dan buka lapaknya dulu masih di Buncit Raya belum di Pasar Santa," terang pria dengan tiga orang anak ini.
Tak bertahan lama di Buncit Raya, Joni kemudian pindah menuju daerah Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan lantaran lapak yang di sana telah ia jual.
"Saya jual lapak saya di Buncit kemudian beralih di Pasar Santa, ya memang sih penghasilan engga begitu besar lantaran lapaknya agak masuk ke dalam tapi ada saja yang mau pesan," ungkapnya.
Bahkan, langganan yang telah ia jalin bertahun tahun di Buncit membuat ia tak kehilangan langganan setianya saat dirinya pindah.
Deretan orang penting pun membayar jasa Joni untuk memperbaiki celananya.
"Saya ingat Kapolri saat itu (Purn) Rusdihardjo pernah saya jahitkan pakaiannya. Ada Brigjen Pol (Purn) bintang satu juga demikian bahkan sampai sekarang," paparnya.
Saat menjahit ia membiarkan rambut gondrongnya tergerai lantaran sejak dulu ia menyukai potongan rambut seperti itu.
"Saya suka model gondrong dari dulu. Bahkan ketika saya botakin anak saya pas umur 3 tahun enggak mengenali saya, 'bukan ayah itu'," ujarnya menirukan suara ayahnya disertai tawa.
Puluhan tahun bekerja menjadi penjahit pun buka berarti dilalui bebah hambatan bak kendaraan di jalan tol.
"Tentu banyak sekali kenangan yang saya punya bersama pelanggan, dari yang ngomongnya kasar sampai enggak bayar pun ada. Tapi yaudah hidup dinikmatin aja," terangnya.
Tak berselang lama, suara dering telepon genggamnya berbunyi.
"Tuh saya sudah di telepon sama pak Brigjen Polisi, dia nanya pesanannya bagaimana. Saya kenal dia orangnya sangat rapi," tandasnya.