Jualan Sejak Tahun 60-an, Kakek Penjual Sate Pikul Dagangan dari Matraman Hingga Bukit Duri
"Ya setiap sore baru mulai jualan, biasanya keliling aja sampai daerah Bukit Diri sana dari Matraman," ucap Parman, Senin (13/8/2018).
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Tubuhnya tak lagi tegak, keriput juga menghiasi wajah seorang tukang sate bernama Parman.
Usianya yang telah menginjak 70 tahun, tak menghalanginya untuk bekerja menafkahi keluargnya yang ada di kampung halamannya.
Dengan bertelanjang kaki, ia berkeliling memikul gerobak sate dari rumahnya di daerah Matraman hingga Bukit Duri, Tebet.
"Ya setiap sore baru mulai jualan, biasanya keliling aja sampai daerah Bukit Diri sana dari Matraman," ucap Parman, Senin (13/8/2018).
Harga sate yang dijualnya pun cukup terjangkau, hanya dengan uang Rp 15 ribu pembeli dapat menikmati lima tusuk sate dan 2 buah ketupat.
"Ada sate ayam dan sate sapi, Rp 10 ribu dapat lima tusuk, kalau ketupat satunya Rp 2.500," ujar Parman saat ditemui TribunJakarta.com.
Meski tak muda lagi, Parman terlihat lihai mengipasi sate yang diletakan tepat diatas tempat arang yang terlihat sangat sederhana.
Dengan sabar dan ramah, pria yang sudah memiliki lima orang cucu ini terlihat sibuk melayani para pelanggannya.
Ia mengaku telah berjualan sate sejak tahun 60-an dan selama lebih kurang 50 tahun.
Parman mampu menafkahi seorang istri dan lima orang anaknya di kampung.
"Jualan sate di Jakarta sudah dari tahun 60-an, alhamdulilah sekarang anak saya lima sudah berkeluarga semua," kata dia.
Selama itu pula ia mengaku tinggal sebatang kara di Jakarta karena tak memiliki cukup uang untuk memboyong keluarganya ke ibu kota.
"Istri dan anak di kampung semua di daerah Tegal, kalau mereka ke Jakarta saya enggak kuat biayainnya," ujar Parman sambil tertawa.
Meski saat ini kelima anaknya telah berkeluarga, namun ia tetap bekerja sebagai penjual sate untuk menafkahi istrinya di kampung halaman.
"Kalau saya enggak kerja, istri di kampung bagaimana, kan enggak enak kalau menyusahkan anak," ujarnya.
• Bikin Ngiler! Sate Tulang Ayam Asli Semarang Laris Manis di Kampoeng Legenda Mal Ciputra
• Pedagang Sate di Bekasi Dapat 51 Jahitan Usai Pertahankan Ponsel Baru Miliknya
• Kapolsek Bekasi Kota Sebut Masih Buru Remaja Pelaku Begal Pedagang Sate
Meski hidup serba terbatas, namun ia tidak pernah meminta-minta, diusia senjanya ini ia lebih memilih berjalan kaki memikul gerobak satenya belasan kilo untuk menafkahi istrinya tercinta.
"Selagi masih bisa kerja ya saya kerja untuk nafkahi istri di kampung," ucap Parman.