Turki Hadapi Krisis Lira: Dimulai dari Penahanan Pendeta AS, Andalkan Tuhan Hingga Posisi China
"Jangan lupa, jika mereka (AS) punya dollar, maka Turki punya rakyat dan Tuhan. Saya meminta Anda tetap bersemangat dan bersabar," lanjutnya.
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Muhammad Zulfikar
Pernyataan itu disampaikan ketika Erdogan berkunjung ke kampung halamannya di Provinsi Rize, dikutup Hurriyet Jumat (10/8/2018).
Dilaporkan AFP, mata uang Turki lira mengalami penurunan hingga lima persen dibanding mata uang Amerika Serikat (AS), dolar.
Dalam perdagangan Kamis (9/8/2018), lira berada di angka 5,85 per dollar AS. Sejak akhir 2017, lira menurun hingga 30 persen.
Penurunan lira terjadi sejak hubungan Turki dan AS renggang yang diakibatkan beberapa isu. Salah satunya adalah penahanan pendeta bernama Andrew Brunson.
Brunson ditangkap dengan tuduhan terlibat dalam kudeta terhadap Erdogan yang gagal dilakukan pada 2016. Presiden AS Donald Trump mendesak Turki agar membebaskan Brunson, seraya mengancam bakal memberi sanksi jika Ankara tak melakukannya.
Selain itu, AS juga dibuat meradang dengan keinginan Turki membeli sistem pertahanan anti-serangan udara S-400 dari Rusia. Siutasi tersebut membuat Senat AS mengesahkan undang-undang berisi larangan menjual jet tempur generasi kelima F-35.
Erdogan yang berkuasa sejak 2003 itu berujar dengan kehendak Tuhan, dia bakal membawa kemakmuran bagi Turki yang berisi 81 provinsi.
"Agar Anda tahu, kita bakal meningkat dibanding kemarin, dan esoknya, kita bakal semakin berkembang dari hari ini," janji Erdogan.
"Jangan lupa, jika mereka (AS) punya dollar, maka Turki punya rakyat dan Tuhan. Saya meminta Anda tetap bersemangat dan bersabar," lanjutnya.
5. Kesempatan China Caplok Turki?
Anjloknya nilai tukar lira belakangan ini tetap mengejutkan banyak kalangan.
Presiden Recep Tayyip Erdogan kemungkinan bisa saja menangani krisis ini. Namun, dia malah memutuskan "beradu kuat" dengan Presiden AS Donald Trump terkait penangkapan seorang pendeta asal AS.
Hingga akhir pekan lalu, satu dolar AS setara dengan 6,5 lira Turki atau kurang dari sepertiga nilainya pada 2014.

Alhasil, perekonomian Turki menghadapi level inflasi ekstrem di saat harga-harga komoditas ekspor melonjak yang memicu meningkatnya biaya produksi yang tak terjangkau para pengusaha Turki.
Kemungkinan perekonomian Turki akan menyusut hingga 10-20 persen sebelum krisis berakhir dan Erdogan membutuhkan keajaiban untuk membalikkan keadaan.
Berbagai perusahaan Turki telah meminjam sekitar 300 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,3 triliun dalam mata uang asing. Celakanya, para pengusaha Turki harus mengembalikan pinjaman mereka dalam lira yang nilainya terus merosot.