Soal Tudingan Mahfud MD Bukan Kader NU dan Gagal Jadi Cawapres, Ini Penjelasan Putri Gus Dur

Penjelasan Yenny Wahid soal tudingan Mahfud MD bukan kader NU dan gagal jadi cawapres Jokowi.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
Kompas.com/Jessi Carina
Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Direktur Eksekutif Wahid Institute Yenny Wahid angkat bicara terkait nama Mahfud MD disebut bukan kader Nadhatul Ulama (NU) dan tersingkirnya jadi cawapres Jokowi.

Yenny menuturkan, partai politik tidak boleh menempatkan kepentingan kelompoknya dan membawa organisasi masyarakat yang tak berkaitan dengan politik.

"Gus Mus secara tegas sudah mengatakan, NU tidak boleh galau dan ikut-ikutan politik," tegasnya.

"NU ini adalah penjaga moral bangsa. NU ini kan banyak ya mba. NU itu ada struktur, ada kultur. Jadi mungkin ada beberapa orang distruktur yang terbawa arus politik sehingga ikut-ikutan berpolitik praktis," sambungnya.

Meski demikian, NU secara kultur berbeda karena kiai-kiai kampung banyak yang menerima sosok Mahfud MD sebagai cawapres. 

Yenny Wahid bahkan menerangkan, terdapat seseorang kiai di Surabaya yang telah menyatakan dukungannya kepada Mahfud MD.

"Beliau membuat pernyataan karena beliau merupakan ketua perhimpunan kiai-kiai kampung se-Jawa Timur. Nah, jadi beliau mewakili suara dari akar rumput," imbuhnya.

Meski ada yang mendukung Mahfud MD, kata Yenny Wahid lebih lanjut, terdapat orang NU yang tidak menyetujui.

"NU struktural yang dekat dengan parpol tertentu, yakni PKB. Kemungkinan ada kepentingan politik jangka pendek dari ketua PKB sendiri dan kemudian NU jadi agak kebawa-bawa," terangnya.

Untuk itu, Yenny Wahid menuturkan agar NU harus dikembalikan sebagai penjaga moral.

"NU harus dikembalikan sebagai penjaga moral, bukan mesin elektoral,” katanya.

Sementara itu, Ketua PPP Romahurmuziy menerangkan, NU yang dahulu pernah menjadi parpol belum bisa melepaskan diri dari politik.

“Memang harus direfleksikan, bagaimana NU terlalu dibawa-bawa dalam urusan politik. Tapi problemnya, kesejarahan NU itu yang akhirnya menyulitkannya lepas seutuhnya dari politik,” kata Romi.

Dalam kesempatan yang sama, politikus partai demokrat Ferdinand Hutahaean menuturkan, drama yang terjadi di dalam PBNU dan soal Mahfud MD bisa diambil menjadi keuntungan politik.

"Bukan manas-manasin ya tapi mengambil keuntungan politik disana karena ini kan sebuah kompetisi," paparnya.

"Yang paling penting jangan saling memfitnah," ungkap Romi.

"Hari ini kemudian pernyataan Mahfud MD semalam dikatakan, sepuluh nama yang saya sampaikan hanya lucu-lucuan, tidak pernah ada. Tidak pernah Pak Mahfud mengatakan seperti itu," lanjutnya.

Adanya berbagai drama menjelang pemilihan capres dan cawapres membuat Yenny Wahid memberikan pesan agar NU kembali sebagai penjaga moral.

"NU itu penjaga moral bukan mesin elektoral," tegasnya.

Yenny juga menerangkan, kiai-kiai cukup sedih dengan adanya drama yang muncul menjelang deklarasi cawapres.

"Ini juga menunjukkan kalau NU itu tidak satu suara," paparnya.

Meski demikian, Yenny mensyukuri karena masyarakat menyaksikan kelahiran tokoh negarawan Mahfud MD yang lebih mengedepankan kepentingan bangsa.

Sebelumnya diketahui, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD berbicara blak-blakan mengenai kegagalan dirinya menjadi calon wakil presiden yang akan mendampingi petahana Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2019.

Berbicara saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club tvOne yang tayang pada Selasa (14/8/2018), Mahfud mengungkapkan nama-nama yang ternyata berpengaruh terhadap pencalonnan wapres Jokowi.

Mahfud kemudian mengungkapkan di balik pernyataan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) akan meninggalkan Jokowi jika tidak ada kadernya yang jadi cawapres.

1. Kiai Maruf Amin Sebut NU Akan Tinggalkan Jokowi

Mahfud mengatakan tidak sekadar bicara terkait peran Maruf Amin tersebut. Awalnya, Mahfud mengungkapkan pembicarannya dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj.

Dalam pertemuan Rabu pagi itu, Mahfud mengatakan tidak keberatan terhadap sikap NU tersebut. Mahfud kemudian mengatakan agar NU tidak menolak jika Presiden menghendaki calon di luar NU.

Said Aqil kemudian mengatakan bahwa dia telah didatangi oleh seorang pejabat pemerintah yang sangat penting kedudukannya terkait nama-nama calon dari NU.

"Ini calon NU sekian orang. Ini nggak bisa, ini koruptor. Nyebut nama orang. Yang nggak korupsi hanya saya dan Pak Mahfud kata Pak Aqil," kata Mahfud MD.

2. Mahfud Kaget NU Akan Tinggalkan Pemerintah

Mahfud kemudian kaget mendengar pernyataan dari Ketua PBNU Robikin Emhas. Robikin mengatakan NU akan meninggalkan Pemerintah jika bukan kadernya yang mendampingi Jokowi.

"(Kemudian) ribut dari seluruh indonesia. Itu tidak benar, NU bukan politik dan macam-macam. Lalu dibantah tidak ada pernyataan itu, padahal pernyataan itu ada. Robikin yagn menyatakan dan yang menyuruh itu Kiai Maruf Amin," ungkap Mahfud.

3. Mahfud Tahu dari Muhaimin Iskandar

Mahfud menegaskan dia mengetahui Muhaimin di balik pernyataan keras NU itu adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Maruf Amin. Ketika para narasumber ILC dan hadirin kaget, Muhaimin mengatakan informasi itu dia terima dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.

"Bagaimana saya tahu Kiai Maruf Amin? Muhaimin yang bilang ke saya. Hehe. Ini saya ceritain, menarik ini ceritanya. Saya memang jujur," kata Mahfud yang diiringi tepuk tangan nara sumber yang lainnya.

Kata Mahfud, dia bertemu dengan Muhaimin karena dipertemukan mantan Wakil Ketua Umum PBNU Asad Said Ali.

Mahfud mengatakan sebenarnya tidak bersedia menemui Muhaimin karena Muhaimin juga mencalonkan diri dan tidak bersedia jika Mahfud yang terpilih.

Namun dia akhirnya luluh karena Asad mengatakan pertemuan itu adalah karena prakarsa dia.

"Dek selamat ya wapres, kok tau Bapak? iyalah saya tahu. Anu ya bertemu dengan Muhaimin," kata Mahfud menceritakan awal mula pertemuan tersebut.

4. Kiai Maruf Amin Dikte Pernyataan yang Akan Disampaiken ke Media

Mahfud dan Muhaimin kemudian bertemu di Jalan Empu Sendok. Nah, di situlah Muhaimin mengatakan peran Maruf Amin dibalik pernyataan keras NU.

"Di situlah Muhaimin mengatakan wah kita ini dipermainkan politik ya Pak. Pak Mahfud bukan saya lho yang bilang Pak Mahfud bukan kader NU," katanya Mahfud menirukan ucapan Muhaimin.

Mahfud kemudian memaklumi bahwa itu adalah kerjaan anak buah Muhaimin dan menurut dia itu adalah main-main.

"Terus saya tanya, gimana itu main ancam-ancam? itu yang nyuruh Kiai Maruf katanya," beber Mahfud.

Berdasarkan keterangan Muhaimin, Presiden ternyata memanggil Maruf Amin, Said Aqil Siradj, dan Muhaimin ke Istana Negara pada Rabu pagi.

Ketika ketemu presiden, kata Muhaimin, Presiden tidak menyebut siapa namanya, dia hanya bertnaya kepada mereka bertiga secara berpisah, minta saran siapa yang akan jadi calon.

"Tapi tidak sebut siapa calon. Nah, ketemulah tiga orang ini di PBNU dan bersekimpulan berarti ketiga ini bukan calonnya karena waktu dipanggil tidak disebut calon," ungkap mantan menteri pertahanan itu.

"Nah lalu mereka sepertinya marah-marah. Membahas kemudian Kiai Maruf mengatakan kalau gitu kita mengantakan tidak bertanggung jawab secara moral atas pemerintahan kalau bukan kader NU yang diambil. Ini kata Muhaimin," lanjut Mahfud.

Masih dari keterangan Muhaimin yang disampaikan Mahfud, Maruf kemudian memanggil Robikin agar mengatakan hal serupa kepada media.

"Datang Robikin. Didikte kalimatnya oleh Kiai Maruf, begini lho kalimatnya. Katanya itu didikte emang," kata Mahfud.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved