Ketua DPP Gerindra: Miris Saksikan Neno Warisman Dipersekusi di Bandara Pekanbaru
Setelah 7 jam tertahan di gerbang bandara, lanjut Nizar, akhirnya oleh aparat Neno akan dikawal menuju hotel.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua DPP Gerindra Nizar Zahro angkat bicara mengenai peristiwa Neno Warisman yang dihadang massa di Bandara Pekanbaru.
"Miris, menyaksikan video yang beredar, dimana seorang emak-emak, Neno Warisman, dipersekusi di Bandara Pekanbaru, Riau," kata Nizar melalui pesan singkat, Senin (27/8/2019).
Menurut kesaksian Neno Warisman, kata Nizar, massa yang menghadang di gerbang keluar bandara hanya sekitar 40 orang saja.
"Tapi mereka bebas melakukan apa saja, mulai dari bakar ban, hingga melempar batu ke mobil yang dinaikin neno. Aparat yang jumlahnya lebih banyak tidak berkutik," ujar Anggota Komisi X DPR itu.
Setelah 7 jam tertahan di gerbang bandara, lanjut Nizar, akhirnya oleh aparat Neno akan dikawal menuju hotel.
Tetapi bukan hotel yang dituju melainkan kembali ke Bandara. Nizar mengatakan Neno dipaksa kembali pulang ke Jakarta.
Selang beberapa jam, situasi mencekam merembet ke Surabaya.
Nizar menuturkan polisi secara paksa membubarkan masyarakat yang ingin menghadiri acara deklarasi #2019GantiPresiden.
Ia mengatakan sehari sebelumnya beredar surat dari kepolisian tentang tidak dikeluarkannya STTP dengan alasan ada ormas yang tidak setuju dengan gelaran #2019GantiPresiden.
Menurut Nizar, kasus Pekanbaru dan Surabaya membuktikkan bahwa aparat tidak netral.
"Aparat sudah terseret dalam politik praktis. Logikanya, aparat tidak akan mungkin tunduk pada kemauan ormas. Aparat sejati hanya akan tunduk kepada UU," imbuhnya.
Nizar menegaskan acara deklarasi #2019GantiPresiden adalah acara yang konstitusional.
Ia menuturkan acara tersebut dijamin oleh konsitusi dan UU No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
"Sangat disayangkan, di era reformasi ada yang masih memakai "kayu" untuk membubarkan acara yang demokratis. Aparat mestinya sadar, sejarah sudah membuktikkan tidak ada yang bisa melawan kehendak rakyat," katanya.
Sebelumnya, ratusan massa anti gerakan #2019GantiPresiden di Pekanbaru, Riau, menghadang Neno saat tiba di Bandara SSK II, Sabtu (25/8/2018) sore.
Pengawalan ketat anggota TNI dan polisi tidak digubris oleh massa yang menginginkannya pergi dari Riau.
Massa menganggap kedatangan Neno Warisman di tanah Riau akan berpotensi mengganggu ketenteraman masyarakat di Pekanbaru.
"Pulangkan Neno Warisman, usir dari Pekanbaru," teriak massa.
Sementara itu, massa pendukung Neno Warisman pun sempat datang ke bandara untuk menjemput.
Akibatnya, aparat dibuat kerepotan untuk membubarkan dua kubu agar tidak terjadi bentrokan.
Salah satu cara untuk mengantisipasi bentrokan dua kubu tersebut adalah memulangkan Neno ke Jakarta.
Hal itu membuat Neno mengungkapkan kekecewaanya melalui video di grup Whatsapp.
"Sebelumnya memang dilakukan pemulangan, dipulangkan. Dipaksa pulang tepatnya. Sekarang saya menuju ke dalam pesawat. Dan sekarang kita sudah mencoba untuk bertahan," ujarnya.
• Najwa Shihab Jadi Kandidat Ketua TKN Jokowi-Maruf, Sudjiwo Tedjo: Perlu Mundur Sebagai Wartawan
• Skuat Persija Jakarta Jalani Cooper Test untuk Ketahui Kondisi Fisik
• Viral, Preman di Cengkareng Peras Warga Puluhan Juta Rupiah: Berkedok Sekuriti, Polisi Mau Dianiaya
Sementara itu, pihak kepolisian membantah telah melakukan persekusi terhadap Neno terkait kepulangan dia ke Jakarta.
"Tidak ada persekusi. Yang ada hanya kita mengamankan semua pihak dari potensi gangguan kamtibmas. Kemarin kita lihat ada lemparan. Jadi kita mengamankan semua pihak," jawab Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto saat konferensi pers, Minggu (26/8/2018).