LSI: Media Sosial Jadi Senjata Tingkatkan dan Turunkan Elektabilitas di Pilpres 2019

Ardian Sopo juga melihat, bahwa masyarakat saat ini menyukai informasi yang cenderung 'bombastis', mengarah ke 'hyperrealitas'

Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Nawir Arsyad Akbar
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa di Graha Dua Rajawali, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (5/8/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar

TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Media sosial menjadi satu diantara sarana yang dimanfaatkan pasangan calon presiden untuk menarik pendukung di Pilpres 2019.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA melihat bahwa media sosial kini dijadikan senjata, untuk meningkatkan atau menurunkan elektabilitas pasangan calon.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopo melihat adanya pihak yang menggunakan media sosial untuk menyebar berita buruk lawan politiknya, agar elektabilitasnya menurun jelang Pilpres 2019.

"Sejauh ini adalah berita bad news. Jadi memang hal yang buruk jadi berita," ujar Ardian Sopo, Rabu (5/9/2018).

Ia mencontohkan, bahwa tingkat elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di kalangan pengguna media sosial unggul tipis, daripada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Namun, terdapat sejumlah oknum yang hingga saat ini masih memainkan isu-isu yang cenderung hoaks, untuk menjatuhkan elektabilitas pasangan calon.

Petugas Gabungan Razia Parkir Liar di Kawasan Gondangdia, 4 Mobil Diderek

"Karena sejauh ini masih bad news is good news. Sehingga Pak Jokowi lebih banyak bermain di hal-hal positif. Di kubu sini mengeluarkan hal yang relatif negatif, untuk menjatuhkan citra yang ada," ujar Ardian Sopo.

Ardian Sopo juga melihat, bahwa masyarakat saat ini menyukai informasi yang cenderung 'bombastis', mengarah ke 'hyperrealitas'.

Maka dari itu, ia meminta masyarakat untuk bersama-sama menjauhi isu-isu yang cenderung menjatuhkan lawan politiknya, dan fokus kepada gagasan yang diberikan oleh kedua pasangan calon.

"Kalau fakta harus diterima, kalau hoaks itu harus dihindari," ujar Ardian Sopo.

Maka dari itu, ia menyebut bahwa 'pertarungan' di media sosial lebih ganas, ketimbang 'pertarungan' sesungguhnya menjelang Pilpres 2019 ini.

"Jika diamati dari sekarang, pertarungan sudah dimulai, apalagi di medsos. Pertarungan lebih liar dan ganas, daripada pertarungan sesungguhnya," ujar Ardian Sopo.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved