Upacara Coika Umat Buddha: Mengantar Arwah Keluarga Oleh Raja Setan di Vihara Nimmala

Coiko adalah ibadah umat Buddha untuk mendoakan dan mengantarkan famili dan leluhur yang jasadnya tak terurus dan belum sempat disembahyangkan.

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Y Gustaman
TribunJakarta.com/Ega Alfreda
Prosesi pembakaran patung Raja Setan dan miniatur kapal kertas di Vihara Nimmala, Pasar Baru, Kota Tangerang, Rabu (5/9/2018) malam. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Ratusan umat Buddha melakukan upacara Coiko di Vihara Nimmala atau Kelenteng Boen San Bio, Pasar Baru, Kota Tangerang, Rabu (5/9/2018) malam.

Pujian, doa dan harapan untuk leluhur yang sudah di alam baka mengiringi pembakaran patung Raja Setan dan perahu kertas pembawa arwah.

Upacara Coiko adalah ibadah umat Buddha untuk mendoakan dan mengantarkan sanak famili dan leluhur yang jasadnya tidak terurus dan belum sempat disembahyangkan sesuai ajaran Buddha.

Setelah pembakaran kapal kertas, menurut ajaran Buddha, para leluhur yang didoakan akan diantarkan oleh raja setan ke alam sana.

"Misalnya meninggal di udara atau laut, kemudian jasadnya tidak ditemukan. Bisa juga saat meninggal dulu, belum sempat mengantarkannya dengan dana yang memadai, jadi tiap tahun kami tampung di sini untuk mendoakan," jelas Niman, ketua pelaksana kegiatan ditemui di Vihara Nimmala.

Rangkaian ibadah yang begitu panjang dimulai sekitar pukul 08.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB bahkan lebih. Acara puncaknya mengantarkan keluarga ke peristirahatan terakhir melalui pembakaran patung raja setan.

Menurut Niman, upacara Coiko digelar pada September. Ratusan keluarga umat Buddha akan memadati Vihara Nimmala.

Berbagai persembahan dibawa oleh anggota keluarga yang ingin mendokaan keluarga dan leluhurnya yang sudah meninggal seperti, beras dan minyak.

Persembahan itu nantinya akan dibagikan kepada warga sekitar Vihara Nimmala sebagai bentuk aksi sosial.

Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, bukan hanya jadi sarana ibadah, upacara Cioko ini menjadi gelaran budaya yang penuh kearifan lokal seperti penampilan barongsai.

Puncak upacara Coiko itu ketika patung raja setan berukuran sekira sembilan meter dan miniatur kapal sepanjang tujuh meter itu dibakar.

Lantunan doa pun mengiringi si jago merah yang membakar habis seisi kapal yang sebelumnya ditaruh kertas dan koin menyerupai uang tunai yang tertulis nama-nama leluhur yang ingin didoakan.

"Doa kebaikan untuk para leluhur yang sudah mendahului kami, semoga mereka sudah berada di tempat yang layak," ujar Niman.

Evan, warga Cipondoh penganut ajaran Budha, serius mengikuti upacara tahunan ini.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved