Upacara Coika Umat Buddha: Mengantar Arwah Keluarga Oleh Raja Setan di Vihara Nimmala
Coiko adalah ibadah umat Buddha untuk mendoakan dan mengantarkan famili dan leluhur yang jasadnya tak terurus dan belum sempat disembahyangkan.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Y Gustaman
lihat foto
Pertama kali datang, ia bersama keluarganya mengawali sembahyangnya dengan mengunjungi sembilan altar dewa di mana setiap altarnya ia panjatkan doa-dia kebaikan.
Berikutnya dia mengambil dupa yang diselipkan di dalam kertas bertuliskan nama-nama leluhur yang ingin didoakan.
Setelah mengambil dupa, Evan ikut berdoa bersama sembilan biksu yang di hadapannya terdapat bentangan kain putih yang diibaratkan jembatan untuk dilalui para roh leluhur diantarkan oleh raja setan.
"Kain putih ini diibaratkan sebagai jembatan untuk para leluhur menuju alam sana. Kita harus berdoa tentang kebaikan disini," jelas Evan.
Di ujung bentangan kain yang di bawahnya menyala hio-hio dan sajian hasil bumi, ada tiga biksu yang terus melafalkan doa dan membunyikan lonceng.
Kemudian, kertas berisi hio itu dibawa ke miniatur perahu yang sudah berisi banyak sekali kertas-kertas menyerupai uang tunai.
Lalu Evan menyelipkan kertas bertuliskan nama-nama leluhurnya di antara tumpukan kertas lain yang kemudian akan dibakar.
Menggunakan lilin menyala di kedua tangan, mereka beramai-ramai membakar perahu dan patung raja setan hingga si jago merah dalam sekejap menghanguskan kedua sesembahan itu.
Di mana habis terbakarnya patung tersebut menandakan selesainya upacara Coiko sekira pada pukul 22.00 WIB.
Orang yang lalu lalang di depan Vihara Nimmal ikut berhenti sejenak, menyaksikan pembakaran tersebut.
Petugas pemadam kebakaran langsung mengaktifkan selang air, menyiramkannya ke sekiraran gedung klenteng, agar api tidak menyambar.
