Gejolak Rupiah
Buktikan Harga Telur Ayam Tidak Berdampak Pada Kenaikan Dolar, Guntur Romli Lakukan Ini
Politikus PSI Guntur Romli membuktikan harga telur ayam tak berdampak pada kenaikan dolar Amerika Serikat.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM - Politisi Partai Solidaritas Islam (PSI) Mohamad Guntur Romli membuktikan harga telur ayam tidak berdampak dengan kenaikan dolar.
Dilansir dari laman Twitternya pada Senin (10/9/2018), Mohamad Guntur Romli mengunggah video istrinya sedang beli telur ayam.
Menurut Guntur, harga telur yang dibeli sang istri tetap Rp 22 ribu per kilogram.
Menurutnya harga tersebut tidak ikut naik karena lemahnya rupiah dan kenaikan dolar.
Romli mengatakan, sang istri sempat menanyakan kepada pedagang alasan dibalik maraknya pemberitaan harga telur naik karena nilai tukar dolar naik.
Lalu pedagang tersebut menegaskan, telur ayam yang dijualnya merupakan lokal, bukan dari Amerika.
Dalam video tersebut, tampak istri Guntur mengenakan pakaian berwarna hijau dan sang pedagang berkaus biru.
Sang istri mengaku, harga telur ayam yang ia beli saat seminggu lalu sama dengan harga telur ayam saat ini.
Berikut cuitan lengkap Guntur Romli:
"Hari ini ngantar istriku @nongandah beli telor ayam, harganya tetap 22 ribu/kg tdk ikut2 naik gara2 dolar, istriku nanya: 'knp harga telor naik kan dolar naik?' Pedagang: 'Ini kan dari telor ayam lokal, bukan dr ayam Amerika #cekhargasembako #emakpintar @jokowi," tulisnya.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Mikro Ikhsan Ingratubun menegaskan, melonjaknya harga telur sejak sepekan lalu sedikit banyak karena terpengaruh oleh pelemahan rupiah dari mata uang dolar Amerika.
Menurutnya, tingginya nilai dolar menyebabkan kenaikan harga pakan ternak yang sebagian diperoleh peternak dari impor.
Kenaikan harga telur karena harga pakan ternaknya naik. Komponen pakan ternak ada yang diperoleh dari Impor," kata Ikhsan kepada Warta Kota, Selasa (10/7/2018).
Fakta ini, menurutnya, seharusnya bisa menjadi bahan evaluasi oleh pemerintah untuk menggenjot produksi pakan ternak dalam negeri sehingga tidak tergantung kepada impor.
• Cerita Kesri, Petugas PPSU Bergaji Rp 3,6 Juta yang Hidupi Anak Yatim Piatu
• Ustaz Abdul Somad Terima Ancaman, Sederet Tokoh Berkomentar dan Ini Usul Sudjiwo Tedjo
"Solusinya adalah, UMKM Indonesia bekerjasama dengan pemerintah memproduksi pakan ternak yang tidak menggunakan bahan impor," katanya dilansir dari Wartakotalive.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkap sejumlah faktor yang mempengaruhi kenaikan harga telur dan daging ayam di pasaran.
Hal tersebut dikatakannya Enggar setelah melakukan pertemuan dengan para stake holder terkait dan juga para peternak ayam di Kantor Kemendag, Senin (16/7/2018).
Menurut Enggar, salah satu penyebab kenaikan harga telur dan ayam dikarenakan masa libur panjang Lebaran 2018.
"Dari sisi supply ke pasar sampai ke konsumen terjadi pengurangan yang juga diakibatkan karena masa libur panjang. Ternyata para pekerja di peternakan mau cuti panjang," kata Enggar.
• Ini Persiapan Saya Kawamoto AKB48 dan Steffi JKT48 Jalani Pertukaran Member
• Jokowi Bertolak ke Korea Selatan, Fahri Hamzah Minta Presiden Buat Keputusan Radikal untuk KPK
Tak hanya itu, tutur Enggar, faktor cuaca ekstrim juga menyebabkan kenaikan harga telur dan daging ayam.
Sebab, akibat cuaca ekstrim tingkat produktivitas para peternak ayam menurun.
"Kita sepakat mengurangi kadar obat-obatan supaya lebih sehat, tapi lebih lebih beresiko, resikonya tingkat kematian dan produktivitas. Ada cuaca ekstrim bisa kita saksikan di Dieng ada salju," katanya.