Pilpres 2019

Ajukan Pakta Integritas Untuk Prabowo, GNPF Beri Syarat Ini Sebelum Dukung Tanpa Minta Jabatan

Yusuf Muhammad Martak menegaskan isi dari Pakta Integritas tidak disertai adanya permintaan jabatan dari GNPF.

Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: ade mayasanto
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
(Kiri-kanan) Ketua Pengarah Panitia Ijtima Ulama Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, Presiden PKS Sohibul Imam, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Martak, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, dan Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra berfoto bersama saat menghadiri acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional di Jakarta, Jumat (27/7/2018). Ijtima Ulama yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) ini bertujuan untuk menentukan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2019. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) Ulama, Yusuf Muhammad Martak menegaskan isi dari Pakta Integritas tidak disertai adanya permintaan jabatan dari GNPF.

Penandatanganan Pakta Integritas adalah bagian dari Ijtima Ulama.

Penandatanganan Pakta Integritas sendiri akan ditandatangani capres Prabowo Subianto.

Hal itu pun akan menjadi salah satu agenda utama dalam Ijtima Ulama II yang diselenggarakan di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Minggu (16/9/2018).

Menurut Yusuf Muhammad Martak, penandatanganan Pakta Integritas ini sebagai komitmen capres dan cawapres yang didukung untuk menjalankan rekomendasi Ijtima Ulama.

Bila pakta integritas itu ditandatangani, maka pasangan calon dinyatakan siap menjalankan rekomendasi Ijtima Ulama.

"Penandatanganan Pakta Integritas adalah bagian dari Ijtima Ulama, kalau ditandatangani berarti paslon siap jalankan rekomendasi Ijtima Ulama," jelas Yusuf Martak seperti dikutip dari laman Tribunnews.com.

Ia pun menerangkan bahwa tidak ada tawar menawar dalam penandatanganan Pakta Integritas itu.

"Kita tidak ada jual beli dan tawar menawar, kalau ditandatangani akan kami dukung, kalau tidak ya selamat jalan," imbuhnya.

Lebih lanjut Yusuf menjelaskan bahwa isi dari Pakta Integritas itu salah satunya adalah menginginkan jika Prabowo diberi mandat sebagai presiden.

Kendati demikian, maka yang bersangkutan harus mengedepankan kepentingan semua elemen masyarakat, termasuk keselamatan umat Islam.

"Intinya jangan sampai ada umat beragama yang merasakan ketidakadilan seperti yang terjadi akhir-akhir ini," tegasnya.

Dikatakannya, isi Pakta Integritas itu untuk kepentingan bangsa.

"Kemudian isi Pakta Integritas berikutnya bahwa GNPF beserta forum Ijtima Ulama sama sekali tidak meminta jabatan, tanpa pamrih, dan bergerak untuk kepentingan bangsa serta keselamatan Islam," kata dia.

Bantah langkah GNPF berubah.

Yusuf Muhammad Martak membantah tudingan bahwa perjuangan GNPF Ulama yang tadinya adalah perjuangan untuk ulama kini berubah menjadi perjuangan politik.

Hal itu disampaikannya menanggapi pernyataan Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko yang menyebut forum Ijtima Ulama sebagai bukti perubahan tujuan perjuangan GNPF Ulama.

“Kami meluruskan bahwa pernyataan GNPF merubah perjuangan untuk ulama menjadi perjuangan politik adalah salah besar, tidak ada indikasi ke arah sana,” ucap Yusuf Martak di sela pelaksanaan Ijtima Ulama II.

Yusuf Martak sendiri menganggap wajar jika tudingan seperti itu muncul.

Yusuf menegaskan bahwa perjuangan GNPF saat ini adalah agar negara menjujung keadilan bagi seluruh umat beragama di Indonesia.

“Namun dalam perjuangan itu yang sudah di depan mata kebetulan adalah agenda politik yaitu Pilpres 2019,” terangnya.

Rekomendasi GNPF dan Ijtima Ulama seperti keadilan dalam beragama serta ketidakinginan GNPF masuk dalam tim sukses atau posisi lainnya di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dituangkan dalam sebuah pakta integritas.

Pakta integritas itu akan ditandatangani oleh Prabowo yang diperkirakan hadir pukul 13.00 WIB.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved