Kontroversi The Power of Emak-emak: Dukungan Sudjiwo Tedjo Sampai Komentar Menohok Ferdinand

Kritikan Ketua Kowani soal istilah emak-emak tuai kontroversi. Ferdinand Hutahaean beri komentar pedas.

Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Muhammad Zulfikar
Twitter Ferdinand Hutahean
Ketua Kowani 

TRIBUNJAKARTA.COM - Penggunaaan istilah emak-emak belakangan jadi perbincangan publik.

Pasalnya, istilah emak-emak baru saja diprotes oleh Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo.

Giwo Rubianto menolak dengan tegas perempuan Indonesia disebut emak-emak.

Menurutnya, kaum perempuan Indonesia memiliki konsep disebut ibu bangsa sejak tahun 1935.

Hal itu ia sampaikan dalam acara General Assembly International Council of women ke-35.

Kowani Kritik Istilah Emak-emak, Zarra Zettira: Negara Lain Sudah Bicara Soal Keseteraan Perempuan

"Kami tidak mau kalau kita perempuan Indonesia yang sudah mempunyai konsep ibu bangsa sejak tahun 1935 sebelum kemerdekaan, kalau dibilang emak-emak," ucap Giwo Rubianto Wiyogo diiringi tepuk tangan.

Giwo pun kembali menegaskan bahwa tidak ada istilah 'the power of emak-emak.

"Kami tidak setuju tidak ada 'the power of emak-emak' yanga ada 'the power of ibu bangsa'," jelasnya lagi.

Pernyataannya itu pun menuai kontroversi.

Romahurmuziy Klaim 18 Gubernur Dukung Jokowi, Fahri Hamzah Beri Peringatan: Waspada Bro!

Beberapa tokoh politik bahkan ikut berkomentar.

Tak sedikit yang justru menyebut istilah emak-emak tidak menjadi persoalaan.

Seperti halnya yang disampaikan Sudjiwo Tedjo lewat akun Twitternya @sudjiwotedjo.

Ia mengatakan bahwa sah-sah saja menggunakan istilah emak-emak.

Asalkan, kata dia, istilah emak-emak tidak digunakan untuk mengubah syair lagu.

"Penggunaan kata “Emak-emak” aku dukung walau aku bukan pendukung Prabowo atau siapa pun, asal tak sampai mengubah syair lagu menjadi “Emak Kita Kartini”.

Dlm konteks melodi dan ritme lagu tersebut bunyi kata “Emak” ndak pas," tulis Sudjiwo Tedjo dalam akun Twitternya.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar mengatakan, istilah emak-emak merupakan cermin dari kekayaan khazanah.

"Saya panggil Ibu saya dikampung Emak, omak.

Itu cermin kekayaan khazanah budaya negeri.

Lantas panggilan itu merendahkan? Karena watak feodalisme kalian lah kemudian menempatkan kata emak-emak rendah.

Ngomong Pancasila dan keberagaman tp justru menistakan keberagaman itu sendiri," cuit Dahnil Anzar.

cuitan Sudjiwo Tedjo dan Dahnil Anzar
cuitan Sudjiwo Tedjo dan Dahnil Anzar (Twitter/ sudjiwotedjo/dahnilanzar)

Lain halnya dengan apa yang disampaikan Ferdinand Hutahaean.

Menurut politikus Demokrat itu, banyak yang lebih suka disebut emak-emak.

"Urusan apa dia soal panggilan Emak? Lah banyak yg suka disebut emak2 lu mau apa? Lu mau sok beradap? Sok strata tinggi? Sok kelas sosial tinggi? Sok ibu yg sosialita? Ngehek lu Hidup PARTAI EMAK-EMAK @PEPESOfficial," cuitnya.

Cuitan ferdinand
Cuitan ferdinand (Twitter/ Ferdinand)

Di sisi lalin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk menjadi ibu bangsa.

Sebagai ibu bangsa, perempuan mempunyai peran penting dalam mendidik para penerus masa depan bangsa.

Seperti dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, Jokowi juga sepakat dengan Ketua Kongres Wanita Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo yang menolak perempuan Indonesia disebut sebagai "emak-emak".

Sebab, Perempuan Indonesia sudah mempunyai konsep ibu bangsa sejak tahun 1935.

"Jadi saya setuju tadi Ibu Giwo menyampaikan istilah emak-emak. Ibu bangsa," tegasnya.

Perwakilan Masuk Tim Sukses, 17 Poin Pakta Integritas dan Dukungan Rieziq Shihab untuk Prabowo-Sandi

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35 di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta.

Di dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa kiprah perempuan Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain.

"Kita punya Ibu Rini Sugianto, animator film-film Hollywood. Kadang kita tidak tahu, tetapi Ibu Rini ini animator terbaik yang dipakai di film-film Hollywood," ujar Presiden Jokowi dalam pidatonya, Jumat (14/09/2018).

Menurut Jokowi, perempuan mempunyai peran penting dalam mencetak generasi masa depan bangsa.

Sehingga Presiden Joko Widodo mengajak perempuan Indonesia untuk menjadi ibu bangsa.

"Inilah yang saya maksud kan sebagai ibu bangsa. Yang mendidik anak-anak kita, sebagai penerus masa depan bangsa, yang memperbaiki mentalitas bangsa, yang menjaga moral keluarga dan masyarakat, yang menjaga alam untuk anak cucunya, yang menggerakkan ekonomi keluarga dan masyarakat," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved