SBY Walkout Saat Deklarasi Kampanye Damai: Prabowo Tanya Sandiaga Uno, PKB Singgung Bendera Demokrat

Hinca menuturkan SBY walk out karena melihat banyak sekali aturan main yang dilanggar, tak sesuai dengan apa yang disepakati dari awal.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Muhammad Zulfikar
Tribunnews.com/Dennis Destryawan
AHY dan SBY saat deklarasi damai di Jakarta, Minggu (23/9/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono melakukan aksi walk out (WO) saat deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 yang berlangsung di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (23/9/2018).

Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan SBY sempat hadir dalam acara yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu.

Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kiri) beserta Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Sandiaga Salahudin Uno (kanan) membacakan ikrar deklarasi damai saat meghadiri Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Silang Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 yang diikuti KPU, pasangan Capres dan Cawapres, dan 16 partai politik nasional tersebut mengambil tema 'Kampanye anti SARA dan HOAKS untuk menjadikan pemilih berdaulat agar negara kuat'.
Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kiri) beserta Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Sandiaga Salahudin Uno (kanan) membacakan ikrar deklarasi damai saat meghadiri Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Silang Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 yang diikuti KPU, pasangan Capres dan Cawapres, dan 16 partai politik nasional tersebut mengambil tema 'Kampanye anti SARA dan HOAKS untuk menjadikan pemilih berdaulat agar negara kuat'. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

“Tadi teman-teman lihat Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) hadir. Tadi malam saya telepon Ketua KPU (bahwa) Pak SBY akan hadir. Tapi baru kira-kira lima menit tadi ikut defile, beliau (SBY) turun dan walk out meninggalkan barisan,” kata Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan.

Alasan SBY Walkout

Hinca menuturkan SBY walk out karena melihat banyak sekali aturan main yang dilanggar, tak sesuai dengan apa yang disepakati dari awal.

“Misalnya kan kita sepakat pakaian adat saja dan tidak membawa parpol apalagi membawa atribut begitu banyak sehingga terkesan sudah kampanye,” kata Hinca.

“Kemudian Pak SBY bilang ke saya, ‘Saudara sekjen pimpin defile sampai selesai’. Saya pimpin sampai selesai, belum tadi masuk di situ acara sudah selesai, sehingga deklarasi pun kami tidak bisa naik. Kami tak bisa tandatangan (ikrar kampanye damai),” tambah Hinca.

Demokrat Protes KPU

Hinca mengatakan Partai Demokrat telah menyampaikan protes kepada Ketua KPU Arif Budiman.

“Saya sudah menulis protes keras (kepada) Ketua KPU Arif Budiman dan cc saudara Bawaslu,” kata Hinca.

Ia mengingatkan kepada KPU untuk tegas dalam menegakkan aturan yang telah disepakati secara bersama-sama.

Hinca Pandjaitan
Hinca Pandjaitan (TRIBUNNEWS)

“Kami mengingatkan KPU agar deklarasi semacam ini yang sudah disepakati aturan mainnya dengan pakaian adat dan kami sepakat tidak membawa atribut partai, kecuali yang disediakan oleh KPU. Tapi teman-teman bisa melihat semua atribut (parpol) ada di tempat, menurut kami KPU tidak tegas dan kami protes keras,” kata Hinja.

Meski demikian, kata dia, Partai Demokrat berkomitmen untuk menggelar kampanye Pemilu 2019 yang damai dan aman.

“Semangat dan cita-cita (Partai Demokrat) untuk membuat pemilu damai, Demokrat tetap pada posisi itu,” ujar dia.

Sandiaga Uno Tak Heran

Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mengaku tak heran dengan SBY yang melakukan aksi walk out dalam kampanye damai di Monas.

"Saya sendiri nggak heran, karena itu (kampanye damai) kan komitmen," ujar Sandiaga di Gedung Smesco, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (23/9/2018).

Sandiaga menilai KPU sudah terlalu sering melakukan kesalahan yang berulang-ulang.

KPU, lanjutnya dalam hal ini tidak melakukan pengawasan dan pencegahan yang maksimal sehingga menimbulkan pelanggaran kesepakatan yang mengakibatkan kerugian salah satu pihak.

"Kami atau pak Jokowi atau pak Kyai Ma'ruf juga tidak menyuruh seperti itu, tapi tetap kejadiannya begitu, jadi KPU sudah terlalu sering berulang-ulang," terangnya.

Dengan terjadinya insiden tersebut, Sandiaga berharap pihak KPU maupun partai politik lainnya tidak ikut menciderai sesuatu yang telah disepakati sebelumnya.

"Buat kita sih ya diperbaiki ke depan, jangan ada peraturan atau kesepakatan yang dilanggar," kata Sandiaga.

Pengakuan Sandiaga Uno

SBY melakukan WO sebagai bentuk protes karena diteriaki dan ada atribut parpol di acara kampanye damai tersebut.

Menurut Sandiaga, tidak hanya SBY yang mendapat perlakuan tak menyenangkan dari beberapa simpatisan pendukung Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Sandiaga membawa map putih hasil tes kesehatan ke rumah Prabowo.
Sandiaga membawa map putih hasil tes kesehatan ke rumah Prabowo. (TribunJakarta.com/Dwi Putra Kesuma)

Saat berkarnaval, Sandiaga menungkapkan dirinya dan Prabowo juga sempat diteriaki dengan yel-yel pendukung pasangan nomor urut 01.

"Sebenarnya kami juga, waktu lewat section itu pas keluar diteriaki gitu, tapi saya dan Pak Prabowo senyum saja," kata Sandiaga di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Minggu (23/9/2018).

Usai karnaval dan kembali ke tenda, menurut Sandiaga, Prabowo sempat bertanya keberadaan SBY dan kedua putranya yang tiba-tiba menghilang.

Hanya saja Sandiaga mengaku belum tahu alasan SBY keluar lapangan sebelum acara usai.

"Pak Prabowo nanya, 'San, SBY mana?' Terus saya cek iya enggak ada. Mas AHY juga enggak ada. Waktu itu kita belum tahu kenapa pulang," kata Sandiaga

Sandiaga mengaku menyelesai kejadian tersebut dan berharap KPU melakukan evalusi.

"KPU menyatakan tidak boleh ada atribut partai, provokasi atau yel-yel, tapi itu masih terjadi. Jadi ke depan mesti dievaluasi acara-acara seperti itu," ucap Sandiaga.

Tidak hanya itu Sandiaga menilai acara tersebut berbiaya mahal dan tidak sejalan dengan keadaan perekonomian Indonesia yang menurut dia sedang kurang baik ini.

Dan Sandiaga mengklaim bahwa Jokowi juga telah setuju dengan pernyataan tersebut.

"Pak Jokowi juga tadi bicara dengan kita bilang setuju, bahwa kegiatan ini pemborosan anggaran," ujar Sandiaga.

Reaksi Golkar

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, malam ini berkunjung ke rumah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, malam ini berkunjung ke rumah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. (TRIBUNJAKARTA.COM/DWI PUTRA KESUMA)

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berpendapat, adanya atribut partai politik saat karnaval deklarasi kampanye damai berlangsung Minggu (23/9/2018) pagi merupakan bentuk spontanitas masyarakat.

Hal itu dikatakan Airlangga menanggapi, sikap “walk out” ketua umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono SBY saat pawai karnaval kampanye damai di Lapangan Silang Monas Jakarta, Minggu (23/9) pagi.

"Sepanjang perjalanan (pawai kampanye damai), tentunya masyarakat namanya spontanitas," ujar Airlangga di Kantor DPD Partai Golkar DKI, Cikini, Jakarta Pusat.

Airlangga menilai, deklarasi kampanye pemilu damai 2019 berjalan lancar. Menteri Perindustrian ini mengaku, dirinya hadir dalam deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 untuk mendampingi pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Tadi saya pikir berjalan baik kampanye damai," kata Airlangga.

Sementara Sekjen PAN Eddy Soeparno menceritakan, awalnya dia bersama-sama SBY dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di dalam mobil golf yang sama.

Menurut Eddy, masalah timbul ketika mobil golf keluar dari kawasan Monas menuju Jalan Medan Merdeka Barat.

"Ada gerakan massa yang membangun posko di sana dan gerakan massa itu memang sengaja mengelilingi golf car kami ya," ujar Eddy.

Sekjen PAN, Eddy Soeparno
Sekjen PAN, Eddy Soeparno (Kompasiana)

Menurut dia, massa yang mengelilingi mobil golf tersebut meneriakkan yel-yel yang dianggap bernada provokatif.

Saat itu, SBY merasa tindakan itu adalah perlakuan yang tidak adil.

Setelah itu, SBY dan kedua putranya turun dari mobil golf dan memutuskan untuk tidak kembali ke arena pelaksanaan deklarasi kampanye damai.

Tanggapan Projo

Ketua Umum Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi, menanggapi 'walk out', Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono saat acara deklarasi damai yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum.

SBY meninggalkan acara Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Monas, karena terganggu dengan sikap dari kelompok relawan Projo.

Budi Arie Setiadi pun mempertanyakan apa yang membuat Presiden RI ke 6 itu marah.

Budi mengatakan, kehadiran Projo dalam Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Lapangan Silang Barat Tugu Monas, Jakarta Pusat untuk menjadikan pesta demokrasi 2019 berlangsung damai dan penuh kegembiraan.

"Kami hanya membawa energi dan kegembiraan rakyat. Kami menghormati siapapun parpol peserta pemilu 2019. Kami menghormati Pak SBY sebagai Presiden RI ke 6. Begitu pula Bu Mega dan Pak Habibie," ujar Budi saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (23/9/2018).

Menurut Budi, Projo hanya bernyanyi 'Jokowi lagi, Jokowi lagi'. Budi mengatakan, tidak ada niatan dari Projo untuk memprovokasi siapapun.

"Bahwa kami hadir dalam jumlah yang besar, penuh semangat kegembiraan, wajar saja," kata Budi.

Budi juga menegaskan, kehadiran Projo dalam acara itu hanya meneriakkan dukungan untuk Jokowi agar bisa menjadi Presiden RI untuk kedua kalinya.

"Tidak ada aroma permusuhan, amarah dan dendam. Tidak ada kata- kata kasar, makian bahkan kami tidak mencemooh siapa pun. Kami berjumpa dengan seluruh pimpinan parpol. Tanya saja kepada mereka apa yg kami lakukan," ujar Budi.

Budi berujar, saat meneriakan Jokowi lagi, para relawan berada di ruang publik bukan di area yang jadi tanggung jawab KPU. Ketika rombongan SBY melintas, Projo berteriak, "Pak SBY ayo dukung Jokowi. Apakah ini salah?" sambungnya.

Budi mengklaim tidak ada satupun perundangan-undangan yang dilanggar Projo, "Biarkan rakyat merayakan pesta demokrasi 2019 dengan penuh kegembiraan," tuturnya.

Tanggapan PKB

Sekjen PKB, Abdul Kadir Karding
Sekjen PKB, Abdul Kadir Karding (Tribunnews.com/ Vincentius Jyestha)

Sekjen PKB Abdul Kadir Karding angkat bicara mengenai polemik SBY walkout dalam deklarasi damai yang digelar KPU.

Karding menuturkan adanya kesepakatan agar tidak membawa alat peraga dari partai politik.

Seluruh parpol telah mentaati sebatas wilayah-wilayah yang disepakati sebagai wilayah kampanye.

"Diluar tempat atau diluar wilayah kampanye damai. Tentu KPU tidak bisa kontrol semua karena spontan dukungan dari para relawan-relawan paslon termasuk dari pasangan Pak Jokowi-Kiai Maruf," katanya.

Karding juga mengikuti langsung karnaval sesuai dengan rute yan ditentukan KPU.

Tak Disangka, Seni Melukis Ternyata Punya Segudang Manfaat Untuk Anak loh

Anies Baswedan Tak Sempat Bertemu Keluarga Korban saat Melayat ke Rumah Haringga Sirila

Cerita Hendar, Petugas Dinas Lingkungan Hidup yang Temukan 20 Senjata Tajam di Tiga Sungai di Jaksel

Ia merasa gembira dan senang karena disambut secara suka ria oleh banyak pihak. Sehingga ia menilai tidak ada yang perlu dipersoalkan.

"Saya melihat foto dari twitter bahwa teman-teman Demokrat di belakang Pak SBY ada bendera Demokrat jadi menurut saya perlu di klarifikasi ke publik agar tidak merugikan pihak Jokowi-Kiai Maruf seakan-akan pihak Jokowi-Kiai Ma'ruf tidak taat, tidak fair," ujarnya. (Kompas.com/Tribunnews.com/TribunJakarta.com)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved