Gempa di Donggala

Aksi Heroik Anthonius Hingga Kesaksian Pilot Rekam Tsunami dari Kokpit Batik Air

Gempa bumi diikuti tsunami yang menerjang Palu meninggalkan duka, tapi ada sisi kepahlawanan dari seorang Anthonius Gunawan Agung, petugas ATC Palu.

Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Erik Sinaga
Istimewa/Facebook
Tower Bandara Mutiara Palu (kiri) dan Anthonius Agung Gunawan, air traffic controller yang meninggal saat bertugas. Anthonius loncat seketika tower Bandara diguncang gempa pada Jumat (29/9/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA  - Sejumlah objek vital hancur dan rusak parah akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter yang mengguncang Kabupaten Donggala, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Tower Bandara Mutiara SIS A-Jufrie, Palu, roboh tak lama gempa berguncang, kemudian diikuti tsunami yang menerjang Kota Palu yang terkenal dengan sebutan Kota Teluk karena memang letaknya di teluk.

Ada sejumlah kesaksian di balik bencana gempa yang melanda Kota Palu tersebut. TribunJakarta.com mencoba menghimpun berita terkini tentang jumlah korban, cerita di balik lepas landasnya pesawat Batik Air dan petugas ATC Bandara Palu yang berjasa.

Korban meninggal 384 orang

Badan Nasional Penanggulangan Bencana melansir data terkini korban jiwa akibat gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu hingga pukul 13.00 WIB tercatat sebanyak 384 orang meninggal.

"Kami dapat update data baru, total meninggal dunia 384 orang dan luka berat sebanyak 540 orang," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).

Jumlah korban meninggal dan luka-luka yang dilansir oleh BNPB adalah korban yang sudah teridentifikasi oleh BNPB dan tim SAR gabungan.

Sedangkan untuk Kabupaten Donggala masih belum mendapat informasi korban, karena sulitnya komunikasi.

Ia memastikan jumlah korban dipastikan akan bertambah, karena masih banyak korban yang belum dapat BNPB identifikasi.

"Diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah karena proses pencarian, proses evakuasi masih terus dilakukan," ujar Sutopo.

Adapun rinciannya korban meinggal dan luka-luka di Kota Palu, sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Wirabuana Palu : 10 orang meninggal dunia 

2. Rumah Sakit Masjid Raya : 50 orang meninggal dunia 

3. Rumah Sakit Bhayangkara : 161 orang meninggal dunia 

4. Rumah Sakit Pantolan Induk : 20 orang meninggal dunia 

5. Kayumalue Pajeko : 2 orang meninggal dunia 

6. Rumah Sakit Undata Mamboro Palu : 141 orang meninggal dunia

Sedangakan, sebanyak 29 orang dinyatakan hilang di Kelurahan Pantolan Induk, Kota Palu.

Bandara Palu ditutup

Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie atau biasa disebut Bandara Palu, ditutup akibat terdampak gempa bumi pada Jumat (28/9/2018).

"Bandara Palu ditutup hingga tangggal 29 September 2018 pukul 19.20 WITA, dengan catatan tidak terjadi gempa atau tsunami lagi," terang Sutopo.

Bandara Palu rusak cukup parah, karena berjarak 75 kilometer dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang menjadi pusat gempa.

Kerusakan di Bandara Palu seperti tower lantai 4 runtuh, peralatan komunikasi rusak, pemancar radio rusak, jaringan usat down, radar dan VOR belum berfungsi.

Selain itu, 500 meter dari 2.500 meter landas pacu atau runway retak akibat gempa. Landas pacu yang tersisa sepanjang 2.000 meter tersebut tidak dapat didarati pesawat jet berukuran besar, seperti Boeing 747.

Namun, tiga bandara lain di sekitar Kota Palu masih beroperasi normal, yaitu Bandar Udara Mamuju, Bandar Udara Toli, dan Bandar Udara Poso.

"Bandara Mamuju terjadi kerusakan di bangunan tower, namun masih berfungsi," ujar Sutopo.

Pesawat Batik Air berguncang digoyang gempa 

Kapten Ricosetta Mafella menyaksikan dari dalam kokpit pesawat Batik Air penerbangan ID6231 yang ia piloti lepas landas saat gempa mengguncang Palu. 

Dari dalam pesawat Airbus A320 yang diawakinya, Ricosetta melihat menara ATC bandara roboh.

Cerita tersebut beredar di sejumlah grup percakapan instan, KompasTekno telah menghubungi Kapten Ricosetta pada Sabtu (29/9/2018) pagi dan mendapat izin untuk menuliskannya.

Hari itu adalah hari terakhir Ricosetta terbang di Batik Air, lusa ia sudah kembali ke Lion Air (Batik Air dan Lion Air tergabung dalam Lion Group).

Saat di bandara Mutiara, Palu, sesaat sebelum keberangkatan, Kapten Fella meminta quick handling, sesuatu yang tidak biasa ia minta kepada ground handling.

"Entah kenapa kayak diingetin harus buru-buru terbang," tulisnya.

Penerbangan Batik Air ID6231 melayani rute Palu-Makassar, dijadwalkan terbang pada pukul 17.55 waktu setempat.

Saat mendapat izin untuk take off, pesawat mulai rolling di runway, Kapten Ricosetta merasakan pesawat bergerak ke kanan dan kiri, getaran terasa mendatar, bukan vertikal.

Ia belum menyadari apa yang dialaminya saat rolling untuk take off itu adalah gempa yang sedang melanda di bandara Mutiara, Palu.

"Tetapi karena di kokpit fokus untuk airborne phase, jadi tetap dilaksanakan karena gak mengganggu," tulisnya.

Pada mulanya, ia mengira goyangan itu disebabkan oleh permukaan runway yang bergelombang.

Setelah pesawat mengudara, awak Batik Air ID6231 menghubungi tower, sesuai prosedur yang berlaku.

Namun saat itu sudah tidak ada jawaban dari menara ATC bandara Palu. Panggilan ke tower ATC Palu dilakukan beberapa kali, namun tetap tidak ada jawaban.

Rupanya, saat itu, tower ATC bandara Palu sudah roboh akibat guncangan gempa, namun hal itu belum disadari awak Batik Air ID6231.

Saat pesawat mencapai ketinggian antara 2.000-3.000 kaki, dan checklist setelah take off selesai dilakukan, Kapten Ricosetta melihat gelombang-gelombang aneh di pesisir pantai Palu.

Ia mengaku sempat merekam video pendek gelombang tersebut. Namun masih belum sadar apa yang terjadi.

"Tahu ada gempa setelah ada info di radio," tulis Kapten Ricosetta.

Akhirnya, semua kru penerbangan diberi tahu mereka adalah pesawat terakhir yang terbang dari Palu, persis saat gempa terjadi.

Penelusuran KompasTekno dari situs Flightradar24, penerbangan Batik Air ID6231 pada 28 September, tinggal landas dan tertangkap radar pada pukul 18.17 WITA.

Sementara gempa bumi yang terjadi di Donggala, Palu dan sekitarnya, tercatat oleh BMKG pada pukul 18.02 WITA.

Aksi heroik Anthonius

Ada orang yang paling berjasa di balik terbangnya Batik Air, pesawat yang terakhir kali terbang dan lepas landas saat gempa mengguncang Bandara Palu.

Dialah petugas Air Traffic Controller (ATC) bernama Anthonius Gunawan Agung.

Anthonius gugur saat bertugas memberikan clearing ke pilot pesawat Batik Air untuk lepas landas.

Sempat dirawat intensif, Anthonius menghembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu (29/9/2018) pagi.

Saat pesawat mencoba lepas landas, gempa menggoyang bumi dan meruntuhkan tower ATC Bandara Palu yang berkelir oranye itu.

Tenaga Ahli Madya Kantor Staf Presiden (KSP), Alois Wisnuhardana, menceritakan detik-detik peristiwa runtuhnya tower ATC melalui akun Facebook-nya dan perjuangan Anthonius.

TUNTAS

Batik Air dengan nomor penerbangan ID 6231 itu terbang dari Bandara Mutiara Al Jufri, Palu, sesuai jadwal, 17.55 WITA.

Setelah bersiap di landas pacu, pesawat kemudian mulai bergerak laju. Petugas Menara Kontrol ini tetap duduk di kursi tugasnya, berkomunikasi dengan pilot, untuk memastikan bahwa pesawat sudah dalam kondisi terbang penuh, airborne. Tak ada lagi roda yg menempel di landasan. Siap mengudara.

Pada saat yang sama selepas pesawat terbang meninggi, gempa disusul tsunami terjadi.

Entah apa yang kemudian terjadi, mungkin akan tetap tersembunyi. Tapi yang pasti anak muda ini telah memastikan tugas dan tanggung jawabnya tuntas. Pilihan itu membuatnya sudah tak lagi punya waktu untuk menyelamatkan diri. Anak muda ini, gugur dalam tugas, persis setelah Batik Air lepas landas terbang ke udara bebas.

Dalam wawancara di Breaking News Kompas TV, Manager Humas AirNav Indonesia, Yohanes Sirait, menceritakan bagaimana Anthonius meninggal.

"Saat gempa terjadi, beliau telah memberikan clearing kepada penerbangan Batik Air untuk lepas landas dan menunggu pesawat tersebut airbrone dengan selamat sebelum akhirnya meninggalkan cabin tower ATC. Tapi saat itu gempa semakin kencang dan akhirnya ia melompat, dan terluka. Dan akhirnya tadi pagi meninggal," katanya.

"Duka yang begitu mendalam kami rasakan, semoga tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa diberikan kepada salah satu keluarga kami dan korban-korban lain akibat gempa di Kabupaten Donggala," ucap dia.

Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (AirNav Indonesia) akhirnya membuka kembali penerbangan di Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9/2018).

Berdasarkan Notice to Airmen (Notam) terbaru dari Airnav, pembukaan bandara ini bersifat khusus hanya untuk emergency, SAR dan kemanusiaan.

Yohanes Sirait mengatakan panjang landasan Bandara Palu 2.250 meter. Namun yang dapat digunakan saat ini hanya sepanjang 2.000 meter karena 250 meter retak.

"AirNav telah memasang marka untuk kondisi tersebut. Saat ini layanan navigasi dilakukan dengan prosedur VFR (Visual Flight Rules)," ujar Yohanes dalam keterangan tertulisnya.

Yohanes mengatakan, AirNav Indonesia telah memberangkatkan personel dari Kantor Cabang Makassar untuk memberikan layanan navigasi penerbangan di Palu.

Personel yang diberangkatkan sebanyak 11 orang yang terdiri dari 5 personel ATC, 4 personel teknik telekomunikasi, 1 personel teknik listrik dan 1 personel ARO. Tim dari Makassar juga membawa Genset dan bahan bakar. (TribunJakarta.com/TribunnewsBogor.com/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved