Gempa di Donggala

Kisah Dokter Eka Erwansyah di Palu: Bau Busuk Jenazah Depan IGD dan Sebut Ada 3 'Sang Pembunuh'

Dokter Eka Erwansyah Tim Relawan gempa dan tsunami di Palu berharap bahwa jenazah yang ada di depan ruang IGD RSU Undata segera dievakuasi

Penulis: Ilusi | Editor: Erik Sinaga
BNPB
Proses evakuasi gempa bumi dan tsunami di Donggala dan Palu, oleh Perumnas Balaroa yang dilakukan secara manual sambil menunggu alat berat datang. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Dokter Eka Erwansyah menceritakan kisahnya selama menjadi Tim Relawan gempa dan tsunami di Palu tepatnya di Kabupaten Sigi.

Melansir dari video yang diunggahnya ke sosial media Facebook, Dokter Eka Erwansyah mengatakan bahwa saat ini dirinya dan tim merasakan kesulitan dalam menjalankan tugasnya.

Hal tersebut dikatakan dirinya, karena jenazah yang tergeletak di depan Rumah Sakit Undata, Palu, Sulawesi Tengah.

Dokter Eka Erwansyah menjelaskan bahwa jenazah-jenazah yang tergeletak di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rumah Sakit Umum Undata belum juga di evakuasi sejak 3 hari yang lalu.

"Saat ini saya ada di depan instalasi gawat darurat, Rumah Sakit Umum Undata," jelas Dokter Eka Erwansyah.

"Jadi yang masalah ini, mayat-mayat yang bergelimpangan di sini. Ini sudah sejak 3 hari ada di sini," sambung dia.

FOLLOW YA:

Lebih lanjut, Dokter Eka Erwansyah mengungkapkan bahwa jenazah korban gempa dan tsunami di Palu memang sengaja ditaruh di depan IGD Rumah Sakit Undata agar keluarga korban bisa mencari dan membawa pulang jenazah tersebut untuk dimakamkan.

Kendati demikian, ada beberapa jenazah yang tak bisa dikeatahui identitasnya dan masih tergeletak di depan IGD Rumah Sakit Umum Undata.

"Jadi keluarga datang, melihat jika keluarganya dan keluarga bawa, dan seterusnya begitu," ujar Dokter Eka Erwansyah.

"Nah rupanya ini, sebagian dari mayat ini ada yang tidak bisa dikenali. Sudah tiga hari sudah bengkak ini," tambah dia.

Namun, jenazah yang tak diketahui identitasnya nampak menjadi kendala bagi tim relawan.

Pasalnya, jenazah tersebut sudah berbau busuk.

Terlebih, bau busuk jenazah tersebut masuk hingga ke dalam ruangan Instalasi Gawat Darurat.

Sehingga, tim relawan mengkhawatirkan bau busuk tersebut dapat menimbulkan penyakit bagi pasien dan masyarakat sekitar.

"Masalahnya, Kita mayat-mayat ini berdampingan dengan pasien, bau busuk juga masuk ke instalasi gawat darurat," kata Dokter Eka Erwansyah.

"Sehingga kita nggak bisa kerja. Pasien juga terganggu kasihan," lanjut dia.

"Nah yang saya khawatirkan ini, ini penyakit sudah mulai masuk ke dalam," tambahnya.

Dokter Eka Erwansyah pun menuturkan bahwa dirinya dan anggota tim relawan lainnya, membutuhkan bantuan dari pemerintah agar jenazah di depan ruang Instalasi Gawat Darurat tersebut segera di evakuasi.

"Jadi saya mohon siapa yang bisa membantu, pemerintah atau siapa saja tolong evakuasi cepat ini mayat-mayat," ucap dia.

"Nggak bisa kita biarkan terus lama-ama disini," sambung Dokter Eka Erwansyah.

Melansir dari keterangan tertulis yang dihimpun TribunJakarta.com, Dokter Eka Erwansyah menyebutkan bahwa bencana yang terjadi di Palu sangat luar biasa.

"Bencana Palu dalam pandangan saya bukan hanya Bencana Luarbiasa, tapi Sungguh Sangat Luabiasa," tukas Dokter Eka Erwansyah.

Akui Sulit Bandingkan Jokowi dan Prabowo, Deddy Corbuzier: Kalau Belum Jadi Presiden Gue Gak Tahu

Hotman Paris Sebut Wanita Bertubuh Seksi Dibutuhkan dalam Berkarier, Begini Respon Cinta Laura

Deddy Corbuzier Sebut 3 Kubu yang Kerap Menjelekkan Capres-Cawapres 2019

Dokter Eka Erwansyah pun menuturkan, bencana yang terjadi di Palu berbeda dari bencana tsunami di Aceh.

Ia menegaskan bahwa bencana yang terjadi di Palu didasari dari 3 'Sang Pembunuh'.

"Biasa dalam suatu bencana hanya ada 1 atau 2 "pembunuh". Biasanya gempa saja, atau Gempa plus tsunami.," jelas dia.

"Bencana Aceh didahului gempa tapi "sang pembunuh" sebenarnya adalah hanya 1 yaitu tsunami.

Nah di Palu ada TIGA "Sang Pembunuh"," sambungnya.

Tiga 'sang pembunuh' yang dimaksudnya adalah sebagai berikut.

1. Gempa banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.

2. Tsunami sekitar 1000 orang disekitar pantai sedang persiapan Festival Nomini tersapu oleh tsunami.

3. Lumpur. Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur yang menyembur dari dalam bumi dan dalam sekejap menenggelamkan 1 perkampungan.

Diketahui dalam insiden gempa dan tsunami yang terjadi di Palu diprakirakan sekita 700 orang terkubur hidup-hidup.

Hotel Roa Roa di kawasan Maesa di Kelurahan Lolu Timur, Kota Palu, luluh lantak dihantam rangkaian gempa yang melanda Sulawesi Tengah. Puluhan tamu belum diketahui nasibnya.
Hotel Roa Roa di kawasan Maesa di Kelurahan Lolu Timur, Kota Palu, luluh lantak dihantam rangkaian gempa yang melanda Sulawesi Tengah. Puluhan tamu belum diketahui nasibnya. (KOMPAS.com/ROSYID A AZHAR)

Bahkan, ada sekitar 200 orang siswa SMA sedang berkemah juga terkubur dalam lumpur yang tiba-tiba menyembur dan menimbun mereka.

Dokter Eka Erwansyah mengatakan, bahwa ada kampung yang hilang di Palu Kabupaten Sigi.

Kampung tersbeut bernama Kampung Petobo, Kabupaten Sigi.
, Sulawesi Tengah.

Dokter Eka Erwansyahpun menceriktakan dirinya tak dapat menahan tangis saat menghimpun data korban.

Lantran ada seorang bapak yang melaporkan bahwa anaknya hilang.

Telebih, bapak tersebut, kata Dokter Eka, menceritakan anaknya hilang saat hendak mengaji.

"Kemaren saat yang menghimpun data ante mortem korban, saya tidak kuasa tahan tangis," kata Dokter Eka.

"Seorang bapak yang melaporkan anaknya yg hilang. Dia curhat. Ketika itu antarkan anaknya mengaji," ceritanya.

Lebih lanjut, Bapak tersbeut menceritakan dirinya baru saja mengatarkan anakny untuk pergi mengaji.

Update CPNS 2018: 5 Instansi Paling Banyak Diminati dan Helpdesk sscn.bkn.go.id Sudah Bisa Diakses

Cetak Kartu SSCN Sulit dan Muncul Notif Data Tidak Sesuai, Jangan Panik Lakukan Hal Ini!

Jarak rumah dan tempat mengaji tersebut hanya terpisahkan oleh jembatan.

Saat tiba dirumah usai mengantarkan anaknya, tak lama bapak tersebut mendengar sebuah bunyi.

"Rumahnya dan rumah tempat mengaji hanya dipisahkan oleh jembatan.

Begitu anaknya didrop, dia balik ke rumahnya."

"Baru mau masuk ke rumah tiba mendengar bunyi bbluuumm.. dia balik badan dan hanya melihat hamparan tanah kosong berlumpur," kata bapak tersebut, yang di ceritakan oleh Dokter Eka.

Menurut bapak tersebut, kata Dokter Eka Erwansyah, hilangnya Kampung Petobo hanya dalam hitungan detik.

"Kemana perginya rumah-rumah satu perkampungan itu? Hanya dalam hitungan detik satu kampung hilang," jelas Dokter Eka Erwansyah.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved