Putus dari Ariel Tatum, Ryuji Utomo Lamar Kekasihnya, Ternyata Laki-laki Punya Hormon Cepat Move On
Banyak kasus kandasnya hubungan percintaan yang membuat perempuan terheran, mengapa seorang laki-laki dengan mudah mencintai orang yang baru.
Melansir dari Psychology Today, Universitas Binghamton melakukan survei ke lebih dari 5.000 orang dari 96 negara, dan menemukan bahwa tidak ada satupun laki-laki yang merasa frustasi secara kompleks setelah putus dari pasangannya.
Saat diukur dengan skala, ternyata laki-laki tak merasakan patah hati sedalam perempuan.
Hal ini bukan karena seorang laki-laki dulu tak mencintai pasangannya, namun saat mereka sudah berkeluarga, perempuanlah yang mengalami kehilangan lebih banyak.
Dan ketika pilihannya sudah jatuh ke orang tersebut, ia akan memberikan seluruh hidupnya ke laki-laki tersebut.
Maka dari itu, seorang perempuan akan mengalami luka yang sangat dalam ketika gagal dengan pasangannya.
• Romantisnya Ryuji Utomo Lamar Kekasih Hati, Bukan Ariel Tatum yang Beruntung
• Bukan Ariel Tatum atau Yuki Kato, Ryuji Utomo Lamar Wanita Ini Gunakan Helikopter
• Di Instagram Sang Mantan Pamer Akan Segera Menikahi Kekasih Barunya, Ariel Tatum Beri Komentar Ini
Ia menganggap bahwa seolah masa depan dia juga hilang bersama dengan hilangnya laki-laki tersebut.
Selain itu, setelah gagal seorang perempuan akan merenungi kesalahan yang diperbuat selama ini.
Dia akan terus berpikir kesalahan apa yang diperbuat sehingga pasangannya tega meninggalkannya.
Sehingga setelah berpisah, seorang perempuan akan mengalami kehilangan kepercayaan dirinya dua kali lebih besar ketimbang laki-laki.
Menurut Dr. Scott Carol, seorang ahli dalam hubungan psikiater di Universitas Mexico, menekankan bahwa laki-laki cenderung tak ambil pusing dengan kejadian yang dialaminya.
Ia akan mengalihkan kegagalan hubungan dengan pasangannya ke bermain dan berpesta bersama teman-temannya.
Hal itu dinilai cukup menenggelamkan rasa sedih sementara yang dirasakan seorang laki-laki.
Josh Klapow, seorang psikologi klinis di Universitas Albama menambahkan bahwa seroang laki-laki memiliki kemampuan perkembangan emosional yang kurang, sehingga hal itu dapat menghambat hubungan yang mereka jalani.
Hal itu membuat laki-laki rentan memberi perasaan kepada pasangannya lebih dalam.
Sikap yang tak bisa diberikan laki-laki dengan lebih dalam itu membuat ia beranggapan bahwa hubungan yang dijalaninya hanya sebuah pencapaian.