Ramai-ramai Soroti Sinetron Azab Kematian yang Tidak Mendidik di TV Hingga Respon KPI
Adalah sinetron tv yang judulnya dibumbui kata 'azab' kematian yang menjadi perhatian warganet. Tayangan tersebut dianggap tidak mendidik
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM- Hari-hari ini, sinetron yang ditampilkan di layar televisi Indonesia semakin membuat warga geleng-geleng. Adalah sinetron tv yang judulnya dibumbui kata 'azab' kematian yang menjadi perhatian warganet.
Sejumlah warganet kemudian membuat sejumlah 'meme' karena menganggap tayangan tersebut tidak mendidik dan cenderung tidak masuk akal.
Seperti apa sebenarnya tayangan azab tersebut? berikut adalah rangkuman TribunJakarta:
Cerita yang tidak masuk akal
Dilansir dari Kompas.com, Sejumlah post diunggah di Twitter atau Instagram. Mulai dari kisah jenazah terhantam sejumlah tabung gas, jenazah terempas dan masuk gilingan molen, tercebur sungai lalu hanyut, liang kubur kejatuhan meteor, dan lain sebagainya, menjadi bahan lelucon netizen.
Misalnya akun Twitter @junetizen yang membuat thread tentang sinetron azab dalam televisi. Ia mengumpulkan berbagai judul dan video sinetron azab yang tayang di sebuah stasiun televisi nasional.
Thread itu pun mendapat banyak komentar dari pengguna Twitter lainnya.
"Gua salut sama orang Indo, dikasih liat azab malah ngakak, anak SD ngeliat angina topan bukannya lari malah dijadiin mainan, salut gua bangga sama orang Indonesia. Love you all. Ngakak," tulis akun @impcrfectly.
Ada juga akun @dananghanantio yang memberi komentar dengan nada sarkastis.
"Ini aktor yang jadi mayatnya hebat nih, tahan bentur, hanyut, masuk adonan semen, kuat diterpa meteor, calon-calon pemenang Oscar nih,” tulisnya.
Ada juga meme yang mengajak netizen untuk memberikan judul azab berdasarkan tanggal lahir. Konten ini sontak menarik banyak perhatian pengguna media sosial untuk turut andil memberikan judul azab versi mereka.
Misalnya, akun @RagilPandowo yang terlihat turut membagikan dan mencoba pertanyaan dalam kuis tersebut.
"Saya anak durhaka tersedak spanduk pecel lele," tulisnya.
Satu lagi dari akun Twitter @mewjyaa. "Versi saya ‘Pencuri Keracunan Kulit Lontong’ kalo kalian?," tulisnya sambil menyertakan tagar recehkan Twitter dan azab.
Jenazah masuk truk Molen?
Maraknya tayangan televisi yang memperlihatkan azab kematian mendapat sorotan netizen. Banyak yang menjadikan cerita dalam sinetron itu sebagai lelucon.
Bagaimana tidak, sejumlah tayangan memang menyajikan kisah janggal yang di luar nalar.
Misalnya, jenazah seorang yang masuk ke kolam ikan atau hanyut di sungai, akibat kejahatan dan dosa yang dilakukannya semasa hidup.
Tidak hanya itu, bahkan ada cerita mengenai mandor jahat yang mendapat azab, yaitu jenazahnya terlempar saat akan dimakamkan, hingga kemudian masuk ke dalam molen pengaduk semen.
Kisah itu mendapat kritik karena dianggap menyajikan tayangan tidak logis, yang tidak memiliki nilai edukasi.
Tanggapan KPI
Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia ( KPI), Mayong Suryo Laksono mengatakan, pihaknya mengaku telah menerima sejumlah aduan terkait program televisi yang menayangkan konten azab akhir-akhir ini.
"Kami menerima sejumlah aduan dari masyarakat. Kemudian kami bahas dan kami rujukkan dengan aturan dan panduan penyiaran, yakni P3 (Pedoman Perilaku Penyiaran) dan SPS (Standar Program Siaran)," kata Mayong, saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/10/2018).
"Kalau ada potensi pelanggaran kami bahas, dan kalau melanggar ya kami jatuhi sanksi," ucap Mayong.
Menurut Mayong, tindak lanjut tersebut akan segera direalisasikan dalam waktu dekat.
"Mungkin minggu ini kami akan bahas di rapat internal komisioner pengawasan isi siaran KPI," ujarnya.
Mayong melanjutkan, tiap-tiap aduan perlu untuk dipelajari lebih lanjut, karena masyarakat terdiri dari berbagai tingkat usia, wilayah, dan selera.
"Yang pasti, terhadap setiap pengaduan kami lakukan verifikasi, sebab tidak semua pengaduan bisa dipertanggungjawabkan," kata Mayong.
Sedangkan, Anggota Bidang Pengawasan Isi Siaran KPI, Dewi Setyarini mengungkapkan, penilaian terhadap aduan yang datang dari media sosial terhadap tayangan di televisi, khususnya drama, tidak bisa dilakukan secara langsung. Tangkapan layar sebagai obyek aduan tidak bisa dijadikan tolak ukur satu-satunya untuk menilai konten secara keseluruhan.
"Kalau melihat drama ini, kami memang memberikan sedikit perlakuan yang berbeda. Kami tidak bisa mengambil sepotong demi sepotong, tapi harus kita lihat keseluruhannya," ujar Dewi.
Dewi menjelaskan, jika memang terbukti melanggar, KPI tidak akan segan mengeluarkan sanksi berupa dua kali teguran tertulis dan pengurangan durasi atau penghentian program sementara. (Kompas.com)