Kata Sang Ayah Soal Perubahan Akbar Sebelum Dibunuh Saudaranya Sendiri
Sumarno sempat berpesan agar Akbar tak keluar rumah karena mereka sudah merencanakan makan siang keluarga.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
"Rencananya mau makan siang bareng. Jam 12 itu masih bisa ditelpon tapi enggak diangkat, enggak lama saya dikabari adik dan diminta datang ke Kali Ciputat. Dari jauh itu saya sudah yakin kalau itu Akbar, saya ingat baju biru yang dipakainya," lanjut Sumarno.
Belum usai bersedih, pihak keluarga harus merelakan jasad Akbar dibawa ke RS Polri Kramat Jati guna menjalani autopsi.
Kondisi jasad Akbar yang mengalami beberapa luka senjata tajam, termasuk di leher dan urat nadi yang putus segera memunculkan dugaan dia dibunuh.
Pakaian Akbar yang basah meski jasadnya ditemukan di tepi Kali Ciputat turut memperkuat dugaan pembunuhan yang kini terbukti.
"Baru dimakamin itu Minggu, setengah satu malam di Kampung Ragamukti. Karena harus dibawa dulu ke RS Polri Kramat Jati untuk diautopsi, jadi enggak bisa langsung dikubur," ucapnya.
Sebagai informasi, Papay dicokok polisi di hunian kakak keempatnya kawasan Cipete, Jakarta Selatan pada Minggu pukul 22.50 WIB.
Penangkapan berawal saat polisi memeriksa dua rekaman CCTV perumahan yang menyorot aksi Papay saat menodong Akbar menggunakan sebilah pisau dapur.
Pisau dapur yang diduga digunakan Rifai untuk membunuh ditemukan Senin (8/10) sekira pukul 10.00 WIB di satu empang berjarak sekira 10 meter dari lokasi jasad Akbar.
Paur Humas Polresta Depok Ipda I Made Budi menyatakan Papay yang diduga melarikan diri ke hunian kakaknya telah mengakui perbuatannya.
• Coach Teco Apresiasi Dukungan The Jakmania di Stadion Patriot
• Mantan Volunteer Asian Games Ikut Ramaikan Asian Para Games 2018
• Pemkot Bekasi Bakal Keluarkan Perwal Kebut Operasionalisasi Trans Patriot
"Tersangka mengakui perbuatannya, dan pisau itu benar senjata tajam yang digunakan untuk membunuh korban," kata Made saat dihubungi wartawan.