Rupiah Terus Melemah, Prabowo Subianto: Kita Tambah Miskin

Melemahnya rupiah kembali menjadi sorotan Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02. Menurutnya, kondisi itu menandakan masyarakat dan bangsa ini

Editor: ade mayasanto
TRIBUNJAKARTA.COM/NAWIR ARSYAD AKBAR
Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto menghadiri rapat kerja nasional (Rakernas) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) 2018, di Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Melemahnya rupiah kembali menjadi sorotan Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02.

Pada perdagangan Kamis (11/10/2018) kemarin, kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.235 per dollar AS.

Sepanjang tahun ini, rupiah sudah melemah 12,39% (ytd) terhadap dollar AS.

Menurutnya, kondisi itu menandakan masyarakat dan bangsa ini sesungguhnya bertambah miskin.

"Mata uang kita merosot terus. Itu tandanya kita tambah miskin. Kalau 1 dolar AS katakanlah Rp 10 ribu lima tahun yang lalu, sekarang Rp 15 ribu. Berarti kita tambah miskin, hampir setengah," ujar Prabowo dihadapan peserta Rakernas Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Lubang Buaya, Jakarta, Kamis (11/10/2018).

Padahal, sambung Prabowo, intensitas kerja serta penghasilan dari masyarakat sama sekali tidak berkurang.

Kondisi itu, menurutnya, wujud nyata bangsa ini semakin miskin.

"Kita tambah miskin. Kita bangsa yang tambah miskin. Bukan bangsa yang tambah baik," tegas Prabowo.

Namun demikian, Ketua Umum Partai Gerindra ini menyayangkan sikap elite pemerintah yang seakan tidak mau mengakui kondisi tersebut.

Pemerintah justru terus menerus mencari pembenaran dengan menyalahkan ekonomi global.

"Elite kita tidak merasa ini penting untuk dibahas," tandasnya.

Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada menilai, pelemahan kurs rupiah masih terdampak sentimen kenaikan harga minyak dunia yang menembus level 80 dolar AS per barrel.

"Harga minyak mentah naik, ketika AS ingin menguasai sejumlah ladang minyak di Timur Tengah, makin membuat peta persaingan perusahan minyak sangat sengit, sehingga harga dolar AS juga ikut naik," kata Reza, di Jakarta, Kamis.

Reza menuturkan naiknya harga minyak akan turut berdampak pada melebarnya defisit transaksi berjalan karena adanya subsidi migas.

Punya 3 Tipe, Palling Murah Rp 184 Juta, Ini Lokasi Rusunami DP 0 Rupiah untuk Warga Jakarta

Kabar Gembira, Rusunami DP 0 Rupiah di Pondok Kelapa Diluncurkan Besok

Apalagi, Indonesia sebagai negara pengimpor minyak.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved