Reaksi Gubernur Edy Rahmayadi Soal Banjir dan Longsor di Sumut yang Sebabkan Belasan Orang Meninggal
"Oh iya, kami masih mencari solusinya. Banjir itu karena apa dan terus solusinya bagaimana? Kami cari tahu dulu bagaimana," kata Edy Rahmayadi
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Erik Sinaga
Dampak banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal lain adalah 17 unit rumah roboh, lima unit rumah hanyut, ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian satu sampai dua meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis. 8 titik longsor berada di Kecamat Batang Natal.
Evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban masih dilakukan.
Kondisi medan berat karena desa-desa terdampak berada di pegunungan, pinggir hutan dan akses sulit dijangkau karena rusak.
BPBD Mandailing Natal, BPBD Provinsi Sumatera Utara, TNI, Polri, SAR Daerah, SKPD, PMI, dan relawan menangani darurat bencana. Bupati telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor di Kab Mandailing Natal Sumatera Utara selama 7 hari (12-18 Oktober 2018).
Kebutuhan mendesak adalah bahan makanan pokok dan alat berat.
"Hujan juga menyebabkan longsor di beberapa daerah di Kota Sibolga, Sumatera Utara pada Kamis (11/10/2018) pukul 16.30 WIB," kata Sutopo.
Menurutnya, longsor menyebabkan empat orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan tiga orang luka ringan.
"Kerugian material meliputi 25 rumah rusak berat, 4 unit rumah rusak sedang dan sekitar 100 rumah terendam banjir dengan tinggi 60-80 centimeter," kata Sutopo.
Komentar Edy Rahmayadi

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku masih mencari solusi terkait banjir yang kerap melanda Kota Medan dan sekitarnya belakangan ini.
"Oh iya, kami masih mencari solusinya. Banjir itu karena apa dan terus solusinya bagaimana? Kami cari tahu dulu bagaimana," katanya di lantai delapan Kantor Gubernur.
Edy berharap, permasalahan banjir segera terselesaikan lantaran banyak masyarakat sudah mengeluhkan masalah ini apalagi saat hujan turun.
"Akan kami cepat selesaikan masalah ini," katanya.
Genangan air setinggi mata kaki pada Jumat (5/10/2018) membuat Edy dan Wakil Gubernur Musa Rajeckshah tidak bisa menunaikan shalat Ashar di Masjid Agung.
Awalnya, lorong jalan yang menghubungkan kantor gubernur dengan Masjid Agung hanya digenangi air melebihi mata kaki.