Lion Air JT610 Jatuh

Soroti Keselamatan Penerbangan, Gerindra:Jangan Sampai Penguasa Lebih Rendah dari Pengusaha

Soroti keselamatan penerbangan di Indonesia seiring Lion Air JT610 jatuh, kubu Gerindra menyebutkan jangan sampai penguasa lebih rendah dari pengusaha

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Erik Sinaga
YouTube/Kompas TV
Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pemerintah Indonesia dinilai tak serius menangani keselamatan penerbangan seiring dengan kejadian pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Tanjung Kerawang, Jawa Barat pada Senin (29/10/2018).

Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis mengatakan, jika melihat data yang diberikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) maka ada 157 rekomendasi tidak ditindaklanjuti oleh Pemerintah.

"Yang ditindaklanjuti baru 20, ini tidak serius. Ini persoalan strategis, saya kira jika pemerintah memfollow-up bisa memperbaiki sistem penerbangan nasional," tuturnya.

Fary yang berasal dari Fraksi Partai Gerindra itu juga mengemukakan, terdapat kendala yang dihadapi pemerintah dalam penanganan keselamatan terbang di Indonesia.

Diantara kendala tersebut yakni adanya kekosongan jabatan Dirjen Penerbangan Udara, Kemenhub.

"Salah satu kendala terjadi yakni keputusan untuk jabatan Dirjen Pernebangan Udara. Ini sekarang masih pelaksana tugas (plt), sudah masuk hampir 4 bulan. Sementara Plt tidak bisa mengambil keputusan strategis sementara dinamika penerbangan tiap hari dan detik harus ada pemantauan," tegasnya dilansir dari Kompas TV pada Rabu (31/10/2018).

"Perlu ada satu leading atau pemimpin yang bisa mengambil keputusan strategis. Berikutnya hal sederhana termasuk dari hasil rekomendasi yang ditemukan KNKT dan DPR RI, yang harus di follow up pemerintah," sambungnya.

Maia Estianty Dikabarkan Menikah Lagi, Intip Kemesraan Orang Tuanya Meski Tak Lagi Muda

Lion Air JT610 Jatuh, Ini Sejarah Terciptanya Kotak Hitam untuk Menguak Kecelakaan Pesawat

Sementara itu anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sukur Nababan mengemukakan Indonesia bisa berkaca dari penanganan keselamatan penerbangan yang dilakukan Jepang.

Meski demikian, diperlukan adanya sebuah komitmen seluruh pihak.

"Kita memiliki komitmen bersama, keselamatan itu menjadi utama dan skala prioritas," imbuhnya.
Tonton Juga:

Sukur mengungkapkan, berbagai rekomendasi KNKT jika dilaksanakan dengan baik maka sistem transportasi udara menjadi lebih baik.

Ia juga berharap agar peristiwa Lion Air JT610 merupakan kecelakaan pesawat terakhir kalinya.

"Dibutuhkan komitmen dan mentality, jangan lagi untung, profit dan lainnya jadi menang dibandingkan keselamatan. Keselamatan jadi prioritas kita semua," katanya.

Lion Air JT610 Jatuh, Ini Ketentuan Ganti Rugi Kecelakaan Pesawat yang Harus Diterima Korban

TERPOPULER- Jatuh di Tanjung Karawang, Ini Daftar Nama Pegawai Kemenkeu Penumpang Lion Air JT610

Sukur menegaskan ada sesuatu yang salah dengan terjadinya kecelakaan penerbangan seperti Lion Air JT610 yang jatuh sehingga diperlukan revolusi kebijakan.

Dalam kesempatan itu, Fary juga menuturkan, alasan di balik rekomendasi yang tidak ditindaklanjuti karena mempertimbangkan perusahaan.

"Jangan sampai penguasa itu lebih rendah dari pengusaha," ucapnya.

"Kita banyak sekali kasus-kasus. Saat masa Pak Jonan memberikan peringatan kepada maskapai penerbangan bahkan ada yang digrounded. Ada demo dan pendekatan sana sini namun dicabut juga. Untuk itu, bagaimana kita perlu menindaklanjuti rekomendasi KNKT dan ketegasan pemberian sanksi sehingga menjadi pembelajaran maskapai penerbangan," sambungnya.

Fery menyatakan, perlunya ketegasan yang dilakukan pemerintah terkait keselamatan penerbangan di Indonesia.

Saat ini Komisi V DPR RI akan memanggil Basarnas dan KNKT untuk menindaklanjuti peristiwa Lion Air JT610 yang jatuh.

Diminta ke DVI RS Polri, Keluarga Korban Lion Air Wajib Bawa Setifakat dan Ijazah

Kepala Instalansi Kedokteran Forensik RS Polri Kombes Pol Edy Purnomo meminta keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 mendatangi RS Polri khususnya tim ante mortem yang bertugas mengidentifikasi data-data korban.

Tim ante mortem saat ini melayani keluarga korban di ruang Disaster Victim Investigation (DVI).

"Diminta kepada seluruh keluarga korban Lion Air menghubungi tim ante mortem di ruang DVI, agar bisa melakukan identifikasi terhadap korban yang ada," kata Edy di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Senin (29/10/2018).

Edy meminta keluarga inti korban mendatangi DVI agar bisa diambil DNA.

Maia Estianty dan Irwan Mussry Unggah Foto Mesra Seusai Menikah di Jepang, Begini Faktanya

Mantan Pilot Senior Ungkap Situasi Kokpit yang Semrawut Saat Lion Air JT610 Jatuh, Ini Analisanya

Selanjutnya untuk sidik jari, keluarga bisa membawa sertifikat, ijazah, atau segala dokumen yang ada sidik jari.

Selain itu, keluarga juga bisa membawa sikat gigi atau pakaian yang terakhir dipakai korban dan belum dicuci.

"Ketiga, dokumen-dokumen pribadi artinya KTP dan SIM dibawa yang menunjukkan identitas. Yang terpenting foto korban saat terakhir," ujarnya.

Follow Juga:

Ia mengatakan, keluarga juga dapat membawa foto gigi korban. "Kalau enggak ada foto gigi, foto saat tersenyum atau tertawa lebar (bisa dibawa) sehingga tampak semua giginya," ujar Edy.

Sebelumnya, pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin pagi.

Pesawat itu mengangkut 178 orang dewasa, 1 anak, dan 2 bayi serta 7 awak pesawat lainnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved