Semangat Nek Atin, Punya 13 Cucu Tak Mengeluh Jualan Kopi dan Kue di Kantor Wali Kota Jakarta Utara
Nek Atin (67) dikenal dikenal sebagai penjual kopi dan kue di Kantor Wali Kota Jakarta Utara.
"Buatkan satu ya nek, berapa harganya?" sambung si pemuda.
"Rp 3000 saja dek," lanjut Nek Atin.
Kemudian dengan cepat, Atin mengambil satu bungkus kopi hitam dan mengguntingnya.
Kemudian memasukkan bubuk kopi tersebut ke dalam gelas plastik.
Air di dalam termos pun dikucurkannya ke dalam gelas, untuk selanjutnya diaduk menggunakan sendok guna melarutkan seluruh bubuk kopi.
"Ini kopinya dek," kata Nek Atin.
"Oh iya, ini uangnya Nek," sambung si pemuda sembari memberikan lipatan uang lembaran dan tersenyum lalu pergi.
Tidak banyak kopi dan kue yang Nek Atin bawa saat berdagang, sekiranya bisa mendapat cukup uang untuk dibawa sudah cukup baginya.
"Bawanya ngak banyak, yang penting dapat uang saja untuk belanja sehari-hari," kata Nek Atin.
Dalam sehari Nek Atin membawa pulang uang Rp 80 ribu- Rp 100 ribu.
Dengan berjualan sekiranya pukul 09.00 - 14.00 WIB.
Nek Atin tinggal di wilayah Semper, Jakarta Utara dan setiap hari menggunakan angkutan umum untuk akses menuju Kantor Walikota Jakarta Utara.
Tidak mengeluh dan ingin terus sehat agar bisa bekerja, itulah keinginan sederhana Nek Atin.
• Penjual Kopi Tewas di Tempat Setelah Ditabrak Bus Transjakarta
• Penjual Kopi di Depan KPU Tangsel Mengeluh Dagangannya Tak Dibayar Pengurus Parpol
Semangatnya yang tinggi, mengalahkan kakinya yang kerap terasa sakit karena reumatik yang dideritanya.
"Sudah tua, kalau jalan lama-lama suka sakit kakinya. Tapi ngak boleh ngeluh. Kalau ngerasa ngak kuat ya pulang, Ngeringkuk di rumah," kata Nek Atin sambil tersenyum menceritakan kondisinya.