TERPOPULER Satu Keluarga Tewas di Bekasi: Jejak Sepatu Berdarah Hingga Telepon Bahas Mobil dan Uang
Sederet fakta telanjang terungkap di balik tewasnya satu keluarga di Bekasi. Ada jejak darah, pintu gerbang terbuka dini hari hingga mobil raib.
Penulis: Y Gustaman | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI - Satu keluarga tewas di sebuah rumah di Jalan Bojong Nangka 2, RT 02/RW 07, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Mereka diduga korban pembunuhan sadis di Bekasi.
Kematian mereka terungkap oleh penghuni kontrakan, Feby Lofa, saat memanggil satu anggota keluarga namun tak ada tanggapan pada Selasa (13/11/2018).
Saksi kembali mengetuk pintu rumah sekitar pukul 06.30 WIB. Ia penasaran dan membuka jendela si empunya rumah.
TribunJakarta.com mencoba menghimpun sejumlah fakta di balik tewasnya satu keluarga yang diduga pada Selasa dini hari di antaranya dua mobil hilang, jejak darah, kondisi rumah berantakan, televisi menyala dan lainnya.
Televisi masih menyala dini hari
Feby Lofa mengaku saat itu melihat pintu gerbang rumah korban sudah terbuka.
"Saya sempat lihat gerbangnya terbuka, saya panggil tidak menyahut, padahal TV nyala. Saya kira tidur kali. Ya sudah saya pulang ke kontrakan," ucap Febby.
Ia penasaran mengetahui korban belum berangkat kerja paginya.
"Biasanya korban ini (suaminya, red) kan kerja. Suka berangkat sekitar pukul 06.30 WIB, tapi belum bangun juga. Saya lihat lewat jendela," imbuh dia.
Feby tak percaya di ruang televisi itu suami istri Diperum Nainggolan (38) dan Maya Boru Ambarita (37) tak bergerak, badan mereka bersimbah darah.
Pada pukul 03.30 WIB di rumah tersebut masih terdengar suara televisi. Sementara gerbang kontrakan korban sudah terbuka.
Setelah tak percaya apa yang dilihatnya, saksi memanggil warga untuk melihat dari luar jendela. Kemudian mereka melaporkan temuan ini kepada Ketua RT dan Polsek Pondok Gede.
Setelah polisi datang mereka menemukan kedua anak Diperum dan Maya, Sarah Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7), ditemukan tewas di kamarnya.
Telepon bahas uang dan mobil
Sebelum penemuan satu keluarga tewas, tetangga bernama Lita (29) sempat belanja di Toko Sanjaya milik keluarga Diperum.
Ia menguping Diperum berbicara dengan nada suara meninggi dengan seseorang melalui telepon.
"Jam setengah lima sore, pas saya tanya, 'Kenapa Bu, kok marah-marah Bapak?' Dia jawab, 'sudah kamu enggak usah ikutan.' Habis itu dia langsung masuk ke dalam," cerita Lita ditemui sehari setelah obrolan Senin (12/11/2018) sore itu.
Sepenuhnya Lita tidak mendengar rinci percakapan Diperum dengan orang di balik telepon. Samar-samar yang terdengar dalam obrolan pemilik toko menyoal masalah uang dan mobil.
"Cuma, nadanya agak tinggi, kayak orang lagi berantam. Ngomongnya kayak di-loudspeaker begitu. Kan, kedengeran ngomongin uang sama mobil, itu saja. Kedengerannya seperti itu," jelas Lita.
Hanya lima menit Lita di Toko Sanjaya yang dirintis Diperum dan istrinya sejak 2014 silam. Saat tiba di toko, Diperum sudah berbicara dengan seseorang lewat telepon.
Sehari kemudian, Diperum, istri dan kedua anaknya tewas. Lita masih ingat kaus yang dipakai Diperum saat menelepon seseorang adalah kaus hitam dan celana ungu, sama seperti saat ditemukan tewas.
Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Indarto mendapati luka tusukan senjata tajam di leher suami istri itu.
"Ada luka benda tumpul dengan luka senjata tajam," kata Indarto di lokasi.
Sementara di tubuh kedua anak korban tak ada ada luka terbuka, tapi tewas diduga kehabisan oksigen akibat disekap.
Ketua RT Agus Sani mendengar sejumlah saksi melihat mobil melaju cepat dari rumah korban. Mobil korban diketahui juga ikut hilang.
"Ada saksi yang lihat ada mobil ngebut, keluar, tapi enggak tahu jenisnya apa. Cuma ngelihat aja keluar ngebut," ungkap Agus Sani.
Agus tidak mendapatkan laporan ada keributan di rumah korban.
Dirinya mengaku sangat kaget atas peristiwa ini, terlebih dalam kejadian ini satu keluarga ditemukan tewas.
"Enggak ada keributan. Kalau ada pasti warga sekitar melapor, sampai saat ini tidak ada yang melapor," jelasnya.
Tak ada teguran
Jimmy, penghuni rumah kos yang dikelola korban, mengaku pulang pada Senin menjelang tengah malam seperti biasanya.
Ia punya kunci gerbang sendiri. Saat masuk gerbang pukul 23.30 WIB tidak ada yang mencurigakan.
Tapi, Jimmy merasa aneh karena jam sehitu biasanya korban belum tidur dan menegur dirinya jika pulang malam.
"Saya masuk, saya gembok dan kunci lagi gerbang seperti semula. Karena harus dirantai, biasanya kalau rantainya bunyi, almarhum keluar, lalu menegur. 'Bang baru datang ya?'. Tapi tadi enggak ada," tutur Jimmy.
Keanehan lainnya, Jimmy tidak menemukan satu mobil korban lainnya.
"Saya lihat mobil CRV yang biasa diparkir di sini tapi tadi malam enggak ada. Tapi Nissan X-Trail ada. Biasanya tiga mobilnya di sini. Pas paginya tinggal satu mobil saja yang boks. Tapi saya enggak tahu ya, ketiga mobil itu punya korban semua atau tidak," ucap dia.
Sejak Senin malam sampai Selasa dini hari Jimmy tidak mendengar suara teriakan korban. Padahal ia tinggal di lantai dua belakang rumah korban.
"Tapi baru ketahuan pas ibu-ibu penghuni kos beli air untuk minum, ketok pintu sama jendela," ujar dia.
Menurut Jimmy, Diperum baru sekitar dua tahun menetap dan menjaga 28 kamar kos-kosan milik kakaknya, Douglas Nainggolan.
"Sebelumnya yang jaga orang Bekasi, tapi karena dia sering kehilangan, akhirnya abangnya (Douglas) tidak pakai jasanya. Disuruhlah adiknya ini yang jaga kosan," papar dia.
Benda berharga tak hilang
Polda Metro Jaya memberikan atensi pada kasus ini dengan membentuk tim khusus untuk segera mengungkapnya.
"Dari Polda Metro Jaya membentuk tim, dari Ditreskrimum dan Polres Bekasi Kota. Kita bentuk tim untuk kasus itu dengan Polsek setempat," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, Selasa (13/11/2018).
Hasil olah tempat kejadian perkara, di hari keluarga Diperum ditemukan tewas, barang berharga seperti kalung, cincin, perhiasan lainnya masih berada di tempat semula.
Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Indarto belum berani menyatakan kasus ini bermotif ekonomi.
"Sementara ini semua motif sedang kita kaji, kita habis ini akan konsolidasi. Tapi sementara ini kita melihat kecenderungannya bukan ekonomi kecenderungannya ya. Tapi semua motif masih kita buka peluangnya," ungkap Indarto.
Polisi akan melakukan olah tempat kejadian perkara lanjutan bersama ke keluarga untuk mencari tahu barang berharga yang raib. Tapi sementara tidak ada barang berharga yang hilang, tegas Indarto.
Jenazah para korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk diautopsi di hari yang sama setelah ditemukan. Puluhan kerabat dan keluarga korban sudah berkumpul di depan Ruang Postmortem RS Polri.
Polisi menduga pelaku menghabisi satu keluarga karena dendam.
"Kalau pembunuhan sadis, dari pengalaman dan hasil yang ditangani kepolisian yang dibunuh bukan satu orang itu ada latar belakang dendam," kata Karopenmas Div Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo.
Polisi masih menyelidiki motif pelaku dan baru menyimpulkan setelah kami melihat fakta hukum. Karena kasus per kasus tidak bisa dibandingkan apple to apple
"Setiap kasus punya karakter sendiri, enggak bisa sama. Secara umum oke, kalau secara global ya bisa dibilang 'diduga'. Tapi kasus pembunuhan sadis dan lebih dari satu orang, mayoritas karena dendam," ucap dia.
Luka fatal di kepala dan leher
Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Kombes Edy Purnomo, mengatakan timnya belum menyimpulkan hasil pemeriksaan korban pembunuhan keluarga Diperum.
Meski ada temuan luka bekas benda tumpul di dada korban dewasa, luka paling fatal justru ditemukan di leher dan kepala.
"Luka ada di leher semua. Memang ada yang di dada tapi tidak terlalu fatal. Tapi umumnya yang fatal sekali ada di leher dan di kepala," kata Edy pada Selasa.
Edy menyampaikan korban diduga dibunuh beberapa jam sebelum mayat mereka ditemukan warga, berdasarkan kondisi kaku dan tanda-tanda kematian.
Dikuburkan satu liang
Jenazah Diperum dan anggota keluarganya akan dimakamkan di satu liang lahat.
Kris Damanik, anggota keluarga korban, menjelaskan jenazah Diperum, Maya, dan dua anak mereka Sarah dan Arya akan dimakamkan di Kampung Nenggolan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Kamis (15/11/2018).
"Untuk penguburan akan dilaksanakan besok, biasanya dalam adat batak dikuburkan masing-masing satu. Tapi ada rencana mau dibuatkan satu kuburan besar untuk keluarga ini," ucap Arya kepada awak media pada Rabu (14/11/2018).
"Tapi belum pasti, masih akan dibicarakan dulu sama keluarga lain," tambah dia.
Dalam kesempatan ini, ia meminta pihak kepolisian segera menangkap para pelaku yang telah menghabisi nyawa keempat anggota keluarganya.
"Teriris hati saya, sakit rasanya harus berpisah dengan mereka. Sekarang enggak ada lagi keceriaan dari keluarga ini seperti dulu," ujar Arya di Gereja Persekutuan Oikoumene Umat Kristen (POUK) Lahai Roi, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Jenazah para korban dibawa menuju Bandara Soekarno-Hatta untuk diterbangkan ke Bandara Kualanamu menggunakan tiga mobil ambulans berkelir putih dari Gereja Persekutuan Oikoumene Umat Kristen sejak Rabu pagi.
Muasal Toko Sanjaya
Selama ini warga kerap berbelanja di Toko Sanjaya milik keluarga Diperum, karena barang-barang yang dijual di sana lengkap.
Bersama sang istri, Diperum merinstis toko kelontongnya sejak 2014. Sanjaya singkatan nama kedua anaknya: Sarah dan Arya Nainggolan. Hal itu dilihat dari unggahan Diperum Nainggolan di akun Facebooknya pada 16 Juni 2018 lalu,.
Ia membagikan kenangan empat tahun silam saat baru merintis toko Sanjaya.
Dalam unggahannya ada foto kedua anaknya berada di dalam toko, sambil menuliskan keterangan, "Usaha baru Toko SANJAYA (Sarah Arya Nainggolan) selalu & pasti Jaya hahahahahahhah sebab TUHAN adalah Penolongku, Amin,…."
Ketua RT Agus Sani mengatakan usaha keluarga Diperum terbilang cukup sukses. Apalagi toko tersebut juga terbilang lengkap sehingga banyak pembeli datang untuk membeli kebutuhan pokok seperti sembako, atau kebutuhan lainnya.
"Cukup lengkap ya, karena dia agen juga hitungannya, banyak barangnya. Sudah begitu buka sampai malam, kayak minimarket," kata Agus Sani, Rabu (14/11/2018).
Lina Salim, tetangga yang tinggal persisi di depan kediaman sekaligus toko milik korban, mengatakan suami istri bersama-sama merintis usaha tersebut.
"Mereka sama-sama jaga toko itu, setiap hari buka dari pagi sampai malam. Saya juga sering belanja ke toko itu," jelas Lina.
Lina mengenal keluarga Diperum tidak punya masalah baik segi bisnis atau hubungan dengan tetangga sekitar.
"Enggak ada, saya kenal mereka baik-baik aja. Di tokonya memang banyak orang datang berbelanja, kadang ada yang duduk-duduk pelanggan dekat tokonya sambil ngobrol baik aja sama pamilik toko," ungkap Lina.
Jejak sepatu berdarah
Sebuah foto tersebar memperlihatkan kondisi di dalam rumah korban satu keluarga dibunuh.
Terlihat ada darah di lantai, sementara perabotan rumah berantakan.
Di atas darah yang menempel di lantai ada jejak sepatu. Jejak yang sama terlihat di sekitarnya.
• Jejak Catatan Peminjaman Buku Dua Anak yang Jadi Korban Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi
• Tahun 2019 Honor RT dan RW di Kabupaten Bekasi Naik
Jejak sepatu ini diharapkan bisa menjadi petunjuk polisi mengungkap kasus ini.
Hasil olah tempat kejadian perkara, sejumlah barang bukti polisi amankan di antaranya gunting, bantal berlumur darah, pakaian korban, hingga boneka dengan bercak darah. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com/Warta Kota)