DBL DKI Jakarta

Kisah Bagas, Pemenang Bola Basket Darbotz Nabung Beli Bola Basket Pertama saat SMP dari Uang Saku

Bagas Jeni Pranoto menjadi pemenang bola basket satu-satunya di dunia yang dihiasi oleh sentuhan tangan Darbotz

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Ega Alfreda
Bagas Jeni Pranoto (tengah) saat menerima bola basket dari Darbotz (kiri) di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan, Sabtu (17/11/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, KUNINGAN - Bagas Jeni Pranoto menjadi pemenang bola basket satu-satunya di dunia yang dihiasi oleh sentuhan tangan Darbotz.

Pria berumur 22 tahun tersebut menjadi pria beruntung setelah berbagi kisahnya tentang basket yang merubah hidupnya dan dan ia bagi ke akun Instaram DBL Jakarta.

Dari kisahnya yang inspiratif tersebut, Bagas berhasil membawa pulang bola basket yang sudah dilukis oleh Darbotz dan diserahkan pada partai final Honda DBL DKI Jakarta Championship Series 2018.

Bagas yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah tersebut mempunyai kisah inspiratif di dunia perbasketan Indonesia. Pasalnya, untuk membeli bola basket pertamanya ia harus menabung selama berbulan-bulan.

"Beli bola basket pertama waktu itu nabung pas masuk SMP," ujar Bagas saat ditemui di Kawasan Jakarta Selatan, Selasa (21/11/2018).

Ia bercerita, sejak memasuki Sekolah Dasar (SD) ia mulai mencintai olahraga basket.

Namun, saat ia menempuh sekolah dasar di Kebumen, ia mengaku belum dapat berlatih basket lantaran tidak mempunyai bola basket puntuk bermain.

"Waktu itu belum ada bola basket dan semasa SD belum ada ekstrakulikuler bola basket," jelas Bagas.

Pria yang bekerja di sebuah bengkel di Kebumen, Jawa Tengah itu sedikit demi sedikit mengumpulkan uang dari uang sakunya untuk membeli bola basket.

Dalam seminggu, Bagas harus mengumpulkan sekira Rp 20 ribu seminggunya.

"Soalnya waktu itu tahun 2011-an lah harga basketnya itu kalau gak salah Rp 180 ribu," ujar Bagas.

Memasuki semester 2 kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP), pria kelahiran 1996 tersebut berhasil membeli bola basket pertamanya.

Namun, karena malu dan tidak percaya diri, ia belum berani untuk bermain basket karena tidak mempunyai banyak teman untuk diajak bermain basket.

"Dari situ sebelum masuk ekstrakulikuler, masih belum pede, temen-temen masih dikit. Semenjak masuk ektrakulikuler temen-temen jadi banyak, kenalan banyak. Kenalan yang mau ngajakin main juga banyak dari situ sampai sekarang," jelas Bagas.

Arti Mural Darbotz, Monster yang Melawan Kerasnya Kota Besar Indonesia di Honda DBL DKI Jakarta

Seniman Mural Dunia Darbotz Lukis Bola Basket Satu-satunya di Dunia untuk DBL Jakarta

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved