Tahun Depan, Ahok Bakal Bebas Murni Jika Mendapat Remisi Natal

Ahok diperkirakan bebas murni pada Januari 2019, jika mendapat remisi Hari Raya Natal 2018.

Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Y Gustaman
TRIBUN/WAHYU AJI
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ahok diperkirakan bebas murni pada Januari 2019, jika mendapat remisi Hari Raya Natal 2018.

Demikian disampaikan Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Ade Kusmanto.

"Jika diperhitungkan sejak tanggal penahanan 9 Mei 2017, maka diperkirakan akan bebas pada Januari 2019," ujar Ade Kusmanto saat dikonfirmasi TribunJakarta.com, Senin (10/12/2018).

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu sudah mendapat dua remisi, yaitu saat Natal 2017 dengan remisi selama 15 hari.

Terakhir, ia mendapat remisi dua bulan saat HUT RI.

Mantan suami Veronica Tan tersebut akan mendapat tambahan remisi selama satu bulan, jika usul remisi Natal 2018 yang diajukan kepada Ditjen PAS diterima.

Jika diterima, Ahok total akan mendapat remisi selama 3 bulan 15 hari, dan dapat bebas pada Januari 2019.

Ade Kusmanto menjelaskan, ada sejumlah pertimbangan untuk memberi remisi Natal 2018 kepada Ahok.

"Ahok berkelakuan baik, dan telah menjalani masa pidana lebih dari enam bulan. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam enam bulan terakhir," ujar Ade Kusmanto.

"Pengurangan menjalani masa pidana yang akan diusulkan kepada Ahok, bisa diberikan jika Ahok sampai waktu yang telah ditetapkan konsisten mentaati segala peraturan selama masa pidananya," tambahnya.

Ahok dinyatakan bersalah oleh majelis hakim dan dipidana penjara selama dua tahun, karena dinyatakan terbukti melakukan penodaan agama.

Menurut Majelis hakim, Ahok terbukti melakukan penodaan agama dalam pidatonya di Kepulauan Seribu pada 2016.

Undang Ahok Reuni 212

Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym menanggapi pelaksanaan Reuni Akbar 212 yang dilakukan pada hari Minggu (2/12/2018).

Aa Gym menuturkan, Indonesia adalah rumah yang harus dijaga bersama meski terdapat perbedaan sudut pandang.

Kendati demikian, yang bisa mempersatukan masyarakat Indonesia yakni hati.

Aa Gym juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada panitia acara reuni akbar, aparat keamanan dan berbagai pihak yang terkait.

"Kita harus akui bahwa ini ada di era Pak Jokowi kejadian besar ini dengan kelebihan dan kekurangannya. Maka kita harus berterima kasih juga. Terutama juga terima kasih bagi yang hadir karena bisa jadi bahan pencerahan sebagai evaluasi," tutur Aa Gym dilansir dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club pada Rabu (5/12/2018).

"Jadi menurut saya, 212 ini aset bangsa, karunia Allah bagi siapapun dari kejadian ini," sambungnya.

Aa Gym mengatakan, dirinya tak hadir di Reuni Akbar 212 karena ada milad pesantren di Bandung sehingga dirinya objektif saat melihat peristiwa tersebut.

Banyaknya orang berbondong-bondong datang ke acara Reuni Akbar 212, lanjut Aa Gym, disebabkan karena ada sesuatu yang merasa harus diungkapkan tapi sulit dilontarkan.

Aa Gym pun memberikan contoh dari penjelasannya tersebut.

"Saya sebagai anak bangsa dan seorang yang beragama Islam, ada suatu kepedihan jika mendengar kata radikal. Seolah menghujam kepada kami walaupun tak dituduhkan langsung," ucap Aa Gym.

Tiap kali mendapatkan tuduhan sebagai pemecah belah bangsa, radikal dan semacamnya, Aa Gym mengucapkan sumpah jika dirinya tak rela Indonesia terpecah belah.

"Saya rela mati demi menjaga bangsa ini tetap penuh keberkahan di jalan Allah. Demi Allah, saya tak rela bangsa ini hancur. Oleh karena itu mungkin ada rasa ini, lalu kemana harus bicara? Karena ada peluang di acara tersebut maka kami bicara dengan perilaku," beber Aa Gym.

"Kami bukan orang bengis dan kasar, maka senyuman pun dirasakan. Kami bukan orang-orang yang ingin merusak maka kasih sayang bertebaran. Saudara kita yang bukan beragama Islam bisa merasakan karena memang semua orang ingin menceritakan keindahan Islam," lanjutnya.

Aa Gym mengaku dirinya tak menduga jika banyak peserta Reuni Akbar 212 yang hadir.

Aa Gym
Aa Gym (YouTube/IndonesiaLawyersClub)

"Bagaimana mungkin, ini bukan gerakan tokoh. Mungkin ada yang bicara di mimbar tetapi sebagian besar tak pusing dengan ada atau tidaknya soundsystem, bisa hadir dan bawa makanan serta berbagi. Ini keberuntungan bagi siapapun, ternyata kita bisa berkumpul dan saling menyayangi, saling bahu membahu," kata Aa Gym.

Aa Gym pun memberikan contoh keuntungan bagi keluarga besar pemerintah saat ini dengan adanya acara Reuni Akbar 212 tersebut.

"Bagi keluarga besar yang sedang merintah sekarang, bisa jadi input. Ini ada sebagian saudaranya yang begini dan keperluannya apa sih? Oh mungkin ini inputnya dari 212 untuk kami," kata Aa Gym.

instagram.com/aagym
Aa Gym menyatakan, aparat keamanan yang menjaga Reuni Akbar 212 bisa melihat bukan peristiwa tersebut bukan sebuah musuh.

"Yang datang dan melihat pasti tersentuh," kata Aa Gym.

Aa Gym bahkan berpikir jika Reuni Akbar 212 itu perlu dirawat sebagai momentum kebersamaan.

Tak hanya itu, Aa Gym mencetuskan ide untuk mengundang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam Reuni 212 tahun depan.

"Pak Ahok tahun depan sudah lulus ya? Kami undang, kan sudah tak ada masalah lagi," kata Aa Gym.

"Pilpres sudah selesai, kompak, saling bawa makanan. Sudahlah ada episode baru di Indonesia," lanjutnya.

Aa Gym menuturkan, episode tersebut yakni semangat bersaudara dan kasih sayang.

Meski demikian, jika ada pihak yang merasa tak ketidakadilan maka diperbaiki.

Diketahui, Berdasarkan latar belakangnya, aksi Reuni Akbar 212 adalah gerakan untuk menuntut keadilan atas pernyataan Ahok.

Ahok kala itu diduga melakukan penodaan agama.

Kemudian, Ahok divonis 2 tahun penjara tahun lalu karena dinilai terbukti melakukan penodaan agama.

Ahok telah mengajukan PK ke MA, tetapi MA menolak PK tersebut.

Ahok saat ini menjalani masa tahanan di Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved