Pilpres 2019

Perusak Atribut PDIP-Partai Demokrat Ikut Jadi Tersangka, Dijanjikan Rp 150 Ribu

Setelah melakukan penyelidikan selama dua hari, Polresta Pekanbaru menjaring tiga orang sebagai tersangka kasus perusakan atribut partai politik.

Editor: ade mayasanto
Tangkapan layar video beredar
Ketua Umum Demokrat SBY memegang baliho ucapan selamat dayang milik partainya dirusak orang di Jalan Sudirman, Pekanbaru, Riau, Sabtu (15/12/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM, PEKANBARU - Setelah melakukan penyelidikan selama dua hari, Polresta Pekanbaru menjaring tiga orang sebagai tersangka kasus perusakan atribut partai politik.

Satu tersangka merusak atribut Partai Demokrat, sedangkan dua lainnya menyasar atribut PDI Perjuangan.

Seorang pemuda berinisial HS (22) dijaring sebagai tersangka perusakan atribut Partai Demokrat di Jl Diponegoro, Pekanbaru, Sabtu (15/12/2018) dini hari.

Sedangkan Ks dan MW tersangka kasus perusakan atribut PDI Perjuangan di Tenayan Raya, pada Minggu.

Kapolda Riau, Irjen Pol Widodo Eko Prihastopo menyatakan iming-iming pemberian uang merupakan motif tersangka HS merusak atribut Partai Demokrat.

"Pelaku dijanjikan dibayar Rp150 ribu. Itu saja, tidak ada motif lain," kata Irjen Pol Widodo di Kantor Polda Riau, Senin (17/12/2018).

Menurut Kapolda, tersangka HS dijanjikan uang oleh seseorang.

Diungkapkan, Polresta Pekanbaru yang menangani perkara tersebut masih terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui dalang kasus perusakan tersebut.

"Ada seseorang, itu yang masih dalam penyelidikan. Jadi dia (HS) dijanjikan. Kamu lakukan ini, saya bayar Rp 150 ribu," ujar Kapolda.

Uang yang dijanjikan tersebut justru belum diterima tersangka HS karena ia keburu ditangkap kader Partai Demokrat saat melakukan perusakan.

Disinggung video amatir berisi pengakuan HS mengenai jati diri orang yang menyuruhnya merupakan kader partai tertentu, Kapolda hal itu merupakan ranah penyelidikan.

"Itu sudah menyangkut ranah penyelidikan. Biarkan penyidik kami bekerja dulu," tuturnya.

Irjen Pol Widodo menjamin polisi bekerja secara objektif dan sesuai fakta di lapangan.

Termasuk saat disinggung mengenai informasi elite Partai Demokrat mempunyai bukti kuat untuk mengungkap kasus tersebut.

"Saya tegaskan, polisi tidak bekerja dari pesanan atau suruhan. Kami berdasarkan kenyataan di lapangan, berdasarkan kerja penyidik," tegasnya.

Kapolda juga mengatakan polisi telah menetapkan dua tersangka perusakan terhadap atribut partai lainnya. Tersangka Ks dan MW ditangkap karena terlibat kasus perusakan atribut partai PDI Perjuangan di wilayah Tenayan Raya, Pekanbaru.

Stefano Cugurra Dikabarkan Tinggalkan Persija, Sandi Sute: Itu Urusan Dia

Keroyok Mahasiswa Hingga Tewas di Halaman Masjid, Dari Pelaku Hingga Soal Halusinasi

Kapolda mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi, baik oleh postingan di sosial media maupun pemberitaan.

"Waspada dan cermat, teliti apakah sebuah pemberitaan ini itu bisa dipertanggungjawabkan atau bohong belaka," katanya.

Diajak teman-temannya
Hermanto SN, pria yang mengaku ayah kandung HS (22), tak menyangka anaknya bisa sampai terlibat perkara hukum.

Menurutnya, pada Jumat malam HS dihubungi oleh teman temannya.

"Dia diajak kawan kawannya. Katanya ada pekerjaan upahnya Rp 150 ribu. Rupanya perbuatan itulah," ucap Hermanto saat ditemui di Kantor Polda Riau, Senin.

Menurutnya, HS mengaku ada sekira 35 orang yang ikut dalam 'pekerjaan' itu.

Hermanto menambahkan anaknya tak punya ketertarikan politik apapun.

"Pergaulannya baik, dia tidak pernah terlihat narkoba, tidak pernah terlibat kejahatan," papar Hermanto lagi.

Ditambahkan, sehari-hari berjualan rempah-rempah di Pasar Cik Puan, Pekanbaru.
Seusai berjualan di pasar, HS membantu menyuci sepeda motor di sebuah tempat cucian motor.

Tahap Pemberkasan Bisa Gugurkan CPNS 2018, Peserta Keluhkan Singkatnya Batas Waktu, Ini Kata BKN

Seorang Ibu Tersengat Tawon hingga Dilarikan ke Rumah Sakit di Pasar Minggu

Hermanto mengetahui anaknya terlibat masalah pada Sabtu sore.

"Saya bangun subuh, motor dan dagangannya masih di atas motor. Kok (HS) tidak pulang. Saya periksa ke kamarnya tidak ada," ujarnya.

Ia kemudian mencari ke tempat cucian motor, ternyata HS juga tidak ada.

Barulah sekira pukul 16.00 WIB, saat iseng membuka Facebook, dia mendapati rekaman video anaknya diamankan lantaran kasus perusakan baliho.

Hermanto mengaku tak tahu siapa sebenarnya yang menyuruh anak laki laki ketiganya itu.

Namun ia sempat menjenguk anaknya di tahanan. "Saat saya datang ke Polresta Pekanbaru, saya sempat ambil foto anak saya itu," katanya.

Demokrat Cari Aktor Intelektual
Partai Demokrat terus melakukan investigasi untuk mengungkap siapa aktor intelektual di balik kasus perusakan atribut partai di Kota Pekanbaru.

Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan pihaknya terus mengumpulkan data dan bukti terkait kasus tersebut.

"Kami sangat mengapresiasi langkah pihak kepolisian, namun upaya investasi kami tetap lanjut," ujar Ferdinand Hutahaean saat dijumpai di Hotel Pangeran, Pekanbaru, Senin (17/12/2018).

Ia kemudian menyitir pengakuan tersangka HS yang menyebut jumlah pelaku perusakan sebanyak 35 orang.

"Kami ingin kasus tersebut dikembangkan hingga ke atas. Saya yakin dan percaya pada pihak kepolisian. Mereka sudah sangat profesional," ujarnya.

Yuk Intip Daya Tarikmu yang Bikin Orang Suka Berdasarkan Zodiak, Taurus Bau Badanmu Begitu Khas

Singel Terbaru Rosa Meldianti Disebut Mirp Lagu Jennie BLACKPINK Hingga Banjir Dislike

Menurutnya, yang masih perlu diungkap yaitu pihak yang menjanjikan uang Rp 100 ribu-Rp 150 ribu kepada para pelaku perusakan.

"Itu yang harus ditelusuri lagi oleh polisi, "jelas Ferdinand Hutahaean.

Manakala pihak yang menjanjikan imbalan dapat diperiksa, akan diketahui motif dan tujuan perusakan itu. "Tolong Pak Kapolda, panggil dan diperiksa otak di balik kasus itu, "ujarnya.

Saat ditanya adanya bukti berupa rekaman percakapan rencana perusakan bendera dan baliho Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean mengatakan pihaknya masih menyimpan bukti tersebut.

"Bukti masih kami pegang, karena memang didapat dari kawan yang bersimpati dan berempati kepada Partai Demokrat. Rekaman itu lebih politis, bukan ranah hukum. Kecuali kalau Pak SBY dilaporkan Kapitra (Kapitra Ampera, kader PDI Perjuangan), akan kami buka," jelasnya.

Terkait kasus itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga akan menerjunkan tim investigasi.

"Jadi hasil pleno, kami mengintruksikan Bawaslu Kota untuk turun lakukan investigasi terkait perusakan bendera dan baliho partai, "ujar Ketua Bawaslu Riau Rusidi Rusdan.

Hasil investigasi untuk mengetahui apakah kasus itu termasuk pelanggaran pemilu atau tidak. "Untuk mengetahui apakah itu masuk atribut kampanye atau tidak," katanya.

Diungkapkan, ada pihak dari Partai Demokrat menghubungi Bawaslu ingin melaporkan kasus tersebut. Namun setelah ditunggu tidak datang melapor.

Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Riau, Prof Dr Rokhmin Dahuri meminta seluruh kader dan simpatisan tetap tenang dan tidak terprovokasi terkait kasus itu.

Ia juga meminta agar seluruh kader dan simpatisan tidak mengeluarkan pernyataan yang bisa memperkeruh suasana.

"Polda Riau sudah menjalankan tugasnya secara sangat baik. Tersangka sudah ditetapkan, ada tiga orang. Serahkan urusannya kepada pihak berwajib," ujar Rokhmin Dahuri, di Pekanbaru, Senin.

Rokhmin juga meminta kepada Partai Demokrat tidak berburuk sangka kepada siapapun. Lagipula, katanya, insiden tersebut tidak hanya dialami oleh Partai Demokrat, melainkan juga PDI Perjuangan. (tribunpekanbaru/tim)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved