Ayah Bayi Rayyan Sedih Lihat Perut Anaknya Bengkak karena BAB Tak Lancar
"Saya enggak tega banget lihat perutnya, bengkak begitu. Bengkaknya kelihatan banget. Karena minggu lalu dia enggak bisa BAB sampai tiga hari," katany
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, DEPOK - Haryanto (44), ayah Rayyan Haryo Ardianto yang lahir tanpa anus dirundung kalut karena penyumbatan saluran pembuangan Rayyan sehingga tak bisa buang air besar (BAB) dengan lancar.
Meski saat Rayyan tak bisa BAB selama tiga hari pada pekan lalu dia sedang sakit, dia tak dapat menyembunyikan kesedihannya saat melihat perut anak keempatnya bengkak.
"Saya enggak tega banget lihat perutnya, bengkak begitu. Bengkaknya kelihatan banget. Karena minggu lalu dia enggak bisa BAB sampai tiga hari," kata Haryanto di Beji, Depok, Kamis (20/12/2018).
Menurutnya, orang yang bahkan baru pertama kali melihat bayi berusia 5 bulan itu akan sadar kalau perut Rayyan bengkak akibat kotoran tertahan di perut.
Upaya berobat ke RS Hermina Depok tempat Rayyan biasa kontrol pada Kamis (13/12/2018) tak berhasil karena kendala alat yang sesuai sehingga harus kembali dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto.
"Orang yang baru lihat Rayyan saja pasti tahu kalau perutnya bengkak, memang terlihat sangat jelas. Perut Rayyan enggak rata seperti anak lainnya, makannya saya sedih banget lihatnya," ujarnya.
Beruntung RSPAD yang sejak awal menangani operasi pembuatan saluran pembuangan sementara hingga operasi pembuatan anus bersedia kembali menangani Rayyan.
Sejak dirawat inap dari Sabtu (15/12/2018) sampai dibolehkan pulang pada Selasa (18/12/2018), Haryanto dan istrinya, Oklavia Supriatin (39) tak dibebankan biaya karena sudah ditanggung BPJS Kesehatan.
"Di RSPAD Rayyan dipompa gitu pakai alat biar bisa BAB, Alhamdulilah biaya ditanggung BPJS. RSPAD juga kasih alat pompa yang bisa dibawa ke rumah, dikasih gratis. Cuman untuk cairan pompanya harus beli kalau habis," tuturnya.
Pompa yang dimaksud Haryanto berupa alat suntik tanpa jarum ukuran besar, cairan serupa infus, dan selang yang digunakan untuk memasukkan cairan dalam perut Rayyan guna membuatnya dapat BAB.
Dalam satu hari, Haryanto menyebut bahwa anak keempatnya itu harus menggunakan pompa sebanyak dua kali, yakni di pagi dan sore hari.
Kakek Rayyan sekaligus ayah Oklavia, Mulus Haryadi (70) mengatakan butuh waktu sekira belasan menit hingga setengah jam usai cairan masuk ke perut Rayyan.
Namun saat terakhir digunakan pagi hari ini atau sebelum Oklavia dan Rayyan kembali pergi ke RSPAD Gatot Soebroto, pompa tersebut tak sepenuhnya berhasil melancarkan BAB Rayyan.
"Tadi pagi BAB-nya enggak lancar lagi, biasanya habis cairan masuk enggak sampai setengah jam sudah BAB. Tapi sebelum berangkat ke RSPAD tadi ditunggu sampai satu jam BAB-nya enggak lancar," ujar Mulus.
Pagi tadi, Oklavia dan Rayyan kembali menyambangi RSPAD Gatot Soebroto guna memastikan sebab tersumbatnya saluran pembuangan yang baru dibuat pada Selasa (13/11/2018) lalu.
Dari penjelasan dokter RSPAD Gatot Soebroto, Oklavia mengatakan satu penyebab saluran pembuangan Rayyan tersumbat karena berganti konsumsi susu dari susu penambah berat badan ke susu laktogen.
Mahalnya harga susu penambah berat badan yang mencapai Rp 360 ribu per kaleng dan hanya bertahan satu pekan membuat Oklavia terpaksa beralih ke susu laktogen yang harganya lebih murah.
"Kalau menurut dokter Rayyan enggak bisa BAB karena kemarin saya ganti susunya jadi laktogen, bukan susu penambah berat badan yang sebelumnya dikonsumsi Rayyan. Rayyan sekarang dirawat, baru satu malam dirawat," jelas Oklavia, Minggu (16/12/2018).
Meski sebelumnya pihak RS Grha Permata Ibu (GPI) dan Pemkot Depok melalui Baznas memberikan bantuan kepada Rayyan.
Usai Rayyan memiliki anus, RS GPI dan Pemkot Depok sudah tak memberikan bantuan apa pun kepada bayi malang yang nyawanya nyaris terancam akibat dugaan kelalaian tenaga medis RS GPI.
"Setelah tau Rayyan selesai operasinya, GPI dan Pemkot Depok sudah enggak ada respon lagi. Waktu itu Baznas kasih bantuan bantuan selama dua bulan, per bulannya Rp 1.5 juta," tuturnya.