Hari Ibu

Hidup Seorang Diri dan Tak Punya Anak, Ini Pesan Hari Ibu dari Wanita Renta Penjual Kripik Singkong

"Jadi anak itu sekarang jangan macam-macam, nurut sama orangtua apalagi ibu," kata dia sambil tersenyum.

Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/AFRIANI GARNIS
Heni (76) penjual keripik singkong dan jajanan ringan, saat ditemui di stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (22/12/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Afriyani Garnis 

TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Stasiun Tanjung Priok tampak lebih ramai dari biasanya jelang Natal dan Tahun Baru 2019 yang sebentar lagi tiba.

Di antara keriuhan calon penumpang yang sedang menunggu kereta datang, ada sosok wanita paruh baya yang sedang duduk memengangi keranjang sendirian.

Nek Heni (76) begitu sapaan akrab untuk wanita kelahiran 1942 tersebut.

Ia merupakan penjual keripik singkong dan berbagai olahan jajanan ringan di Pasar Pagi Asemka, Jakarta Pusat.

Hampir setiap hari Nek Heni absen di Stasiun Tanjung Priok untuk meneruskan perjalanan dari Stasiun Kota menuju Cikampek.

Kegiatan tersebut sudah dilakoni sejak tahun1963 silam, berjualan dari Cikampek ke kawasan Glodok dan Pasar Pagi Asemka.

Nek Heni sejak kecil memang sudah tinggal di Cikampek.

Malah menurutnya Cikampek merupakan kampung halamannya.

Dia bercerita, tidak pernah mengenal hari ibu karena hingga berusia 76 tahun dirinya belum memiliki anak.

Belum sempat dianugerahi anak, suami yang sangat dicintainya meninggal dunia karena sakit mendadak.

Sempat memulai hubungan dengan pria lain sepeninggal suaminya, Nek Heni justru merasa dimanfaatkan hingga dirinya tak berani memulai hubungan kembali dengan pria manapun.

Cerita Samini yang Bekerja Jadi Badut di Hari Ibu Demi Hidupi 3 Anak Seorang Diri

"Suami saya meninggal, ada yang mau sama saya, di ngakunya punya ini itu, tapi kalau pergi kemama-mana saya yang bayarin," kata Nek Heni pada wartawan TribunJakarta.com, Sabti (22/12/2018).

Merasa dimanfaatkan, Nek Heni kemudian tidak melanjutkan hubungannya dengan pria tersebut.

Mencoba dan mencoba lagi namun Nek Heni belum menemukan kecocokkan dengan pria manapun kecuali almarhum suaminya.

"Saya udah coba sama yang lain, tapi ngak ada yang sebaik almarhum suami saya," kenangnya.

Hingga pada akhirnya Nek Heni ikhlas dengan kondisinya dan menua seorang diri.

Ketika ditanya, soal hari ibu dan keinginan memiliki anak. Nek Heni hanya menggelengkan kepalanya.

Raut wajahnya tampak tak seceria ketika awal obrolan dimulai.

Jari-jari tangannya seketika tampak mengusap bagian bawah matanya yang sudah sulit melihat dan sebagian pipinya, suaranyapun terdengar memelan.

Nek Heni memang sendiri, beruntung adik kandungnya mau  tinggal bersamanya. Meski  sebenarnya ia tidak ingin merepotkan orang lain bahkan keluarga.

Sekian menit membicarakan kawasan tempat tinggalnya di Cikampek, Nek Heni pun memulai kembali obrolan dengan menanggapi anak-anak yang terjerumus pergaulan bebas.

Banyak perempuan muda di kawasan tempat tinggalnya yang sudah hamil diluar nikah dan punya anak meski umurnya masih sangat muda.

Ia berpesan untuk lebih menjaga diri dan menuruti pesan kedua orangtua terutama ibu.

"Jadi anak itu sekarang jangan macam-macam, nurut sama orangtua apalagi ibu," kata dia sambil tersenyum.

Menurut Nek Heni, banyak sekali sekali ibu yang hatinya hancur karena dikecewakan anak-anaknya.

Ibu hanya ingin didengar dan ditanggapi setiap pesannya menurut Nek Heni.

Ibu hanya ingin masakkannya dimakan atau sekedar dicicipi.

36 Tahun Mengabdi Jadi Polwan, AKBP Tri Widyaningsih: Harus Seimbang Antara Dinas dan Keluarga

Menurutnya, hal tersebut sudah menjadi hadiah sekaligus penghargaan bagi seorang ibu setelah lelah mengurus rumah.

Bahkam menurut Nek Heni itu, lebih berharga dari bunga dan hadiah yang mewah.

"Sekarang banyak anak yang kurang ajar, padahal orangtua terutama ibu cuma ingin didengar nasihatnya, ditanggapi omongannya, ini anak sekarang banyak yang bodoamat sama orangtuanya, dicuekin, nanti giliran susah ke orangtua, mungkin ya ibu nya yang ngelahirin yang ngak bisa tidur karena kelakuan anaknya," kata dia.

"Pokoknya, sama ibu itu harus nurut, sama memang ngak punya anak, tapi saya tahu jadi ibu itu ngak gampang," lanjut Nek Heni.

Tak lama kemudian kereta yang hendak dinaikinya pun bersiap untuk berangkat.

Nek Heni dengan sigap berdiri menuju antrean dan mengantre sambil menjinjing keranjangnya.

Beruntung hari ini keripik singkong dan jajanan yang dibawa Nek Heni habis terjual.

Hingga ia tak perlu menenteng berat keranjangnya pulang.

Ia kemudian berdiri di antara anak muda di sekitarnya, meski lutut dan pinggangnya seringkali terasa nyeri Nek Heni tidak mengeluh.

Dia berkata, air perasan buah mengkudu selalu jadi andalannya ketika kakinya mulai terasa nyeri.

"Kakinya suka sakit, jalannya susah, kayaknya nenek nanti mesti meres mengkudu lagi, itu obat nenek kalau sakit kakinya, soalnya ngak punya uang buat ke dokter," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved