Tsunami di Anyer

Sang Ayah Ceritakan Hal Berbeda Sebelum Putrinya Tersapu Tsunami, 'Ada Suara Tapi Tak Ada Rupa'

Afrian Safitri merupakan satu dari ratusan korban tsunami di wilayah Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Erlina Fury Santika
TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Abdul Hamid (53) tengah duduk termenung di rumah anaknya, Afrian Safitri (26), di bilangan Perumahan Bukit Nusa Indah, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (23/12/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Abdul Hamid (53) tengah duduk termenung di rumah anaknya, Afrian Safitri (26), di bilangan Perumahan Bukit Nusa Indah, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel).

Afrian Safitri merupakan satu dari ratusan korban tsunami di wilayah Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Mengenakan baju koko dan peci putih, Hamid bercerita kepada awak media mengenai firasat yang ia rasakan sepekan sebelum kepergian anak keduanya itu.

Kepalanya menengadah ketika bercerita lima hari belakangan, ia selalu susah tidur cepat. Terlebih di pagi harinya ayah dari empat anak itu tak berselera sarapan.

Ia mengatakan, selalu ada pikiran yang mengganggunya, namun ia tak berpikir panjang.

Kenangan akan anaknya yang dicintai itu, sempat nyata ia rasakan ketika sedang mengendarai sepeda motor.

Ia merasa anaknya tiba-tiba memanggil. Padahal saat itu ia sedang di Batam, dan anaknya tinggal di Tangsel.

Matanya berkaca-kaca sambil mengingat peristiwa itu.

"Pas saya bawa motor, kayak anak saya manggil, 'Ayaaaah'. Saya berhenti, itu suara dia, tapi enggak ada (rupa)," ujar Hamid datar, Minggu (23/12/2018).

Hamid juga bercerita mengenai komunikasi terakhir dengan anaknya melalui video call.

Ia merasa wajah anaknya lebih cerah dari biasanya. Namun ia tak menanyakan hal yang tak biasa itu.

"Memang wajah Fitri, berbeda dari biasanya. Beda, muka kemerahan tapi bersih lagi," ujarnya.

Hamid menceritakan beberapa kisah lain kenangan yang kemudian ia sebut sebagai firasat akan kehilangan anaknya.

"Banyak saya dapat firasat, tapi saya enggak bisa baca," ujarnya tertunduk.

Hamid menyebut anaknya, orang yang tidak banyak meminta, dan selalu menurut dengan orang tua.

"Alhamdulillah ya sangat baik. Enggak neko-nelo orangnya, enggak pernah bantah sama orang tuanya. Teman-temannya suka bergaul sama dia," ujarnya bersyukur.

Safitri baru menikah selama tiga tahun dengan suaminya, Chattra Mahotama. Chattra dan almarhum Safitri pergi ke Pantai Carita untul liburan, karena otang tuanya Chattra memiliki vila di situ.

Almarhum Safitri berwirausaha makanan olahan daging ayam, 'Ayam Bakar Negro' yang dijual secara online, sedangkan Chattra bekerja di bidang periklanan.

Hamid meminta anaknya didoakan agar diterima di sisi Allah SWT.

"Mohon doanya saja untuk almarhum," ujar Hamid.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved