Tsunami di Banten
Kisah Arifin, Penjual Tahu Keliling yang Nekat Naik Motor Tujuh Jam, Demi Bantu Korban Tsunami
Namun karena keterbatasannya yang mengendarai sepeda motor, Arifin hanya bisa membawa makanan hingga empat kardus.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Musibah tsunami di Selat Sunda tak hanya menghadirkan kabar duka dengan jumlah korban jiwa yang mencapai ratusan dan ribuan korban luka-luka.
Tetapi muncul juga kisah luar biasa yang patut dicontoh dan juga jadi sebagai pelajaran.
Informasi soal ganasnya ombak yang menerjang pesisir Banten dan Lampung menyebar tak kalah besar seperti halnya ombak di ponsel-ponsel.
Namun semua orang berhak menanggapinya seperti apa. Dari mulai tidak acuh, hingga peduli dan membuatnya bergerak.
Hal itu juga yang terjadi ketika Arifin (20), warga Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, ia melihat informasi soal kondisi kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang yang belum mendapatkan bantuan, melalui Instagram.
Sumur menjadi salah satu wilayah terparah di antara wilayah lainnya di pesisir Pandeglang.
Saat itu, Senin (24/12/2018), Arifin begitu berempati karena mengetahui belum ada bantuan yang sampai ke Sumur.
Arifin hanyalah seorang penjual tahu keliling. Namun dengan keluasan hatinya, ia merasa harus membantu sesamanya yang sedang dalam kesusahan.
Ia mengatakan sedang memiliki rezeki lebih. Namun alih-alih menabung atau membeli barang-barang kebutuhannya, Arifin malah terpikir korban tsunami.
Dari situ, ia nekat berangkat ke Sumur menggunakan sepeda motor maticnya untuk membantu korban dengan membawa makanan cepat saji.
Bukan omong kosong, Arifin langsung berangkat keesokan harinya, Selasa (25/12/2018).
• VIDEO Berkas Lengkap, Polisi Serahkan Hercules dan Anak Buahnya ke Kejaksaan Jakarta Barat
• Intip Sederet Ucapan Selamat Tahun Baru 2019 Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Rencana sedikit berubah, karena ia ternyata tak sendiri, melainkan bersama istrinya.
"Saya engga ada keluarga di sana, saya mah cuma empati saja. Cuma punya rezeki lebih, saya melihat kondisi juga di sana. Dari Tigaraksa, tujuh jam perjalanan. Berangkat sekitar setengah delapan, sampai sana sekitar jam dua lewat," ujar Arifin kepada TribunJakarta.com melalui smabungan trlepon, Kamis (27/12/2018).
Ia sengaja membawa makanan cepat saji, agar bisa langsung disantap para pengungsi korban tsunami.
Namun karena keterbatasannya yang mengendarai sepeda motor, Arifin hanya bisa membawa makanan hingga empat kardus.
"Bawa logistik makanan, makanan cepat saji, jadi biar warga di sana enggak udah masak lagi, tinggal makan," ujarnya.
Tentu saja empat kardus sudah sangat membuat Arifin kerepotan membawanya menggunakan sepeda motor matic.
Terlebih medan jalan yang rusak dan licin karena saat itu hujan tak berhenti turun, membuat kesulitan Arifin berkali-kali lipat.
"Waktu itu empat dus makanan, karena kan kalau di motor enggak bisa bawa banyak ya. Karena saya juga bawa satu motor doang kan," ujarnya.
Setelah sampai di sana, ia membagikan bahan makanan yang ia bawa ke posko yang terdekat dari Sumur, yakni di Cimanggu.
• Pesepakbola Krisna Adi Saksi Kunci Pengaturan Skor Ditabrak, PSMP Belum Jenguk dan Siap Lawan PSSI
• Ini Lokasi Sentral Parkir Pengunjung Kawasan Ancol Saat Perayaan Malam Tahun Baru
"Kalau saya sih ke lokasi pengungsiannya ke Cimanggu, karena katanya orang Sumur pada ke situ semuanya, karena poskonya di Bukit itu," ujarnya.
Arifin sudah bisa bernafas lega, karena ketika ia pulang dari Sumur, sekira pukul 18.00 WIB, alat berat sudah mulai masuk ke sanaa untuk proses evakuasi.
"Alat berat juga pas saya mau pulang, itu baru masuk. Ada sekitar tiga alat berat pas magrib saya mau pulang," ujarnya.
Pesan Terakhir Dylan Sahara
Kepergian Dylan Sahara untuk selamanya menyisakan duka yang mendalam untuk sang suami, Ifan Seventeen.
Kesedihan dan duka juga yang sama juga dialami oleh kedua orang tua Dylan Sahara.
Sebelum tsunami menerjang Banten, ayah Dylan Sahara, Supriyanto mengatakan ia sempat melarang anaknya untuk menyusul sang suami ke Anyer.
Namun perkataan sang ayah tak diindahkan oleh Dylan Sahara.
Dylan tetap bersikukuh untuk menyusul sang suami ke Anyer.
Dua puluh jam kemudian, media santer memberitakan Dylan Sahara hilang terbawa gulungan ombak tsunami Banten.
Dua hari setelahnya, yaitu pada hari Senin (24/12/2018), Supriyanto bersama istrinya mendapatkan informasi bahwa jasad Dylan berhasil ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
• Sindir Hilda Vitria, Hotman Paris Hutapea: Kalau Memang Janda Akui Saja
Ibunda Dylan Sahara, Dwi Retno mengatakan bahwa sang putri sempat memberikan pesan terakhir untuknya.
Dylan menyampaikan pesan terakhirnya kepada Dwi Retno melalui pesan singkat WhatsApp.
"Sempat ada komunikasi terakhir. Oh iya, sudah WhatsApp saya pada tanggal 22 Desember itu, sebelum tsunami," ujar ibunda Dylan, seperti yang dikutip GridHot dari Wartakota.
Ibunda Dylan juga mengatakan bahwa sang putri sempat memberikan ucapan Hari Ibu untuknya.
"Apa ya, oh dia ucapin 'mother's day'. Dia bilang, 'Dylan sayang mama'. Saya balas ciuman dua kali. Dia minta cium," katanya.
Kini jenazah Dylan telah dimakamkan tepat di sebelah makam adik kandungnya, Lastri yang meninggal saat di dalam kandungan.
Prosesi pemakaman jenazah Dylan ini diiringi isak tangi dari kerabat dan keluarga.
Berbalut baju koko putih, bawahan berwarna hitam dan kacamata hitam, Ifan Seventeen nampak berusaha tegar melepas kepergian sang istri tercinta.
• Herman Seventeen Dimakamkan, Istri Ungkap Kebiasaan Anak: Usai Salat Subuh Selalu Kunjungi Papa
Setelah memakamkan istrinya, tak lupa Ifan Seventeen mengucapkan terimaksih kepada seluruh masyarakat yang telah mendoakan istri dan teman-temannya yang menjadi korban bencana tsunami di Tanjung Lesung, Banten.
Dalam kesempatan tersebut Ifan Seventeen juga memohon maaf untuk kesalahan istri dan teman-temannya.
"Allah yang mempertemukan kita, dan Allah juga yang memisahkan kita. Terimakasih atas semua doanya, semoga istri saya diterima di Allah SWT," ujar Ifan.
• Kenang Tahun Baru Bareng Dylan Sahara, Istri Kembaran Ifan Seventeen: Tahun Ini Yasinan Buat Kamu
Sambil mengusap batu nisan putih istrinya, Ifan Seventeen berpamitan untuk meninggalkan makam.
"Aku pamit ya sayang," kata Ifan sambil mengusap batu nisan putih istrinya, seakan berat melangkahkan kaki untuk pergi.
Doa Bersama untuk Personel Seventeen
Kediaman gitaris Seventeen, Herman Sikumbang yang merupakan satu di antara korban tsunami di Pantai Anyer, Pandeglang, Serang didatangi para pelayat.
Keluarga almarhum Herman mengadakan doa bersama untuk para personel Seventeen dan istri vokalis band tersebut, Dylan Sahara yang tewas disapu gelombang tsunami.
Pantauan TribunJakarta.com Rabu (26/12/2018), tampak para pelayat dari kalangan artis mendatangi kediaman Herman Sikumbang.

Di antaranya Ifan (Vokalis Band Govinda), Rizky (mantan vokalis the Titans), Said 'Bajuri' dan lain-lain.
Menurut kerabat dekat korban Said Bajuri, kegiatan doa bersama ini sebenarnya rutin dilaksanakan di kediaman Herman.
"Kita sebulan sekali memang mengadakan pengajian di kediaman Herman. Sekarang pas banget jadi sekalian kita adakan doa untuk para korban," tambah Said Bajuri di kediaman Herman, kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.
Dylan Sahara Lebih Memilih Selalu Dekat dengan Ifan Seventeen
Riefian Fajarsyah atau akrab disapa Ifan Seventeen, bersama keluarga, sudah memakamkan istrinya, Dylan Sahara.
Setelah pemakaman, terungkap cinta Dylan Sahara begitu besar kepada suaminya itu dan rela meninggalkan urusan pribadinya itu.
Dylan Sahara dimakamkan di TPU Taman Arum, Kelurahan Mangkujayan, Kecamatan Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (25/12/2018) siang.
Makan Dylan Sahara berdampingan makam saudara kandungnya, Lastri.
Perempuan bernama lengkap Dylan Sahara Puteri itu meninggal disapu gelombang tsunami saat menemani sang suami dan band Seventeen manggung.

Band Seventeen menghibur acara gatehring PLN di Tanjung Lesung Beach Resort, Kabupaten Pandeglang, Banten, Sabtu (22/12/2018) malam.
Jenazah Dylan Sahara dan personel Sevenband, drummer Windu Andi Darmawan, baru ditemukan pada Senin (24/12/2018).
Sebelum mereka jenazah personel Seventeen yang ditemukan lebih awal adalah bassis M Awal "Bani" Purbani, gitaris Herman Sikumbang, road manager Oki, dan kru Ujang.
(GridHot)