Mafia Bola
Ini Alasan Mantan Manajer Persibara Banjarnegara Tolak Hadiri Panggilan Komdis PSSI
Mantan manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani berani mengambil sikap tegas dengan tidak datang menghadiri panggilan Komite Disiplin PSSI
Penulis: Wahyu Septiana | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Mantan manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani berani mengambil sikap tegas dengan tidak datang menghadiri panggilan Komite Disiplin (Komdis) PSSI.
Lasmi Indaryani menolak menghadiri panggilan Komdis PSSI lantaran kasus pengaturan skor yang melibatkan Persibara Banjarnegara sudah ditangani polisi.
Dalam surat undangan yang dibuat PSSI, agenda pertemuan itu mempertanggungjawabkan pernyataan Lasmi Indaryani di berbagai media massa.
Kuasa hukum Lasmi Indaryani, Boyamin Saiman, menilai kliennya lebih mempercayakan upaya pengungkapan kasus suap dan pengaturan skor ini kepada tim satgas anti mafia bola.
"Kami menghormati dan mempercayakan sepenuhnya kepada pihak penegak hukum serta tidak ingin terjadi campur aduk tumpang tindih oleh berbagai lembaga dan kepentingan lain. Kami berharap PSSI menghormati dan mendukung langkah kapolri demi kemajuan sepak bola Indonesia, sehingga PSSI semestinya tidak melakukan tindakan-tindakan lain yang berpotensi intervensi dan mengganggu proses di Kepolisian," kata Boyamin Saiman dalam keterangannya, Jumat (28/12/2018).
Selain itu, Lasmi beralasan menolak hadir dalam pemanggilan Komdis PSSI lantaran mengikuti sikap yang ditunjukan Sekretaris Jendral PSSI, Ratu Tisha Destria.
"Bahwa Ratu Tisha sepengetahuan Kami tidak hadir atas panggilan dari Bareskrim, sehingga perkenankan Kami mencontoh atas tindakan tersebut yaitu Kami juga tidak bersedia hadir atas panggilan PSSI tersebut," jelas Boyamin.
• Dari Nyanyian Lasmi Petinggi PSSI Tersangka Pengaturan Skor, Johar Lin Eng Gunakan Identitas Palsu
• Terlibat Kasus Suap dan Pengaturan Skor, Komdis PSSI Akan Beri Hukuman Tambahan Kepada Johar Lin Eng
Lebih lanjut, Boyamin menjelaskan kliennya menolak hadir dalam pemanggilan Komdis PSSI lantaran statusnya saat ini sudah bukan menjadi manajer Persibara Banjarnegara.
"Bahwa klien Lasmi Indaryani adalah bukan pengurus atau organ apapun di PSSI. Bahwa dulu pernah jadi manajer namun sekarang adalah bukan manajer lagi karena seluruh event sudah selesai sehingga klien menganggap dirinya sudah mantan manajer. Karena sudah mantan manajer maka merasa tidak punya kewajiban untuk tunduk dengan PSSI. Untuk materi dalam surat yaitu pertanggungjawaban pernyataan dan kemungkinan-kemungkinan lanjutan terkait surat tersebut yaitu kemungkinan sanksi dari Komite Disiplin PSSI sementara Kami belum menanggapi dan akan menunggu perkembangan lebih lanjut," tegas Boyamin.

Bongkar Skandal
Anggota nonaktif Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Dwi Irianto atau Mbah Putih siap membongkar skandal pengaturan skor Liga 3.
Nama Mbah Putih diduga terlibat pengaturan skor melalui tayangan Mata Najwa yang membahas PSSI Bisa Apa di Trans 7, Rabu (19/12/2018).
Adalah eks manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani, yang mengungkap nama Mbah Putih dalam pusaran match fixing Liga 3 musim ini.
Bersama eks Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah Johar Lin Eng, Mbah Putih disebut-sebut menerima aliran dana pengaturan skor dari manajemen Persibara Banjarnegara.
Nama Mbah Putih masuk dalam daftar para penerima uang berdasar buku pengeluaran Persibara Banjarnegara.
"Mbah Putih itu Asprov PSSI DIY, Komisi Disiplin PSSI Pusat. Saya tak tahu nama lengkapnya," jawab Lasmi saat Najwa Shihab mengonfirmasi apakah Mbah Putih yang dimaksud adalah Dwi Irianto.
Dwi Irianto disebut oleh Najwa menerima uang Rp 15 juta, sementara Ketua Asprov Jawa Tengah, Johar Lin Eng, menerima uang Rp 25 juta.
Pegang kunci
Mbah Putih pun akhirnya angkat bicara dan siap buka-bukaan kepada penyidik Satgas Antimafia Bola khusus untuk memberantas mafia pengaturan skor di sepak bola Indonesia.
"Saya akan bicara jujur fakta yang saya alami, semuanya biar terang benderang, kasus Banjarnegara bagaimana. Saya punya kunci, tapi ini saya simpan untuk saya pribadi dan siapapun tidak tahu. Dalam artian bukan alibi tapi di hadapan penyidik saya akan sampaikan fakta seperti apa," ujar Mbah Putih kepada Tribunjogja.com di kediamannya, Kamis (27/12/2018).
• Dari Nyanyian Lasmi Petinggi PSSI Tersangka Pengaturan Skor, Johar Lin Eng Gunakan Identitas Palsu

"Mudah-mudahan cepat selesai, dan tidak menggantung, kalau memang prosesnya harus berjalan sesuai proses hukum saya lebih senang," imbuh dia.
Ia mengapresiasi langkah Satgas Antimafia Bola menangkap Johar Lin Eng dan menyangkanya terlibat pengaturan skor di Liga 3.
Mbah Putih berharap kasus suap dan mafia sepak bola Indonesia dapat segera diselesaikan.
"Saya mengapresiasi kinerja kepolisian. Ini merupakan hal-hal di luar kemampuan (orang-orang) sepak bola itu sendiri," kata Mbah Putih.
"Sampai sore ini saya belum mendapatkan undangan (pemanggilan). Tapi saya akan proaktif, supaya kasus ini bisa cepat selesai," beber dia.
Kualitas Persibara buruk
Mbah Putih mengaku kaget namanya dikaitkan atas tuduhan pengaturan skor yang disampaikan eks manajer Persibara Banjarnegara.
Ia mengaku diminta Johar Lin Eng sebatas untuk membantu memberi masukan pada Persibara, hal tersebut dilatarbelakangi hubungan baik keduanya.
"Saya awalnya tidak tahu seperti apa, bukan saya mengelak, tapi saya benar-benar tidak tahu. Saya datang kesana pun tidak membicarakan hal apa-apa selain teknis karena memang pertandingan pertama itu sangat jelek sekali, dan kebetulan musuhnya saat itu (Gama, red) di Piala Indonesia juga main jelek," ungkap Mbah Putih.
"Kenapa Gama kalah? karena persiapan Persibara saja yang lebih matang," Mbah Putih menambahkan.
Mbah Putih pun menilai, kegagalan Persibara bukanlah lantaran faktor nonteknis seperti yang beredar saat ini.

Secara materi tim Persibara Banjarnegara memang tidak siap untuk bersaing hingga akhirnya harus kandas di final Liga 3 Asprov Jawa Tengah kontra PSIP Pemalang, Juli 2018 lalu.
"Ahmad Muhariah (pelatih Persibara) bilang saya kalau ia tidak pegang tim Liga 3 (Persibara) dan seharusnya pegang tim Porprov, tapi pemainnya sama.
Dari 23 pemain, dia bilang yang sip tenan tidak sampai 11 pemain. Jadi 11 pemainnya dia tidak siap main di Liga 3, artinya di bawah standar. Kenapa seperti itu? Katanya pemainnya banyak yang pegawai honorer, buruh, tapi saya juga tidak tahu hal itu," imbuh dia.
Itak tahu menahu soal sejumlah uang yang harus disetorkan setiap pertandingan kepada terduga Asprov PSSI Jawa Tengah. Hal ini demi menjamin Persibara di Liga 3 2018.
"Sampai sekarang saya blas (sama sekali) tidak tahu, janjinya apa saya nggak dong (paham), mencuat seperti itu saya juga kaget," ujar Mbah Putih.