Kesaksian Warga yang Menduga Melihat Bripka Matheos Duduk di Gapura TPU Mutiara
Kesaksian warga saat melihat terduga Bripka Matheos sedang duduk di Gapura TPU Mutiara Depok.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS - MS, marbut Masjid Jami Mardhotillah kaget bukan kepalang saat tahu bahwa sosok pria berumur sekira 50 tahun yang duduk di gapura TPU Mutiara, Pancoran Mas diduga merupakan mendiang Bripka Matheos De Haan.
Kala itu, sekira pukul 18.00 WIB dia berjalan dari rumahnya di Kelurahan Pitara menuju Masjid Jami Mardhotillah di Kelurahan Mampang sehingga harus melewati TPU Mutiara Depok.
Dia melihat sosok yang diduga Matheos sedang duduk di beton gapura menghadap lokasi tempat jasadnya ditemukan di lahan parkir TPU Mutiara Depok dekat sepeda motor Honda Beat warna hitam keluaran anyar terparkir.

"Saya lihat ada orang duduk di tembok bata gapura, dia menghadap ke jalan, ke arah saya jalan, menghadap ke motornya juga. Dia pakai kupluk warna hitam. Yang kelihatan bagian jidat ke bawahnya saja," kata MS di Pancoran Mas, Depok, Kamis (3/1/2019).
MS mengaku curiga karena tak mengenal pria yang mengenakan jaket hijau dan celana panjang itu duduk sendiri terdiam sembari menatap jalan.
Namun dia menegaskan tak ada yang janggal dari sorot mata dan gelagat Matheos saat bertemu pandang dengannya depan TPU Mutiara Depok.

Lantaran tegesa-gesa harus membersihkan Masjid sebelum digunakan salat, MS memilih melanjutkan perjalanan tanpa bertegur sapa dengan Matheos.
"Sorot matanya biasa saja, enggak tajam atau seperti orang ada masalah. Sempat saling lihat tapi enggak saya tegur karena lagi buru-buru, namanya marbut kan, harus bersih-bersih," ujarnya.
Di perjalanan, dia tak menengok ke belakang atau mendengar suara aneh dari arah personel Polsek Pancoran Mas yang diperbantukan di Densus 88 Anti Teror Mabes Polri itu.
MS hanya berjalan seperti biasa menuju Masjid Jami Mardhotillah dan baru kembali ke rumahnya selepas menunaikan salat Isya dan membersihkan Masjid.

Namun di perjalanan ke rumahnya yang harus kembali melewati TPU Mutiara langkahnya terhenti karena polisi menutup akses jalan, termasuk bagi pejalan kaki.
"Saya di Masjid sampai bakda Isya. Pas saya mau pulang saya enggak bisa lewat depan TPU Mutiara, ada penutupan jalan. Waktu itu jalan sudah ramai, jadi saya mutar arah untuk balik," tuturnya.
Setibanya di rumah, dia bertanya pada istrinya perihal alasan penutupan jalan yang terbaik jadi dua Kelurahan, yakni Kelurahan Pitara dan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas.
Setelah istrinya menjelaskan, MS menduga bahwa pria yang dilihatnya merupakan Matheos yang tewas akibat luka tembak di bagian kepala dari kanan ke kiri.

"Pas sampai rumah saya tanya kenapa jalan ditutup. Pas dikasih tahu istri saya baru sadar kalau orang yang saya lihat itu yang meninggal. Jaketnya mirip, warna hijau dan penutup kepalanya sama, warna hitam," lanjut MS.
Meski sempat menaruh curiga karena tak pernah melihat Matheos dan sebelumnya tak pernah ada orang yang berdiam diri depan TPU Mutiara.
Saat dipertegas sorot mata dan gelagat Matheos, MS menegaskan tak ada hal aneh atau menyeramkan saat berpapasan dengan sosok yang menyabet sejumlah juara loma tembak di tingkat Polda dan Mabes Polri.
"Biasa saja, seperti sedang menunggu orang sambil duduk. Enggak ada hal aneh, orangnya enggak bengong, cuman lagi diam saja. Sorot matanya juga enggak seram, biasa sajalah. Cuman pakai kupluk sejidat," ucap dia.
Keterangan waktu MS yang diduga bertemu Matheos nyaris sama dengan pernyataan penjaga makam TPU Mutiara, Syafi’i (50) yang mendapati almarhum tergeletak sebelum adzan Magrib berkumandang.
Bedanya MS berpapasan dengan Matheos saat adzan dari Masjid Narul Falah sudah berkumandang, sementara Syafi’i mendapati jasad saat masih Shalawat Tarhim.
"Waktu saya ketemu sudah adzan Magrib, tapi waktu itu memang baru awal banget. Pas saya sampai Masjid adzan baru banget selesai. Saya tinggal di Kelurahan Pitara, makannya pasti lewat TPU kalau mau ke Masjid," sambung MS.
Jika disesuaikan dengan keterangan Syafi’i yang sudah diperiksa polisi jadi saksi, jarak antara MS bertemu Matheos, dan jarak antara Syafi’i menemukan jasad hanya berkisar hitungan detik.
"Saya pertama lihat korban itu sebelum adzan Magrib, pas lagi Shalawat Tarhim sebelum adzan. Tapi saya enggak langsung lapor, saya Salat Magrib dulu baru ajak teman ke lokasi," jelas Syafi’i.
Sementara menurut keterangan Tuti yang sempat membuatkan kopi untuk Matheos, almarhum sempat berada di Mapolsek Pancoran Mas sekira pukul 17.00 WIB.
• Menelusuri Lokasi CCTV yang Disebut Polisi Merekam Kedatangan Bripka Matheos ke TPU Mutiara
• Polisi Periksa 13 Saksi Usut Tewasnya Bripka Matheos
Tuti menilai tak ada hal janggal dari pria yang pada telapak tangannya terdapat jejak bubuk mesiu meski pistol jenis Sig Sauer milik Matheos ditemukan di bawah badan sisi kiri jasad.
"Pas sore sempat minum kopi di sini bareng anggota lainnya. Waktu itu sih biasa saja, enggak ada yang aneh. Orangnya juga memang biasa," ujar Tuti.