Penjaga Makam TPU Mutiara Doakan Sebab Kematian Bripka Matheos Segera Terungkap

Dia bersyukur keputusan menjaga jarak sekitar tiga meter dari jasad Bripka Matheos tepat karena tak merusak kondisi lokasi dan mengganggu proses.

Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Penjaga TPU Mutiara, Syafi’i (50) di Pancoran Mas, Depok, Kamis (3/1/2019). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS - Tak hanya pihak keluarga besar Bripka Matheos De Haan yang berharap polisi lekas merampungkan hasil penyelidikan terkait kronologis dan sebab meninggalnya almarhum.

Penjaga makam TPU Mutiara Depok, Syafi’i (50) atau karib disapa Piih yang pertama menemukan jasad Bripka Matheos pada Senin (31/12/2018) sebelum adzan Magrib berkumandang pun berharap hal serupa.

Meski dirundung takut bahkan sebelum mengetahui bagian kepala Bripka Matheos berdarah, Piih sedikit memahami perasaan keluarga yang masih harus menunggu kepastian di tengah duka.

"Saya doain polisi segera berhasil ungkap kasusnya, saya percaya polisi bisa. Kasihan pihak keluarganya, harus kehilangan tapi sekarang masih menunggu sebab kematian. Biarpun saya enggak kenal, tapi saya yakin mereka sedih," kata Piih di TPU Mutiara Depok, Kamis (3/1/2019).

Pria yang nyaris 10 tahun jadi penjaga makam TPU Mutiara Depok ini berharap keterangan yang disampaikan kepada penyidik selama 2.5 jam diperiksa dapat membantu polisi mengusut kasus kematian rekan mereka.

Dia bersyukur keputusan menjaga jarak sekitar tiga meter dari jasad Bripka Matheos tepat karena tak merusak kondisi lokasi dan mengganggu proses penyelidikan.

Pasalnya, upaya penyidik gabungan, Unit K-9, Jibom Gegana, hingga Subbid Senjata Puslabfor Polri mencari proyektil dan selongsong peluru pistol jenis Sig Sauer milik Bripka Matheos belum membuahkan hasil.

Kesaksian Warga yang Menduga Melihat Bripka Matheos Duduk di Gapura TPU Mutiara

"Saya enggak masuk ke area parkir, tempat almarhum itu ditemukan memang area parkir untuk peziarah. Jadi saya enggak sentuh sama sekali, warga lain juga enggak ada menyentuh. Yang pertama sentuh jasad ya polisi," ujarnya.

Piih mengaku sudah mengetahui adanya indikasi korban bunuh diri karena mengirim pesan permintaan maaf kepada rekan kerja dan terdapat bubuk mesiu di tangan kanan Bripka Matheos.

Namun seperti pihak keluarga, Piih tak ingin percaya begitu saja bahwa personel Polsek Pancoran Mas yang diperbantukan di Densus 88 Anti Teror Mabes Polri itu bunuh diri.

"Kalau untuk bunuh diri atau dibunuh itu yang tahu pastinya Allah. Karena di sini enggak ada CCTV jadi enggak ketahuan, lokasinya memang sepi. Semoga peluru yang dicari cepat ketemu, jadi almarhum tenang, keluarga juga tenang," kata Piih.

Sebelumnya, menantu Matheos, Angger Aprinda (30) menyatakan harapan serupa dan yakin pria yang selama tujuh tahun terpaksa merayakan hari raya Idul Fitri dengan bertugas itu tak bunuh diri.

Menurutnya, Bripka Matheos tak memiliki masalah keluarga, pekerjaan, ekonomi, dan kesehatan sehingga tak ada alasan mengakhiri hidupnya.

"Kita tidak percaya kalau bapak bunuh diri. Karena selama ini dalam keluarga bapak tidak pernah ada masalah, cek-cok apalagi masalah ekonomi semua baik saja," ucap Angger, Selasa (1/1/2019).

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved