Membangun Estetika Kota Melalui Seni Bersama Komunitas Warga
Para arsitektur itu merespons pembangunan estetika kota dengan mengadakan kegiatan "Kota dan Seni: Menjadi (Komunitas) Warga 2018"
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
Acara berlangsung meriah. Warga setempat antusias menyaksikan anak-anak yang biasa bermain di sore hari, lenggak-lenggok di panggung seadanya menarikan tari Betawi.
Di sudut lapangan, ada pameran foto sederhana yang memampang foto-foto dokumentasi warga yang masih menggunakan kamera film.
"Ini yang kawin sama si anu ya," ujar seorang Bapak berpeci hitam kepada lelaki di sebelahnya, ketika melihat pameran foto kenangan.
Suasana acara tersebut hangat kekeluargaan. Kenangan dari foto jadul bangkit. Terlebih testimoni para sesepuh kampung yang dibuat film, membuat ingatan akan rimbun pohon masa lalu terngiang.
Kawasan Pondok Jaya memang berubah. Kini sekeliling kampung tersebut, banyak berdiri perumahan, bangunan dan jalan yang dibangun pengembang.
Bambang Prihadi, aktor dan seniman dari Lab Teater, memiliki isu besar yang sering kali luput dari pembicaraan pembangunan, pada konsep acara seni bertajuk "Blengketan" itu.
Baginya, seni bukan hanya karya, namun bagaimana seni bisa membuka ruang komunikasi dan kerja sama.
• 4 Orang Ditangkap karena Diduga Lancarkan Aksi Premanisme di Kargo Bandara Soekarno-Hatta
Melalui Blengketan, Lab Teater dan Komunitas Pondok Jaya, menarik pembangunan estetika kota ke arah yang lebih subtil, yakni manusianya.
Bembeng, panggilan karibnya, mengatakan, yang paling dekat dengan manusia adalah memori.
"Sederhananya waktu itu yang paling dekat, yang menjadi poin kan masyarakat menjadi bagian. Yang paling dekat dengan masyarakat kan memorinya," jelas Bembeng.
Seni dalam acara tersebut bukan hanya karya, melainkan sebuah gerakan bersama.
Ika Rahmawati, salah satu penyelenggara acara Blengketan dari komunitas Pondok Jaya, mengaku senang dengan program tersebut.
Ia mengaku awalnya tidak mengerti, namun dengan arahan dan tukar pikiran bersama para seniman dari Lab Teater, Ika yang seorang karyawan di perusahaan swasta, meluangkan waktunya untuk mengonsep acara tersebut sejak awal Desember tahun lalu.
Ika juga mengaku belajar banyak dari menyelenggarakan acara tersebut, terutama pada bagian mengajak remaja lain dan warga untuk antusias berpartisipasi.
"Awalnya juga enggak tahu, ngomong ke warganya bagaimana. Terus diajak kan ke komunitas lain kaya Lab Teater, Sanggar Akar, ya bagaimana mengajak masyarakat deh," ujar Ika mengutarakan kesannya.
Bersama Ika, Diani Puspita Sari, ketua penyelenggara Blengketan, mengaku senang dan mau mengadakan acara seperti itu lagi.
Melihat respons dan tanggapan warga, Diani, yang juga pendiri sanggar tari Puspita di Pondok Jaya, dirinya terbawa dan merasa kegiatan tersebut bermanfaat.
"Boleh juga, anak-anak responsnya pada senang. Warga juga, jadinya pada temu cerita gitu," ujar Diani.