LSI Denny JA Beberkan Dua Alasan PDIP Berpotensi Menangkan Pileg 2019
Peneliti LSI Denny JA, Ardia Sopa menjelaskan dua alasan mengapa PDIP berpotensi memenangkan Pileg 2019.
Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Erlina Fury Santika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar
TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam hasil survei terbarunya memaparkan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berpotensi menjadi juara dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Peneliti LSI Denny JA, Ardia Sopa menjelaskan dua alasan mengapa PDIP berpotensi memenangkan Pileg 2019.
"Pertama dalam 5 bulan terakhir, survei yang merekam elektabilitas partai-partai, selalu menempatkan PDIP pada posisi pertama dengan elektabilitas di atas 20 persen," ujar Ardian Sopa di Graha Dua Rajawali, Jakarta Timur, Selasa (8/1/2019).
Adapun alasan kedua, jarak elektabilitas PDIP dengan partai di bawahnya, yaitu Partai Gerindra, selalu konsisten di atas 10 persen.
Ia menambahkan, jika PDIP menjadi juara di Pileg 2019, partai tersebut akan menjadi partai pertama yang berhasil menjadi juara Pemilu selama dua kali berturut-turut.
"Jika posisi PDIP saat ini bertahan hingga Pemilu April 2019, maka PDIP adalah partai pertama yang berhasil keluar dari kutukan juara bertahan. Dan, menjadi partai pertama yang memenangi pemilu dua kali berturut-turut pada pemilu era reformasi," ujar Ardian Sopa.
Berikut hasil survei LSI Denny JA terkait elektabilitas PDIP dan Partai Gerindra, sejak Agustus hingga Desember 2018 :
1. PDIP
Agustus: 24,8 persen
September: 25,6 persen
Oktober: 28,5 persen
November: 25,4 persen
Desember: 27,7 persen
2. Gerindra
Agustus: 13,1 persen
September: 11,5 persen
Oktober: 11,3 persen
November: 14,2 persen
Desember: 12,9 persen
Adapun dalam proses surveinya, LSI Denny JA menggunakan metode multistage random sampling, dengan total 1.200 responden, yang dilakukan sejak Agustus hingga Desember 2018.
LSI Denny JA memakai teknik wawancara tatap muka responden dan menggunakan kuisoner, dilengkapi FGD, analisis media, dan indepth interview. Dengan margin of error sebesar 2,9 persen.