Bayi Rayyan Tak Dapat Bantuan, Komnas PA: Pemkot Depok Jangan Pura-pura Tidak Tahu

Tanpa penghargaan pun, Sirait menegaskan Pemkot Depok memiliki kewajiban membantu biaya rawat jalan dan mengusut dugaan kelalaian RS GPI Depok.

Penulis: Bima Putra | Editor: Erlina Fury Santika
TribunJakarta/Bima Putra
Oklavia Supriatin (39) saat menimang Rayyan Haryo Ardianto di kediamannya, Beji, Depok, Selasa (28/8/2018) 

Sekarang saya lagi enggak bisa beli kantong kolostomi karena harganya mahal. Rp 40 ribu satu kantong, belum susu penambah berat badan, Rp 360 ribu untuk satu minggu. Sekarang kantong kolostomi buat sendiri pakai plastik tahu," kata Oklavia.

Perihal keselamatan penggunaan kantong plastik tahu jadi kantong kolostomi, merujuk dari penuturan sejumlah orangtua yang senasib, Oklavia menyebut hal itu aman dan bukan merupakan hal asing di dunia medis.

Tapi karena tak diperuntukkan di bidang medis, kantong plastik tahu itu harus diganti dalam hitungan jam, berbeda dengan kantong kolostomi yang bisa dicuci dan bertahan seharian.

"Memang enggak tahan seperti kantong kolostomi, dalam sehari saya bisa 10 kali ganti. Tapi mau bagaimana, enggak ada bantuan dari pak Wali dan Wakil. Mereka cuman pernah janji doang, datang ke rumah saja tidak," tuturnya.

Bantuan teranyar yang diberikan Pemkot Depok hanya uang Rp 500 ribu yang diberikan Puskesmas Beji untuk membeli susu penambah berat badan pada akhir Desember 2018 lalu.

Anjloknya berat Rayyan karena tak bisa BAB selama tiga hari dan harus puasa karena menjalani operasi pembuatan kolostomi membuat susu penambah berat badan jadi kebutuhan pokok bagi Rayyan.

Tak Bisa Berobat, Orangtua Bayi Rayyan Tagih Janji Wali dan Wakil Kota Depok Bantu Pengobatan

Minim Bantuan, Orang Tua Bayi Rayyan Terpaksa Utang untuk Biaya Rawat Jalan

Usai Operasi Kolostomi, Bayi Rayyan Harus Jalani Dua Kali Operasi Lagi

Intruksi dokter RSPAD Gatot Soebroto yang menangani operasi Rayyan sejak awal agar tak mengkonsumsi susu selain susu penambah berat badan mau tak mau harus dituriti Oklavia.

"Kata dokter jangan dikasih susu laktogen, harus susu penambah berat badan. Karena berat badan Rayyan pas operasi kemarin itu anjlok. Jadi sekarang fokus di susu dulu. Kantong kolostomi beli tapi enggak banyak," lanjut Oklavia.

Selain kantong kolostomi, susu penambah berat badan, biaya kontrol di RS Hermina Depok, dan ongkos ke RSPAD Gatot Soebroto.

Pihak keluarga harus memutar otak karena harus membeli busi anus, yakni lempeng besi tumpul yang digunakan untuk mencolok lubang anus Rayyan.

Busi anus atau dalam prosedur medis disebut Businisasi bertujuan agar lubang anus hasil operasi tak menutup rapat selama Rayyan terpaksa BAB dan buang angin melalui kolostomi.

"Sekarang saya harus beli busi anus karena dari BPJS itu enggak bisa gratis. Harganya mahal, Rp 290 ribu. Karena pak Wali dan Wakil pernah janji mau bantu Rayyan saya harap mereka penuhi janji mereka," harap dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved