Mafia Bola
Sudah Lima Tersangka Pengaturan Skor, Satgas Antimafia Bola Beberkan Sederet Pidananya
Setelah memeriksa sejumlah saksi termasuk elite PSSI dan lima orang jadi tersangka, bergulir isu ada agenda tersembunyi Satgas Antimafia Bola.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Gerak cepat Satgas Antimafia Bola tak main-main, sementara sudah lima orang sebagai tersangka match fixing alias pengaturan skor.
Lima tersangka di antaranya anggota Komite Eksekutif PSSI sekaligus Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah Johar Ling Eng, mantan anggota Komite Wasit PSSI Priyanto beserta anaknya, Anik Yuni Sari.
Polisi turut menetapkan anggota Komisi Disiplin nonaktif PSSI Dwi Irianto alias Mbah Putih dan wasit Nurul Safarid sebagai tersangka keempat dan kelima.
Setelah memeriksa sejumlah saksi termasuk elite PSSI dan lima orang ditetapkan sebagai tersangka, bergulir isu ada agenda tersembunyi yang dibawa Satgas Antimafia Bola.
Wakil Ketua Satgas Antimafia Bola, Brigjen Krishna Murti, pun angkat bicara soal munculnya isu tersebut.
Sebelum membahas isu ini, belum lama Satgas Antimafia Bola mendatangi Krisna Adi Darma.
Datangi rumah Krisna
Krisna Adi dilarang bermain bola seumur hidup di kompetisi resmi tanah air karena terlibat pengaturan skor.
Mantan pemain PS Mojokerto Putra itu mengalami kecelakaan parah pada Desember silam karena ditabrak bus di Yogyakarta.
Krisna Adi harus menjalani rangkaian operasi tempurung kepala di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Rombongan Satgas pimpinan Krishna Murti tiba di rumah Krisna Adi di Gamping, Sleman, Rabu (9/1/2019) pukul 13.10 WIB.
Pertemuan Satgas Antimafia Bola dan Krisna tertutup bagi media.
Didampingi Direktur Ditreskrimum Polda DIY, Kombes Hadi Utomo, Krishna Murti keluar setelah pertemuan sekira 20 menit.
Krishna Murti ingin melihat kondisi terkini Krisna Adi, yang disebut-sebut memiliki informasi mengenai skandal
pengaturan skor.
"Yang bersangkutan tidak dalam kondisi sehat untuk dimintai keterangan secara ferbal dan normal. Dari obrolan-obrolan kami tadi, saya bisa menangkap, kira-kira gambaran kecilnya seperti apa," kata Krishna Murti.
"Kita bukan menggali informasi, karena pertama kita lihat dulu kondisinya. Kalau cukup sehat, mungkin bisa kita mintai keterangan. Kalau belum ya kita tunggu
sampai sehat," imbuh dia.
Ia mengungkapkan kondisi Krisna tidak jadi kendala bagi Satgas Antimafia Bola menyelidiki skandal match fixing di sepak bola Indonesia.
"Satgas masih bekerja ke segala arah untuk mengungkap apa yang terjadi, mengenai pengaturan skor di Liga 1, Liga 2, Liga 3, maupun yang lain,," tambah mantan Wakil Kapolda Lampung ini.
Dikatakan Krishna Murti, sejauh ini sudah ada beberapa pihak yang mengajukan diri sebagai justice collaborator kepada kepolisian.
Ia berharap jika ada pengurus klub atau perangkat pertandingan yang pernah terlibat, jangan sungkan untuk berbicara.
"Kalau ada yang pernah terlibat karena terpaksa, atau takut, bicara saja. Satgas dibentuk bukan untuk penegakan hukum semata, tapi kita juga memberi masukan, apa saja yang didapat, lalu kemudian diharapkan ada perbaikan," ucap dia.
Pengakuan wasit Liga 2
Satgas Antimafia Bola memeriksa salah satu wasit Liga 2 2018, yakni Muhammad Irham di Polda DIY pada Kamis (10/1/2019) pagi.
Irham diperiksa Satgas Antimafia Bola selama tiga jam.
Wasit ini datang didampingi penasihat hukumnya, Taufiqurrahman.
"Hari ini, klien saya sudah diperiksa, sudah di-BAP (berita acara pemeriksaan)," ujar Taufiqurrahman di Mapolda DIY, Kamis (10/1/2019).
Menurut Taufiqurrahman, kliennya diperiksa Satgas Antimafia Bola terkait pertandingan Liga 2 yang pernah dipimpin.
Selama pemeriksaan tiga jam itu Irham menjelaskan tentang dugaan praktik intimidasi kepada wasit.

"Kami sudah sampaikan semua segala sesuatunya, termasuk dugaan adanya praktik match manipulation, praktik intimidasi kepada wasit, maupun intimidasi terhadap perangkat pertandingan," tutup Taufiqurrahman.
"Tadi, sudah kami buka sejelas-jelasnya," dia menambahkan.
Dalam pemeriksaan itu, Irham membuka siapa saja klub yang terlibat pengaturan skor.
Klub-klub itu juga mencoba mengintimidasi sang wasit ini saat pertandingan Liga 2 2018.
"Kami buka sejelas-jelasnya. Kami sampaikan siapa saja yang terlibat dan klub-klub mana yang berkepentingan dalam hal itu," ucap Taufiqurrahman.
"Harapan kami satu, sepak bola Indonesia menjadi lebih baik," kata Taufiqurrahman mewakili Irham.
Beberkan kejahatan sepak bola
Menurut Krishna Murti, dalam kasus ini Satgas menemukan pidana suap menyuap, pidana penipuan, pidana pengaturan pertandingan.
Ada juga pidana pengaturan wasit, pidana pengaturan skor, pidana penelikungan peran-peran orang-orang di organisasi.
"Satgas menyelidiki pidana dan kejahatan yang berdampak pada kepentingan umum," ujar Krishna Murti di Instagramnya, Jumat (11/1/2019).
Ujaran Krishna Murti menjadi keterangan foto saat dirinya seperti berdiskusi dengan komentator sepak bola Tommy Welly di depan sebuah papan tulis.
Disampaikan Krishna Murti, kejahatan pengaturan sepak bola adalah kejahatan transnasional.
Termasuk apa yang terjadi di dunia sepak bola Indonesoa saat ini.
"Jangan isukan satgas dibuat untuk ini dan itu. Yang menghembuskan isu pasti orang-orang yang ingin bercokol dalam kemapanan kejahatan di Sepakbola," imbuh dia.
Hasil penyelidikan Satgas Antimafia Bola saat ini banyak orang yang tahu tapi semua diam karena takut membongkarnya.
Mereka enggan membongkar karena klub Takut tidak ikut Liga, pemain takut dikucilkan, wasit takut dipinggirkan, pelatih takut tidak dapat tempat, pengurus takut digeser.
"Sekarang ada yang mau menakut-nakuti satgas dengan mengisukan ada agenda tersembunyi. Kami tidak ada kepentingan dengan PSSI. Kami tak ingin jadi pengurus PSSI, kami tdk takut karena ditakut-takutii," tegas dia.
Ia memastikan Satgas Antimafia Bola akan terus eksis sepanjang banyak borok yang selama ini terjadi dibiarkan.
"Pilihannya hanya satu: perbaiki sepak bola Indonesia karena kami cinta sepakbola. Kami ingin Indonesia hebat di sepakbola," ucap dia. (Tribun Jogja/TribunJakarta.com)