Pemkot Depok Tak Beri Bantuan, Warga Patungan Beli Bibit Ikan Buat Situ Pladen

Pemkot Depok tak memberi bantuan bibit ikan guna menjaga populasi berbagai ikan di Situ Pladen

TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Warga saat memancing di Situ Pladen, Beji, Depok, Minggu (3/2/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, BEJI - Alasan Pemkot Depok yang tak dapat mengelola Situ karena kepengelolaan di bawah Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dipertanyakan warga Kelurahan/Kecamatan Beji.

Tak hanya karena pendangkalan dan pencemarannya yang dibiarkan bertahun-tahun, Pemkot Depok bahkan tak memberi bantuan bibit ikan guna menjaga populasi berbagai ikan.

Ketiadaan bantuan membuat warga RW 03 dan RW 14 Kelurahan/Kecamatan Beji yang bermukim dekat Situ Pladen harus patungan membeli bibit ikan guna menjaga populasi ikan.

Spanduk ajakan patungan membeli bibit ikan dari Pokja Situ Pladen, Beji, Depok, Minggu (3/2/2019).
Spanduk ajakan patungan membeli bibit ikan dari Pokja Situ Pladen, Beji, Depok, Minggu (3/2/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

"Kita patungan beli bibit ikan sendiri, belum lama ini beli bibit ikan Patin. Kalau menunggu bantuan Pemerintah percuma, sudah capek menunggu. Mending patungan beli sendiri," kata Misbah (45), satu warga RW 14, Minggu (3/2/2019).

Selain warga, para pemancing yang kerap menyalurkan hobi dan mengasah kemampuannya di Situ Pladen ikut patungan untuk membeli bibit.

Meski tak mematok nominal sumbangan, Misbah menuturkan banyak pemancing yang rela mengeluarkan uang hingga Rp 10 ribu, pun warga ikhlas menerima bila hanya Rp 2 ribu.

"Yang mancing ikut patungan. Malah yang mancing banyak ngasih Rp 5 ribu, Rp 10 ribu. Padahal mereka kasih Rp 2 ribu saja kita terima. Sudah sama-sama saling ngerti kalau minta ke pemerintah hasilnya percuma," ujarnya.

Dari hasil patungan terakhir yang terkumpul sekitar Rp 500 ribu, Misbah menyebut warga dan para pemancing telah berhasil melepas sekitar 300 benih bibit Patin.

Jumlahnya memang tak banyak, namun hasil patungan itu yang dinikmati beramai-ramai itu jadi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang ingin menjaga populasi ikan.

"Belum lama ini habis lepas 300 bibit Patin, lumayan lah. Sekarang mulai patungan lagi, baru terkumpul Rp 150 ribu. Daripada nongkrong enggak jelas kan mendingan mancing," tuturnya.

Susutnya populasi ikan karena terus dipancing dan pencemaran Situ Pladen dibenarkan Slamet (58), warga RW 03 yang bermukim dekat Situ sejak tahun 1986.

Menurutnya, dulu memancing bukan hal sulit karena populasi ikan masih banyak dan kualitas air memungkinkan ikan bertahan hidup di Situ Pladen.

Memasuki tahun 2000, populasi ikan merosot seiring pendangkalan dan pencemaran Situ yang tahun ini bakal dinormalisasi menggunakan dana hibah dari Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp 15,6 miliar.

"Dulu mah banyak ikannya, Cupang, Bawal, Mujaer, Betok, Beunteur itu gampang nyarinya. Sekarang mah boro-boro, udah enggak bisa bertahan hidup lagi. Paling cuman Lele, Sepat, sama Patin yang ada," ucap Slamet.

Tanto (43), satu pemancing di Situ Pladen mengaku tak keberatan dengan sumbangan yang diminta warga untuk membeli bibit ikan lalu dilepas di Situ Pladen.

Meski masih termasuk warga Kecamatan Beji, dia mahfum dengan alasan warga yang memilih patungan ketimbang menunggu Pemkot Depok turun tangan melepas benih ikan.

"Namanya ikan, kalau dipancing terus ya pasti habis kan. Lagian saya juga ikut mancing, wajar saja diminta nyumbang. Kalau menunggu pemerintah susah, jalan lubang saja lama dibenarin, apalagi ngurus benih ikan," ujar Tanto.

Pantauan TribunJakarta.com, terpampang satu spanduk buatan Kelompok Kerja (Pokja) Situ Pladen bertuliskan ajakan ikut patungan membeli bibit ikan.

"Sudah dilepas ikan Patin. Pemancing mohon membayar retribusi seikhlasnya, dana yang terkumpul untuk dibelikan benih ikan lagi. Hanya ikan di atas 1 kilogram yang boleh dibawa pulang".

Sebagai informasi, Pemkot Depok selalu beralasan tak dapat mengelola Situ karena terbentuk kewenangan dan harus meminta izin kepada BBWSCC bila ingin mengurus Situ.

Pada tahun 2017 lalu Wali Kota Depok M. Idris Abdul Shomad telah melayangkan surat agar kepengelolaan Situ beralih ke Pemkot meski kini hanya memiliki 4 alat berat amfibi.

Pun masih meminta bantuan kepada Pemprov DKI Jakarta hingga puluhan miliar untuk normalisasi Situ dan membeli alat berat yang mampu mengeruk lumpur.

Tahun 2018, normalisasi dan penurapan Situ Pedongkelan dibiayai DKI Jakarta dengan anggaran sekitar Rp 5,5 miliar dan hasilnya justru dikeluhkan warga.

Tahun 2019 Pemkot Depok meminta hibah dari Pemprov DKI Jakarta untuk normalisasi Situ Rawa Besar dengan anggaran Rp 10,4 miliar, Situ Pladen dengan anggaran Rp 15,6 miliar.

Dana Nyaris Rp 1 Miliar, Proyek Saluran Air Situ Pladen Diprotes Warga

Menengok Situ Pladen yang Bakal Dinormalisasi Gunakan Dana Hibah Sebesar Rp 15,6 Miliar

Normalisasi Situ Sawangan dengan anggaran Rp 2,1 miliar, dan pembelian 4 unit alat amfibi sebesar Rp 14 miliar untuk keperluan pengerjaan proyek normalisasi.

Padahal Idris mengatakan Pemkot Depok siap membeli alat berat bila permohonan ambil alih seluruh Situ di Depok disetujui Pemerintah Pusat.

"Bisa, bisa. Ya saya beli nanti alat beratnya, kalau sudah beralih nanti saya beli. Paling Rp 1 miliar, Rp 2 miliar," kata Idris, Senin (19/11/2018).

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved