Hanafi, Pria Penjual Burung Pipit di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi yang Berjualan Sejak Tahun 1980

Sejak pagi sekitar pukul 07.00 WIB ia sudah tiba di kelenteng dengan membawa sebanyak 700 ekor burung pipit. Hingga siang hari, sekitar 200 ekor.

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Hanafi penjual burung pipit di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI TIMUR - Tradisi melepas burung pipit bagi umat Tionghoa saat perayaan Imlek telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seorang kakek bernama Hanafi (73).

Pria asal Bekasi Utara, Kota Bekasi ini sejak 1980an sudah melakoni profesi sebagai penjual burung Pipit. Saat perayaan Imlek, ia tidak pernah absen berjualan di Kelenteng Hok Lay Kiong, Jalan Kenari I, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi.

TribunJakarta.com pada perayaan Imlek 2570, Selasa, 5 Februari 2019, berkesempatan menjumpai Hanafi di tempat dimana ia kerap menjajakan burung setiap tahunnya. Dari kejauhan, kakek berusia 73 tahun itu nampak berisi di depan pintu kelenteng dengan kandang burung berukuran besar yang ia bawa.

Hanafi mengatakan, sejak pagi sekitar pukul 07.00 WIB ia sudah tiba di kelenteng dengan membawa sebanyak 700 ekor burung pipit. Hingga siang hari, sekitar 200 ekor burung telah habis terjual.

"Ke sini (kelenteng) sendiri aja, paling nanti kalau udah rada sepi baru pulang, gak mesti abis juga, ini aja baru laku 200 mah ada kali," kata Hanafi.

Hanafi saat melayani pembeli burung pipit di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi.
Hanafi saat melayani pembeli burung pipit di Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi. (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Ia menjual setiap satu ekor seharga Rp 3000, biasanya, warga umat Tionghoa membeli burung rata-rata lima ekor, 10 ekor, bahkan 50 ekor. Dia juga tidak segan memberikan bonus jika ada yang membeli dalam jumlah banyak.

"Ya macem-macem, kalau belo banyak misal 50 ekor kita tambahin dah dua sampe lima ekor," ungkap Hanafi.

Berjualan burung Pipit sudah ia lakoni sejak tahun 1980an, kala itu, jumlah pedagang burung masih sedikit ketimbang sekarang yang sudah muali banyak.

"Waktu dulu paling dua orang, saya sama ada lagi sekarang udah gak jualan, emang tiap tahun ke sini (kelenteng Hok Lay Kiong), waktu dulu kelenteng masih kecil sampe sekarang udah gede gini," ucapnya.

Saking lamanya berjualan, Hanafi mengaku sudah kenal dengan sejumlah umat Tionghoa yang kerap datang ke Kelenteng Hok Lay Kiong. Bahkan, ia sudah memiliki pelanggan tersendiri yang yang tiap tahun membeli burung Pipit untuk dilepaskan saat perayaan Imlek.

"Saya udah dari dulu tahun 80an udah jualan, udah banyak yang kenal juga, sama pengurus kelenteng juga saya kenal, cuma sekarang udah banyak yang ganti," ucapnya.

Dari penghasilan berjualan burung Pipit saat perayaan Imlek, Hanafi bisa mengantungi keuntungan yang cukup banyak, meski ia tidak mau menyebutkan nilaianya, berjualan burung saat perayaan Imlek lebih besar ketimbang saat berjualan di hari-hari normal.

"Kalau biasanya jualan di SD, itu saya jual Rp 5000 satu ekor, pakai kandang juga, kalau ini kan Rp 3000 tapi yang beli sekaligus banyak, jadi Alhamdulillah cepet abisnya, gak satu-satu jualnya," jelas dia.

Burung pipit yang ia jual merupakan hasil berburu selama empat hari di kawasan persawahan di daerah Babelan. Cara menangkap burung Pipit kata Hanafi cukup mudah, ia hanya tingga menyiapkan perangkap berupa jaring dan umpan.

"Boleh nangkap di sawah, empat hari dapet 700 ekor, saya kumpulin buat jualan di sini (kelenteng), kalau tahun lalu mah hampir sama bawa segitu cuma gak ampe abis, paling nyisah bangsa 100-200 ya bawa pulang lagi buat jualan di sekolahan," jelas dia.

Adapun menurut pengetahuannya, tradisi melepas burung pipit dipercaya dapat membawa kebaikan bagi umat Tionghoa. Semakin banyak melepas burung, semakin banyak pula kesusahan yang dilepas dari dalam diri orang yang melakukan tradisi tersebut.

"Biasanya langsung di lepas, dia beli saya masukin ke kotak kardus isi 50 ekor, abis itu langsung lepas aja," jelas dia.

Sementara itu, salah satu pembeli bernama Hartanto mengatakan, tradisi melepas burung selalu ia lakukan saat perayaan Imlek. Saat dijumpai, ia baru saja membeli 50 ekor burung pipit dari Hanafi.

"Maknanya supaya bisa melepas kesialan aja, sama berharap tahun ini bisa lebih baik lagi, dengan melepas burung itu kita juga berbuat baik kepada sesama makhluk hidup," katanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved