Pilpres 2019
Budiman Sudjatmiko Sebut Pria Berlumpur Dadanya Sengaja Dipoles, Ini Balasan Kubu Prabowo-Sandi
Budiman Sudjatmiko membeberkan analisis tentang pria bertelanjang dada belepotan lumpur tapi tidak punggungnya. Kubu Prabowo-Sandiaga jelaskan ini.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Calon wakil presiden 02 Sandiaga Uno pernah berbincang dengan pria belepotan lumpur di dada tapi tak di punggungnya.
Foto tersebut kemudian viral dan kunjungan Sandiaga Uno ke lokasi terdampak banjir menemui korban hanya sandiwara saja.
BPN Prabowo-Sandi lalu membantah kunjungan Sandiaga Uno tersebut bersandiwara.
Belakangan si pria berlumpur di dadanya diketahui bernama Ilyas Daeng Ila (54) dan memberikan klarifikasi.
Ia mengaku harus membersihkan bawah kasur dan kursinya yang kemasukan lumpur.
Sehingga Ilyas harus merangkak di lantai dan dadanya berlumpur.
Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Budiman Sudjatmiko, turut mengomentari foto Sandiaga dan Ilyas yang viral tersebut.
Analisisnya disampaikan Budiman Sudjatmiko dalam program Mata Najwa bertema Tancap Gas Jelang Pentas: Di Balik Viralnya Sandiwara Uno (Part 5) yang tayang di YouTube Mata Najwa pada Rabu (6/2/2019).
Narasumber dari TKN Jokowi-Ma'ruf selain Budiman Sudjatmiko ada Irma Suryani Chaniago dan Dini Shanti Purwono, sementara di kubu BPN Prabowo-Sandi ada Muhammad Nasir Djamil, Miftah Sabri dan Faldo Maldini.
Menurut Budiman Sudjatimiko, lumpur di dada Ilyas seperti sengaja dipoles menggunakan tangan, bukan hasil gesekan dengan lantai atau batu.
"Saya sudah lihat di foto itu. Kelihatan betul kontras antara ketebalan lumpur di mukanya dengan bersih di punggungnya. Itu Satu," ucap Budiman Sudjatmiko.
"Kedua, lumpur di depan itu ada banyak seperti goresan jari, seperti dioleskan oleh jari. Bukan bekas gesekan antara tubuh dengan batu atau apa," sambung dia.
Budiman Sudjatmiko bahkan berani menunjukkan lumpur di dada Ilyas benar-benar goresan seseorang dan disengaja.

Sebelumnya, Budiman Sudjatmiko juga menganalisis foto dan video seorang perempuan sampai histeris agar bisa selfie dengan Sandiaga Uno.
Ia mengaku iri Sandiaga Uno dikejar-kejar fans perempuan.
"Saya sebagai laki-laki harus iri kepada sandiwara Uno karena belum ada perempuan yang histeris kepada saya seperti dia," ucap Budiman Sudjatmiko.
Tapi ia tersadar dan menyebut perempuan itu ternyata orang yang sudah lama kenal Sandiaga Uno tapi seolah-olah pengagum beratnya.
Politikus PDI Perjuangan ini membuat sindiran tak akan melakukan hal sama kepada orang yang sudah dikenalnya kemudian mendekatinya sambil histeris.
"Saya kok enggak sefakir-fakir itu amat untuk menyuruh orang yang sudah lama saya kenal untuk meminta histeris kepada saya. Saya batalkan apresiasi rasa iri saya kepada dia," aku Budiman Sudjatmiko.
Berdasarkan foto tersebut, ia menilai si perempuan dan Sandiaga Uno seperti sudah lama kenal sebelum si perempuan histeris dan mengejar-ngejar biar bisa selfie bareng Sandiaga Uno.
"Seolah dia melewati perjuangan luar biasa, menangis dan kemudian minta foto. Padahal orang itu sudah biasa di forum satu ruangan," terang Budiman Sudjatmiko.
Menurut dia, apa yang Sandiaga Uno lakukan tidak genuine atau murni dalam kampanye.
"Sesuatu kecintaan yang tidak genuine menurut saya itu palsu, racun," beber dia.
Nasir Djamil dari kubu BPN Prabowo-Sandi tak sepakat dengan analisis Budiman Sudjatmiko tersebut.
"Sandiaga bukan tipikal orang seperti itu menurut saya," ucap politikus PKS ini.
Miftah Sabri kemudian turut menimpali dan membantah analisis Budiman Sudjatmiko.

Ia mengawalinya dengan menyindir Budiman Sudjatmiko yang sezaman dengan Sandiaga Uno tapi beda nasib.
"Inilah menariknya. Bang Sandi dan Mas Budiman ini satu generasi teman-teman. Tapi di BPN generasinya sudah jadi wapres. Kalau Mas Budiman ngadepin kita jadi jubir," sindir Miftah Sabri langsung disambut tawa penonton di studio.
Menurut Miftah, foto pertama tentang perempuan yang mengejar Sandiaga Uno agar bisa selfie memang sungguh-sungguh.
"Dia mencoba selfie beberapa kali enggak bisa ketemu. Kalau fans sama idola seperti itu," aku Miftah Sabri.
Ia pun pernah mengalami itu ketika turun ke daerah pemilihannya, menyadari ada fansnya ingini selfie dari jarak dekat tapi tak bisa.
"Setelah dicoba pertama enggak dapat, kedua enggak depat, ketiga enggak dapat kan kelihatan dari jauh. Ketika bisa menghampir dengan jarak privat di mobilnya muncullah histeria," jelas Miftah Sabri.
"Sama seperti teman-teman artis K-Pop datang ke jakarta. Kalau dia baru keluar selfie. Begitu dekat mobilnya akhirnya histeris. Jadi itu bukan sandiwara," dia menambahkan.
Miftah Sabri mengaku istilah Sandiwara Uno berawal dari tagar di media sosial yang kemudian digoreng oleh mereka yang berafiliasi dengan pendukung nomor satu.
"Akhirnya diamplifikasi. Saya sebut saja Bang Erick Tohir sahabat Bang Sandi," tegas dia.
Menurut Miftah Sabri, kubu TKN Jokowi-Ma'ruf sebenarnya cemas tingkat tinggi dengan pergerakan Sandiaga Uno yang anjang sana sini untuk berkampanye.
"Gerakan Bang Sandi yang begitu sistematis, struktural dan se-Indonesia bertemu masyarakat. Sehingga begitu bertemu satu yang bisa digoreng dituduh," ucap Miftah Sabri.
Budiman Sudjatmiko lalu menimpali Miftah Sabri soal struktural yang dimaksud dalam kampanye Sandiaga Uno.
"Terstruktur," jawab Miftah Sabri.
Sejurus kemudian Budiman Sudjatmiko menyebut Miftah Sabri tak bisa membedakan stuktural dengan terstruktur.
Miftah pun tak terima dengan tuduhan Budiman Sudjatmiko tersebut.
"Saya memperhatikan mas budiman makin ke sini kualitasnya makin turun. yang dikomentari orang salah ngomong," aku Miftah Sabri.
Melihat dialog Budiman Sudjatmiko dan Miftah Sabri menjurus personal dan tak kondusif, Najwa Shihab lalu menengahi.
"Dia personal masalahnya. Bagaimana mentor kayak begini," sesal Miftah Sabri menanggapi Budiman Sudjatmiko.
Najwa Shihab kemudian meminta klarifikasi apa benar TKN Jokowi-Ma'ruf cemas dengan manufer Sandiaga Uno.
Irma Suryani Chaniago mendapat giliran berikutnya menjawab.
"Saya ingin sampaikan justru yang cemas itu yang selalu membuat sandiwara. Makanya saya sarankan enggak usah jadi wakil presiden. Pak Budiman enggak apa-apa jadi juru bicara, jangan menghina kayak begitu juga. Pak Budiman ini juru bicara tapi belum tentu intelejensianya lebih rendah dari Sandiaga Uno," Irma Suryani menjelaskan.
"Justru Nana (panggilan Najwa Shihab, red), yang cemas itu mereka dengan melakukan sandiwara A, B dan C. Episode pertama, kedua dan ketiga. Saya yakin sandiwara ini sampai April akan terus bergulir," sambung Irma Suryani.
Dini Shanti Purwono menambahkan.
"Sebetulnya kalau mau dibilang cemas memang iya betul. kecemasan kita adalah siapkah masyarakat nanti melakuan pemilihan yang cerdas berdasarkan informasi yang akurat," ucap Dini Shanti.
Kubu Prabowo-Sandi, Nasir Djamil ikut berargumen.
"Justru orang cerdas yang berakal sehat pasti pilih 02. Jangan bilang kurang cerdas dong," kata Nasir Djamil.
Fadlo Maldini yang di sesi ini tampak kurang antusias akhirnya berbicara.
"Bang Budiman, pokoknya saya salutlah di 01 ini banyak ahli Bang Sandi: ahli lumpur, ahli tangis, ahli sandiwara. Sudahlah hentikan ngomong sandiwara, judgement. Kembalikan fungsi Bang Budiman. Di sana itu cuma Bang Budiman yang saya demen, saya bisa berdialektika dengan Abang," kata Faldo Maldini.
"Oleh karena itu Bang Budiman kita ngomong kebijakan saja, policy-nya Pak Jokowi. Jangan sampai justru firehouse of falsehood itu," imbuh dia.
Budiman Sudjatmiko lalu menimpali, "Ini sessionnya session sandiwara Uno."
Tonton selengkapnya di sini: