Kondisi Fisik Jadi Alasan Wanita 50 Tahun Ini Tak Lagi Berkeliling Sambil Gendong Bakul Jamu
Ani mengatakan bahwa penikmat jamu tradisional saat ini masih cukup banyak.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, KEMBANGAN - Pedagang jamu keliling memang biasanya dilakoni oleh para wanita.
Mereka memanggul gendongan berisi botol jamu sambil tangannya menenteng ember berisi gelas dan air.
Namun, hal itu sudah tak dilakoni lagi oleh pedagang jamu keliling bernama Ani (50) yang setiap harinya berkeliling di kawasan Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat.
Saat ini, wanita asal Solo, Jawa Tengah itu berkeliling menjajakan jamu menggunakan gerobak yang dibuat oleh suaminya.
Alasan utamanya karena kondisi fisiknya yang sudah lemah sehingga tak memungkinkannya untuk menggendong bakul jamu.
"Dulu pas masih muda memang dipanggul, tapi sekarang sudah tua, jadi sudah enggak kuat lagi kalau manggul bakul jamu," kata Ani kepada TribunJakarta.com, Kamis (7/2/2019).
Ani mengatakan telah berkeliling menggunakan gerobak sejak sekira 5 tahun silam.
Sebelumnya, sejak menjadi tukang jamu di Jakarta pada sekitar tahun 1990-an, ia memang berkeliling sambil menggendong bakul jamu seperti tukang jamu keliling pada umumnya.
Menurutnya, berjualan jamu dengan menggendong bakul jamu memang lebih nyaman ketimbang menggunakan gerobak.
Sebab, ia lebih leluasa dan tak repot memakirkan gerobaknya ketika ada pembeli.
"Pakai gendongan memang lebih enak karena ciri khasnya jamu keliling itu kan pakai gendongan, tapi namanya sudah tua jadi ya mau gimana lagi, daripada saya sakit makanya pakai gerobak," kata Ani.
Selain tak menggendong bakul jamu, Ani juga tidak mengenakan kain seperti yang umum digunakan tukang jamu tradisional.
"Sekarang sih pakai yang simpel saja, yang penting jamunya itu tetap pakai ramuan tradisional dan berkhasiat," katanya.
Ani mengatakan jamu-jamu yang dijualnya seperti kunyit maupun beras kencur merupakan buatannya sendiri.