Dugaan Penganiayaan Anak Berkebutuhan Khusus: Sekolah Tak Menggubris, Orang Tua Lapor Polisi

"Pada saat itu, pihak sekolah bilang tidak ada sesuatu yang terjadi apa-apa di sekolah, cuma kalau kata bu Ria, pak HM, bicara agak keras sama anak,"

Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Yusuf Bachtiar
Kaki JMH yang mengalami luka lebam diduga akibat penganiayaan guru 

Padahal, awalnya dia menginginkan kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan.

Guna memperkuat laporan itu, JMH akhirnya menjalani pemeriksaan visum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.

"Dari hasil visum itu terbukti ada benturan benda tumpul yang mengakibatkan kaki kanan dan kiri anak saya luka lebam," katanya.

Kepala Sub Bagian Humas Polrestro Bekasi Kota Komisaris Erna Ruswing Andari membenarkan adanya laporan itu.

Menurut dia, penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestro Bekasi Kota akan memanggil kedua pihak untuk dibuatkan berita acara pemeriksaan (BAP).

"Keterangan pelapor dan terlapor dibutuhkan untuk penyelidikan. Keduanya akan kita panggil untuk diperiksa," kata Erna.

Seorang murid kelas III sekolah dasar (SD) swasta berkebutuhan khusus di wilayah Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi, diduga dianiaya wali kelas.

Akibatnya, bocah laki-laki ini mengalami luka lebam di bagian kaki kanan dan kirinya.

3. Disuruh buat pengakuan palsu

Usai orang tuanya membuat laporan ke pihak kepolisian atas dugaan penganiayaan tersebut, bocah kelas 3 itu sempat diminta menuliskan kejadian yang menyakitkan fisik oleh pihak sekolah.

Muhamad Sugih (43), orang tua JMH mengatakan, pada Senin (11/2), kemarin, anaknya sempat diminta menuliskan catatan harian, namun catatan harian itu cukup aneh lantaran, anaknya diminta untuk menuliskan kejadian yang menyakitkan fisik.

"Sebelumnya nggak pernah ada, setahu saya, biasanya kalau ada menuliskan agenda harian, hari ini misalnya dia (JMH) ngapain aja, cuma kemarin itu dia disuruh nulis kejadian yang menyakitkan fisik," kata Sugih, Selasa, (12/2/2019).

Dalam tulisan tersebut, JMH menulis bahwa ia pernah dipukul oleh tema sekelasnya, lalu ia pernah dicubit oleh ayahnya, kemudian ia pernah kepentok meja, dan hal-hal yang dia rasa menyakitkan fisik.

"Ini istilahnya anak saya disuruh semacam buat surat pernyataan, saya pas lihat tulisan itu saya langsung telepon pihak sekolah, kenapa anak saya disuruh buat tulisan seperti itu," ungkap Sugih.

Menurut Sugih, pihak sekolah pada saat ia telepon mengaku itu hanya semacam tugas, bukan hanya JMH yang diperintahkan menulis hal-hal yang pernah menyakitkan fisik.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved