Reaksi Rocky Gerung Saat Nusron Wahid Bandingkan Kasusnya dengan Ahok BTP
Politisi Golkar Nusron Wahid membandingkan Kasus mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan pengamat politik, Rocky Gerung.
TRIBUNJAKARTA.COM - Politisi Golkar Nusron Wahid membandingkan Kasus mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan pengamat politik, Rocky Gerung.
Hal tersebut ia sampaikan saat acara ILC yang bertema "Potret Hukum Indonesia 2019: Benarkah Tajam Sebelah?" yang tayang pada Selasa (13/2/19).
Nusron lantas mengatakan bahwa hukum tajam ke semua arah.
"Begini Pak Karni, saya mengatakan bahwa praktek hukum kita, bukan tajam ke bawah, bukan tajam ke sebelah, bukan tajam ke kanan, bukan tajam ke kiri, tapi tajam ke mana-mana, saking tajamnya kadang nabrak smeua pihak, nabrak semua arah, dalam konteks filosofi hukum ini, saya tertarik dengan sebuah kisah khulafaurrasyidin yang ke-2, Sayyidina Umar," ujarnya.
Nusron mengatakan bahwa Umar sangat peduli dengan rakyat kecil terlebih soal hukum.
Nusron mengatakan bahwa Umar saat itu lebih baik salah dengan memberikan maaf kepada orang yang bersalah daripada saya salah memberikan hukuman bagi orang yang ternyata benar.
Nusron menilai bahwa hukum tidak memihak oposisi maupun petahana.
"Nah apa maksudnya kalimat ini saya kutip bahwa praktek hukum tidak kenal oposisi tidak kenal petahana, meski saya tidak setuju dengan kasusnya Rocky Gerung, nanti akan saya terangkan lebih lanjut, " ujarnya.
Lantas Nuron Wahid mencontohkan beberapa kasus yang dialami oleh tim petahana yang tidak pernah disebut sebagai kriminalisasi.
"Kasusnya Ahmad Dhani, Slamet Maarif, Ratna Sarumpaet, ketika ada kasus yang serupa lain, mengapa orang tidak menyebut tajam ke bawah, mengapa orang tidak menyebut kriminalisasi, saya contohkan yang kasus politik, Saudara Ambal Fatonah, caleg DPRD dari partai Golkar, pendukung 01,
• Instagram Blokir Akun Alpantuni, Polisi Selidiki Penyebar Konten LGBT di Akun Komik Muslim Gay
• Sekilas Perjalanan Politik Khofifah Indar Parawansa, Dilantik Jadi Anggota DPR di Usia 27 Tahun
• Lowongan Kerja PT KAI Bagi Lulusan SMA, Dapat Tunjangan Rekreasi, Rumah hingga Gaji Setara PNS
• Ani Yudhoyono Derita Kanker Darah, Berikut 5 Tanda Penyakit Itu yang Bisa Dikenali
"Tersangka di pengadilan, orang tidak mengatakan kriminalisasi politik dalam konteks pidana pemilu sama dengan Salmet Maarif, karena sama-sama timses pemilu dan melakukan pelanggaran" ujarnya.
Nusron juga menyinggung soal Mandala Syoji yang terjerat pidana pemilu dan tidak ada publik yang menyebut kriminalisasi.
Ia juga menilai bahwa politisasi hukum saat ini tidak ada.
"Saya melihat bahwa hukum ini tidak melihat bahwa ia bukan instrumen kekuasaan, bukan hukum politik, tapi instrumen negara, kalau ada yang bilang politisasi hukum terhadap kasus politik, politisasi hukum yang paling nyata hari ini tidak ada, ada Pak Jokowi dikasuskan dilaporkan bawaslu, Pak Prabowo dikasuskan dilaporkan bawaslu," ujarnya.
Nusron Wahid menilai bahwa politisasi menjelang pemilu yang paling nyata adalah Ahok.
Nusron mengaku tidak setuju jika perkataan Ahok di kepulauan Seribu dikasuskan, namun ia juga tidak sepakat jika Rocky Gerung dikasuskan.
"Yang nyata itu politisasi yang menimpa pada calon di Pilkada DKI, Ahok, yang itu karena ucapan, maka saat itu saya tidak setuju Ahok dikasuskan karena perkataan,
Hari ini pun saya tidak setuju Rocky Gerung dipersoalkan juga, karena ungkapan kata-kata Ahok dan ungkapan kata-kata Rocky Gerung ini kalau dalam bahasa ilmu Nahwu ada konteks teks, ada konteks tempat, ada kontesk orangnya, menurut saya dua-duanya tidak bisa dipersoalkan, meskipun saya tidak setuju pernyataan Rocky Gerung," ujarnya.
• Ani Yudhoyono Terbaring Lemah di Rumah Sakit, Ibas: Berdoa Tiap Saat Nafasku, Tawakal dan Ikhlas
• Fakta Ani Yudhoyono Kanker Darah, Kesetiaan SBY hingga Tuai Tanggapan Jokowi & Jadi Trending
Lantas, Nusron Wahid membahas ucapan Rocky Gerung terkait pengandaian Rocky Gerung soal kitab suci.
"Apapun kitab sucinya, mau Alqur'an, mau Weda, Injil atau Taurat, isinya cumja 4 hal yakni perintah, larangan, cerita-cerota masa lalu pembelajaran, keempat adalah janji-janji Tuhan di akhirat,
Kalau dalam konteks liar Rocky Gerung masa depan dianggap bagian dari fiksi ya boleh-boleh saja bagi orang yang beriman, tapi bagi orang yang beriman janji Tuhan itu realita,
jadi jangan salahkan Rocky Gerung karena ia tidak beriman tentang itu, nggak usah diperoalkan untuk itu, kalau dia tidak beriman ya jangan dipaksakan, kalau ada orang yang mempermasalahkan ini, ini masalah tafsir, tafsir itu tidak bisa dihakimi sama kayak kasus Ahok," ujarnya.
Lantas, Nusron membuat sebuah sindirian.
"Masalahnya orang yang mempermasalahkan kasus Ahok tidak mempermasalahkan Rocky Gerung, jadi ini yang politisasi hukum yang mana," ujarnya.
Kemudian, Nusron kembali mengkritik tema ILC.
"Jadi saya merasa ini angan-angan narasi Pak Karni Ilyas membangun ini, seolah-olah narasi kekuasaan untuk membungkan oposisi," ujarnya.
Nusron lantas mengatakan jika Rocky Gerung dipenjara tidak ada untungnya bagi petahana.
"Memang Rocky Gerung berbahaya kok harus dipolitisasi, nggak ada untungnya, terus kalau Pak Rocky Gerung dihukum Pak Jokowi langsung kalah dan Pak Prabowo langsung menang, nggak juga, beda sama Ahok, Ahok dihukum langsung kalah," ujarnya.
Nusron Wahid menilai tidak imbang dalam melihat beberapa kasus yang terjadi.
Nusron lantas mengatakan bahwa ketika ia mengisi dakwah di dalam masjid tidak menyinggung soal pileg dan pilpres.
Nusron lantas menilai bahwa baik petahana dan oposisi tidak ada yang kebal hukum.
"Jangan membangun emosi karena menimpa diri kita, menimpa kawan kita, menimpa kelompok kita, seakan-akan negara berbuat tidak adil, keadilan itu berpihak kepada siapapun, hukum itu bisa menajam kemanapun, ke siapapun dalam konteks ruang dan waktu," ujar Nusron Wahid.
(TribunJateng.com/Woro Seto)