Kisah Roedah Pemilik Warung Asal Cilincing yang Namanya Disebut Jokowi dalam Pidato Kebangsaan
Wanita berusia 50 tahun itu masih ingat momen langka ketika dirinya diundang langsung untuk hadir dalam acara Pidato Kebangsaan Jokowi.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Erlina Fury Santika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Sambutan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) dan dinginnya ruangan Sentul International Convention Center (SICC) masih lekat dalam benak seorang warga Cilincing bernama Roedah.
Wanita berusia 50 tahun itu masih ingat momen langka ketika dirinya diundang langsung untuk hadir dalam acara Pidato Kebangsaan Jokowi.
Momen langka yang Roedah rasakan saat diundang ke SICC makin lengkap ketika namanya disebut Jokowi dalam pidatonya.
"Bu Roedah adalah perempuan Indonesia yang membantu ekonomi keluarga. Dulu pendapatan Rp 20.000-30.000 per hari. Dengan berdagang serta dibantu program Mekaar, sekarang omset mencapai Rp 1,5 juta per hari," kata Jokowi, Minggu (24/2/2019) lalu di SICC.
Ibu dua anak itu mengaku masih tak menyangka dirinya bisa diundang dalam acara tersebut, terlebih ketika namanya disebut.
Sepengetahuan Roedah, selama ini dirinya hanya mencari bantuan dari program yang disediakan pemerintah.
"Enggak nyangka lah masa orang seperti saya diundang ke sana," kata Roedah mengawali perbincangan bersama wartawan, Rabu (27/2/2019) siang.
Program yang Roedah ikuti populer dengan nama Mekaar. Nomenklaturnya, Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Program Mekaar mulai Roedah ikuti sejak tahun 2015. Roedah tahu ada program itu dari obrolannya bersama seorang teman.
• Sabet Aktor Terbaik di Piala Oscar, Rami Malek Singgung Kisah Imigran di Film Bohemian Rhapsody
• Sekilas Kisah Pengemudi Gocar Semarang, Bantu Penumpang Melahirkan di Mobilnya
• Kisah Pengusaha Kerupuk Ikut Lomba Lari Maraton Mulai Jepang Hingga Puncak Mont Blanc Perancis
Wanita asal Indramayu itu tertarik dengan apa yang diucapkan temannya terkait Mekaar, terutama soal peminjaman modal.
"Tahunya dari temen. Karena saling ketemu, saling cerita, jadi dikasih tahu. Katanya kalo mau pinjem modal nih dari Mekaar," kata Roedah.
Ketika itu, Roedah sedang susah-susahnya mencari uang. Ia sehari-hari hanya mendapatkan uang Rp 20-30 ribu dari pekerjaannya menjadi buruh lepas pengupas kulit kerang.
Pekerjaan itu Roedah lakukan di Tempat Pelelangan Ikan Cilincing, tak jauh dari kediamannya di Jalan Rekreasi RT 12/RW 04, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Sebagai pengupas kulit kerang, Roedah tak bisa berbuat banyak untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Maka itu, dia bergantung dari pekerjaan suaminya, Suwardi (58), sebagai seorang sopir angkot.
Beban hidupnya makin berat saat kenyataan mendesak Roedah untuk membayar biaya sekolah anak pertamanya di sebuah SMK swasta.
Dengan segala beban tersebut, Roedah memutuskan untuk buka usaha. Pelan-pelan, Roedah mulai memikirkan bagaimana caranya membuka usaha.
Roedah butuh modal, namun dirinya bersikeras untuk tak meminjam kepada rentenir.
Sebab, pengalaman buruk pernah dia alami ketika bekerja sebagai tukang kredit pakaian, di mana dirinya bangkrut akibat tak bisa melunasi hutang sana-sini sehingga pekerjaannya itu harus kandas pada tahun 2009.
Dari situlah Roedah mulai mencoba program Mekaar. Pada awalnya, Roedah mengajukan pinjaman sebesar Rp 2 juta.
Uang itu, pada tahun 2015, Roedah pakai untuk membuka usaha warung kelontong kecil-kecilan di depan rumahnya.
"Awalnya dapat Rp 2 juta. Rencananya pengen usaha biar bisa bantu suami, waktu itu anak kan mau SMA. Akhirnya langsung mengajukan pinjaman," kata Roedah.
FOLLOW:
Warung kelontong Roedah awalnya hanya berupa lapak kecil yang terpisah dari rumahnya.
Perlahan tapi pasti, warung Roedah berubah menjadi warung kelontong yang dibangun dalam rumahnya.
Dari warung kelontong rumahan tersebut, Roedah bisa meraup omzet dari Rp 800 ribu hingga Rp 1,5 juta.
"Dulunya lapak kecil terus bongkar rumah jadiin warung. Alhamdulillah ada tambahan. Bisa buat ngembaliin modal dari Mekaar juga," katanya.
Sampai saat ini, Roedah sudah 7 kali mengajukan pinjaman lewat program Mekaar.
Nominalnya pun berubah, dari yang awalnya Rp 2 juta, belakangan Roedah sudah berani mengajukan pinjaman Rp 4,5 juta.
Bertambahnya modal beriringan dengan berkembangnya warung Roedah.
• Pecat 6 Polisi, Kapolres Metro Jakut Turut Singgung Kisah Norman Kamaru Sebagai Polisi yang Gagal
• Kisah Haru TKW Tak Digaji 12 Tahun Selama di Yordania Berhasil Pulang ke Kampung Halaman
Kini, Roedah sudah bisa menjual gas elpiji dan menjual es krim dengan pendingin elektronik di warung kelontongnya.
"Mendingan sekarang pas udah buka warung. Biar kita nggak kemana-mana, ya biaya anak nggak kekurangan," ucap Roedah yang juga mengatakan bahwa dirinya rutin mengirimkan uang kepada anak keduanya yang saat ini tinggal di Indramayu setelah buka usaha warung.
Manfaat program Mekaar yang juga Roedah rasakan berkaitan dengan suaminya.
Setelah mengembangkan warungnya lewat permodalan dari program Mekaar, suami Roedah kini sudah berhenti secara total dari pekerjaannya sebagai sopir angkot.

"(Suami) total berhenti narik angkot. Sekarang bantu jaga warung," ucapnya.
Kini, Roedah dan suaminya setiap hari hanya berada di rumah menjaga warung kelontongnya yang buka dari jam 6 pagi sampai dini hari.
Roedah punya cita-cita di masa depan untuk terus mengembangkan warungnya menjadi lebih besar.
Roedah juga punya impian menyekolahkan anak keduanya hingga lulus perguruan tinggi.
Bahkan, ia berharap supaya anak-anaknya bisa mengikuti jejaknya membuka usaha warung kelontong.
"Jadi kalau misalnya dikasih rezeki lebih ya biar bisa nyekolahin anak. Kalo memang punya modal lagi pengennya mah bikin anak buka usaha juga," kata Roedah.