Survei Cyrus Network: Pilpres Sudah Jenuh di Udara, Tapi Kosong di Darat
Survei Cyrus Network memperlihatkan bahwa hanya sekitar 40 persen pemilih yang terkoneksi dengan informasi di telapak tangan mereka.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Hajatan Pilpres tinggal 46 hari lagi. Perang opini dan strategi di segala lini, baik di udara maupun di darat sudah mulai dilaksanakan.
Ada lini yang sudah terlihat mencapai titik jenuh, hanya terlihat sekadar riuh, tapi orangnya hanya itu-itu saja.
Sebaran informasinya juga hanya berputar di orang-orang yang itu-itu juga. Namun ada yang sebaliknya, secara wilayah sangat luas, populasinya sangat banyak, tapi belum disentuh secara optimal, bahkan jauh dari optimal.
Survei Cyrus Network memperlihatkan bahwa hanya sekitar 40 persen pemilih yang terkoneksi dengan informasi di telapak tangan mereka. Baik itu media sosial maupun aplikasi pesan berantai seperti WhatsApp dan Line. Sisanya, 60 persen populasi belum bersentuhan dengan sumber-sumber informasi seperti ini.
Facebook dan WhatsApp adalah dua media sosialisasi paling powerful sejauh ini. Facebook diakses oleh 32 persen populasi dan WhatsApp dimiliki oleh 33 persen populasi pemilih. Sementara Twitter yang tampaknya selalu paling heboh, hanya diakses oleh 4 persen populasi saja. Tapi anehnya, ini yang justru menjadi favorit para politikus dan timses di Indonesia.
“Kampanye politik di media sosial memang terlihat ramai dan panas, begitu juga di pesan berantai. Tapi populasi orang yang terlibat tidak berkembang dan jenuh. Hanya 40 persen pengguna Facebook yang mengaku aktif menyebar pesan politik di Facebook. Begitu pula WhatsApp. Hanya 28 persen dari pengguna WhatsApp yang mengaku aktif menyebar pesan politik di aplikasinya. Sisanya, sudah tidak melakukan dan tidak peduli lagi,” kata CEO Cyrus Network Hasan Nasbi di Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Setelah kira-kira hampir lima tahun tensi politik yang amat tinggi, ternyata tidak sampai 50 persen penguna media sosial ataupun aplikasi pesan yang terlibat secara aktif menyebarkan pesan-pesan politik.
Begitu juga yang berpartisipasi aktif untuk meluruskan hoax dan fitnah yang bertebaran melalui telapak tangan. Hanya sekian persen yang aktif meluruskan, sisanya cenderung apatis, membiarkan atau tidak peduli sama sekali.
“Ini bukti bahwa keriuhan politik di media sosial dan pesan berantai sudah tidak berkembang lagi. Tidak menambah audience atau menambah suara. Hanya sekadar mempertahankan isu saja,” ujar Hasan.
Terlebih lagi data temuan survei juga menunjukkan bahwa saat ini pendukung kedua belah pihak cenderung menyeleksi siapa yang bisa berteman dan berinteraksi dengan mereka. Menurut temuan survei, 77 persen pendukung Jokowi-Amin menyatakan teman-temannya di media sosial maupun aplikasi pesan adalah sesama pendukung Jokowi-Amin. Begitu Juga dengan pendukung Prabowo-Sandi, 74 persen mereka juga merasa lebih banyak bersama-sama dengan yang seaspirasi di media sosial maupun aplikasi pesan.
“Terlihat orang yang aktif di media sosial, merasa kelompoknya ini yang paling dominan,” tutur Hasan.
Jadi, dari 40 persen ceruk yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan suara, di tengah ketegangan politik, jika hanya setengahnya yang bisa dioptimalkan, itu artinya hanya sekitar 20 persen dari total keseluruhan populasi. Lalu di mana ceruk yang belum optimal? Kelompok masyarakat yang tidak terkoneksi dengan riuh rendah kampanye politik di telapak tangan. Jumlahnya 60 persen populasi.
• Prabowo Subianto Bercita-cita Membangun Akademi Perawat dan Rumah Sakit
• Presiden Jokowi Berikan Tambahan Bonus Rp200 Juta untuk Pemain hingga Pelatih Timnas Indonesia U-22
Mereka juga tidak dalam kondisi terlalu tegang dan tersegregasi, karena tidak banyak terpapar kebencian dan Hoax. Namun, justru segmen ini yang paling belum tersentuh propaganda politik melalui kampanye darat di luar spanduk dan baliho.
“Baru sekitar 12 persen responden yang merasa ada kegiatan timses Jokowi-Amin di daerah mereka. Sementara baru sekitar 6,5 persen responden yang merasa ada kegiatan Prabowo-Sandi di daerah mereka,” ucap Hasan.
Begitu juga dengan kunjungan relawan door to door, baru sebesar 10 persen responden yang merasa dikunjungi oleh relawan capres Jokowi-Amin, dan 6 persen yang dikunjungi relawan Prabowo Sandi. Masih menyisakan begitu banyak ruang-ruang kosong yang bisa dioptimalkan.
Padahal efektifitas kunjungan dan kegiatan darat ini tampak sangat tinggi. 73 persen orang yang merasa pernah dikunjungi relawan Jokowi-Maruf mengaku akan memilih Capres tersebut. Begitu juga 56 persen responden yang pernah dikunjungi oleh relawan Capres Prabowo-Sandi mengaku akan memilih Capres tersebut.
“Sungguh disayangkan, kerja dari tim pemenangan kedua pasang calon justru belum menyentuh ceruk terbesar dari proporsi pemilih yang ada. Pekerjaan rumah terbesar dan terpenting bagi kedua timses ke depannya, justru memaksimalkan ceruk perang darat ini,” tandas Hasan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/survei-cyrus-network.jpg)