Pileg 2019
Tak Kesampaian Jadi Kepala Desa, Pedagang Cakwe Keliling Nekat Jadi Caleg dengan Modal Rp250 Juta
Saat itu, dengan modal seadanya, Nur Wahid membuat gerobak cakwenya sendiri dan mendapatkan ilmu membuat cakwe dari seorang sepupu.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Wahyu Aji
"Sampai tahun 2000an, saya udah punya 12 gerobak cakwe, dengan memperkejakan 12 karyawan," jelas dia.

Mulai 2001, Nur Wahid membeli rumah di daerah Kaliabang, Bekasi Utara, dari situpula dia merintis usaha cakwe, kini enam gerobak cakwe beroperasi di daerah Cakung sedangkan enam gerobak lainnya beroperasi di kawasan Bekasi Utara.
"Jadi saya sediakan gerobak, karyawan yang jualan, mereka yang buat sendiri cakwenya, belanja segala macem, resep saya yang ajarin, setiap hari mereka setor ke saya Rp 100 ribu," papar Nur Wahid.
Awal mula terjun ke dunia politik kata Nur Wahid juga karena usaha cakwe yang ia jalani.
Suatu ketika, Nur Wahid kerap berjulan di acara-acara Majelis Tabligh Akbar, dari situ, ia mulai banyak kenal dengan warga Bekasi.
Bahkan, saking seringanya berjualan di Majelis Tabligh Akbar, ia dijuluki Cakwe Majelis oleh para pelanggannya yang merupakan jamaah majelis.
"Orang majelis udah kenal sama saya, karena saya udah sering jualan, mereka bilang ke saya kenapa saya gak nyeleg aja, soalnya saya pernah cerita kalau jadi caleg adalah cita-cita saya," ucapnya.
Pemilu 2014 kala itu jadi pemantik Nur Wahid mendalami ilmu poltik, dia mulai berkenalan dengan sejumlah kader partai, hingga akhirnya hatinya terpaut dengan Partai Gerindra.
"2014 itu saya emang sudah kagum dengan sosok pak Prabowo, itu juga jadi alasan saya memilih masuk ke Gerindra, Maret 2018 saya mendaftar ke DPC Gerindra Kota Bekasi," paparnya.
Setelah sukses dengan bisnis cakwenya, Nur Wahid kini mantap menuju kursi wakil rakyat. Ketika terpilih, dia ingin konsen mensejahterakan kepentingan dan aspirasi para pedagang kecil.
"Karena saya latar belakang sebagai pedagang tentunya saya ingin menampung aspirasi-aspirasi para pedagang kecil, melalui DPRD Kota Bekasi," jelas dia.
Meski maju menjadi caleg DPRD Kota Bekasi, bukan berarti ia berhenti berjualan cakwe. Nur Wahid masih menjaga kebiasaannya berjulan cakwe di majelis-majelis.
"Sambil ngaji sambil jualan, sampe sekarang saya tetep jualan kalau di majelis doang, gak setiap hari, pakai gerobak motor saya jualan," ucapnya.
Adapun dalam kampanyenya, dia selalu mengenalkan diri sebagai tukang cakwe, bahkan 12 gerobak yang dimilikinya juga ditempeli atribut kampanye.
"Selain itu juga saya minta batuan sama kenalan dan binaan tukang cakwe saat ini ada 200 gerobak milik teman dan adik saya dia juga ikut bantu tempelin stiker saya di gerobaknya," jelas dia.