Pileg 2019

Sudah Habis Rp30 Juta, Modal Minim hingga Tekad Mantap Driver Ojol Jadi Wakil Rakyat di Bekasi

Selama proses mencalonkan diri ini, dia mengaku sudah habis sekitar 30 juta untuk biaya kampanye atau sosialisasi.

Penulis: Wahyu Aji | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Muhamad Yusuf Rachman Caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan yang merupakan pengemudi ojek online 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI - Muhamad Yusuf Rachman (40), merupakan pengemudi ojek online (ojol) asal Tambun Selatan.

Di pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) 2019 ini, dia mantap mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan.

Yusuf saat dijumpai di kediamannya, di Jalan Muara Bahari Agung Sunter, Desa Cijengkol, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, menceritakan awal mula dirinya mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

Pria yang sejak 2015 berkecimpung sebagai pengemudi transportasi online ini mulai sadar akan pentingnya perwakilan pengemudi ojol di kursi parlemen.

Hal itu mulai terlihat setelah selama ini, akasi menuntut kebijakan yang berpihak kepada pengemudi ojol masih kurang tersalurkan.

 Cerita Pedagang Cakwe di Bekasi Maju Jadi Caleg DPRD: Punya 12 Gerobak Hingga Terjun ke Politik

"Awalnya waktu jaman-jaman demo, waktu itukan soal tarif ya, itu saya ikut bareng temen-temen, terus saya bilang percuma kalau kita demo terus tapi suara kita gak ada yang wakilin," kata Yusuf, Kamis, (7/3/2019).

Semenjak itu, tercetuslah dorongan dari rekan sesama pengemudi ojol khususnya di Bekasi untuk mendukunga Yusuf maju sebagai calon anggota legislatif (caleg). Tujuannya, supaya jika nanti terpilih, aspirasi dari pengemudi ojol dapat disampaikan dan diperjuangkan langusung melalui kursi parlemen.

"Nyeletuklah temen-temen buat dorong saya maju, karena mereka tahu saya orangnya agak lumayan melek politik," ucapnya.

Pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Kristen Indonesia (UKI) ini akhirnya mulai mempertimbangkan usulan rekan sesama pengemudi ojol untuk mencalonkan diri.

Kemudian, Yusuf yang semasa menjadi mahasiswa tahun 1996 aktif disejumlah organisasi pergerakan mahasiswa mulai mencari bantuan ke rekan-rekan sesama aktivis mahasiswa untuk masuk ke partai politik.

 Jadi Caleg, Nur Wahid Pedagang Cakwe Keliling di Bekasi Siapkan Modal Rp 250 Juta

"Kebetulan saya dulu aktif di Forkot, lalu di PRD (Partai Rakyat Demokratik) itu tahun 98an sampai 2000an awal ya, nah kenalan sama rekan saya waktu masih aktif di organisasi itu ada beberapa yang udah jadi (anggota legislatif)," ungkapnya.

Usaha mencari kendaraan politik melalui rekan semasa aktif di organisasi membawanya pada seorang kader PDI Perjuangan bernama, Ribka Tjiptaning. Dari situ, akses menuju kader PDI Perjuangan terbuka.

"Sama Mbak Ribka saya ditanya rumah kamu di mana, saya bilang saya warga Tambun Selatan, terus dia bilang yaudah masuk aja di sana," tuturnya.

Sampai akhirnya, saat proses pendaftaran caleg, Yusuf didaftarkan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Bekasi sebagai caleg DPRD Kabupaten di daerah pemilihan (Dapil) III Kecamatan Tambun Selatan.

"Akhirnya saya didaftarin, saya bukan kader asli, apalagi struktural, tapi pas saya didaftarakan saya sudah masuk sebagai anggota partai, Dapil III nomor urut 5," jelas dia.

Meski saat ini statusnya sebagai caleg DPRD Kabupaten Bekasi, Yusuf tetap melakukan aktivitas sebagai pengemudi ojol seperti biasa. Dia bahkan membagi waktu bekerja diselingi sosialisasi kampanye.

"Saya selang-seling aja, dalam seminggu paling dua atau tiga hari saya fokus kegiatan sosialisasi, sisanya ya saya narik kaya biasa," ucapnya.

Dia sadar, meski mencalonkan diri dengan modal seadanya, tetu sangat berat bersaing dengan caleg lainnya.

Selama proses mencalonkan diri ini, dia mengaku sudah habis sekitar 30 juta untuk biaya kampanye atau sosialisasi.

 Bercita-cita Jadi Kepala Desa, Pedagang Cakwe Keliling Ini Akhirnya Incar Kursi DPRD Kota Bekasi

"Kalau untuk persiapkan modal saya sebernya gak ada, tapi biaya selama ini yang udah saya keluarkan untuk jadi caleg sekitar Rp 30 juta ada, tabungan saya keluarin, makanya sampai sekarang rumah masih ngontrak aja," tuturnya lalu tertawa.

Sumber dana yang minim tidak melulu mengecilkan semangat pria lulusan Sarjana Hubungan Internasional ini, hingga sejauh ini, Yusuf sama sekali belum memasang alat peraga kampanye (APK) berupa spanduk.

Adapun proses kampanye lebih mengandalkan cara sosialisasi dari mulut ke mulut dan bertatap muka langsung dengan warga dan kerabat serta tentunya, rekan sesama pengemudi ojol di wilayah daerah pemilihannya.

"Paling saya modal baru stiker doang, kalau kampanye dari mulut ke mulut, saya ketemu langsung, atau pas ada pertemuan sama temen-temen ojol saya datang, ngopi bareng sambil sosialisasi, gitu aja setiap kampanye," jelas dia.

Modal utama dalam pertarungan merebut kursi parlemen, Yusuf menawarkan visi, pemerataan pembangunan untuk kesejahteraan warga Kabupaten Bekasi.

Sedangkan misinya menjadi wakil rakyat yang responsif, aspiratif, humanis, dan Mandiri.

 Tak Kesampaian Jadi Kepala Desa, Pedagang Cakwe Keliling Nekat Jadi Caleg dengan Modal Rp250 Juta

Dia juga memiliki lima program yang ditawarkan kepada masyarakat jika nanti terpilih diantaranya, pertama, mendorong dan mendukung program buka lapangan pekerjaan di Kabupaten Bekasi.

Kedua, mendorong dan mendukung pemerataan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bekasi. Ketiga, mendorong dan mendukung program kesejahteraan manula.

Keempat, mendorong dan mendukung program Pemerintah Pusat, dan kelima mendorong dan mendukung kreatifitas generasi muda.

"Tapi yang pasti saya juga ingin fokus mewakili aspirasi rekan-rekan Ojol, contoh saya pengen mendorong pemerintah bangun shelter buat pengemudi ojol supaya lebih rapih, sama tentunya aspirasi lain buat kesejahteraan temen-temen ojol," katanya.

Mengaku modal minim

M. Yusuf Rachman (40), pengemudi ojek online (ojol) yang mencalonkan diri jadi anggota legisltaif DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan, tidak memiliki logistik penunjang kampanye yang memadai.

Yusuf saat dijumpai dikediamannya, Jalan Muara Bahari Agung Sunter, Desa Cijengkol, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, mengaku sampai detik ini belum sama sekali memasang alat peraga kampanye (APK) berupa spanduk, pamflet, atau bahkan kaos sekalipun.

Modal maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) yang minim membuat Yusuf terpaksa memilih cara kampanye begerilya sosialisasi dari mulu ke mulu.

 Cerita Yusuf, Pengemudi Ojek Online yang Jadi Caleg DPRD Kabupaten Bekasi

Dibantu rekan sesama ojol, kampanye dilakukan secara sederhana dan sukarelawan.

"Alhamdulillah sampai saat ini belum pasang (spanduk)," kata Yusuf sambil tertawa saat ditanya berapa banyak APK yang dipasang untuk kampanye, Kamis, (7/3/2019).

Dia mengaku sampai saat ini belum mendapatkan dukungan partner dari sesama caleg untuk DPRD tingkat provinsi atau bahkan DPR RI.

M. Yusuf Rachman pengemudi ojol sekaligus Caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan.
M. Yusuf Rachman pengemudi ojol sekaligus Caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan. (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Seperti caleg tingkat Kabupaten kebanyakan, biasanya mereka bekerja sama mendulang suara di daerah pemilihan tingkat kecamatan.

"Belum saya masih sigle fighter, pernah coba-coba ngajuin (partner) dengan beberapa caleg dari PDIP juga untuk Provinsi atau DPRRI, cuma kebanyakan mereka udah punya partner," katanya.

Untuk menjadi caleg DPRD Kabupaten Bekasi, Yusuf mengaku sudah habis sekitar Rp 30 juta, modal itu ia gunakan untuk keperluan seperti kelengkapan berkas, ongkos keliling sosialisasi ke daerah pemilihannya, hingga biaya mencetak atribut kampanye berupa stiker.

Adapun stiker untum kampanye dia baru mampu mecetak sebanyak tiga rim, stiker itu kata dia baru akan selesai cetak dan siap disebar melalui rekan dan saudara-sudaranya.

 Tak Kesampaian Jadi Kepala Desa, Pedagang Cakwe Keliling Nekat Jadi Caleg dengan Modal Rp250 Juta

"Stiker 3 rim total sekitar 4500 lembar, baru itu doang, Insya Allah mudah-mudan kalo ada rejeki lagi saya pengen pasang banner masing satu di tiap-tiap Desa," katanya.

Yusuf sendiri merupakan caleg DPRD Kabupaten Bekasi, daerah pemilihan (Dapil) III Kecamatan Tambun Selatan, nomor ururt 5 dari partai PDI Perjuangan.

Meski logistik pemilu yang minim, tidak melulu melunturkan semangatnya untuk mendulang suara dalam pesta demokrasi lima tahunan.

Dia bertekad, 30 hari sisa masa kampanye nantinya akan jadi momentum dirinya bersama rekan-rekan sukarelawan untuk bergerilya melakukan sosialisasi.

M. Yusuf Rachman caleg DPRD Kabupaten Bekasi Dapil III dari PDI Perjuangan.
M. Yusuf Rachman caleg DPRD Kabupaten Bekasi Dapil III dari PDI Perjuangan. (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

"30 hari sisa kampanye saya bakal lebih intens lagi, mungkin spanduk saya baru akan pasang pas 30 hari itu, soalnya kalo sekarang udah pasang spanduk, atau bikin sosialisasi modalny enggak ada" jelas dia.

Sejuah ini, dia tetap melakukan sosialisasi kampanye dengan cara menyambangi komunitas-kominitas ojol di daerah pemilihannya.

Disamping itu, dia juga meminta bantuan kepada rekan sesam ojol untuk memenangkan dirinya.

"Saya didorong jadi caleg juga dari mereka (Ojol) makanya saya memulai kampanye dari mereka juga, mudah-mudahan kalau emang bisa kepilih saya ingin aspirasi-aspirasi ojol ini bisa saya perjuangangkan," jelas dia.

 Jadi Caleg, Nur Wahid Pedagang Cakwe Keliling di Bekasi Siapkan Modal Rp 250 Juta

Dia sadar, keikutsertaanya dalam Pemilu 2019 sebagai caleg tentu memiliki banyak tantangan dan pesaing, terlebih kata dia, Dapil III DPRD Kabupaten Bekasi merupakan dapil favorit para politisi daerah, sudah barang tentu memiliki pesaing yang cukup berat.

"Saya bukan kader, ujug-ujug dateng masuk partai karena rekomendasi Mbak Ribka Tjiptaning (pengurus DPP PDIP), udah ada yang lebih dulu (masuk kader partai), mukjizat aja kalau saya bisa terpilih, modal tampang doang saya inikan," ucapnya lalu tertawa.

Punya gelare sarjana

- M. Yusuf Rachman (40), merupakan calon anggota legislatif DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan, Daerah pemilihan (Dapil) III Kecamatan Tambun Selatan.

Pria yang sejak 2015 berprofesi sebagai pengemudi ojek online (ojol) ini rupanya punya latar belakang pendidikan cukup baik.

Yusuf merupakan alumnus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta angkatan 1996.

Ayah dua anak ini lulus sebagai sarjana Hubungan Internasional tahun 2002 silam. Jauh sebelum dia terjun sebagai ojol, Yusuf rupanya sempat beberapa kali mencoba buka usaha.

"Sebelumnya saya buka usaha percetakan, tapi waktu itu sempet ngerasain lancar, tapi lama kelamaan karena dulu belum bisa atur modal akhirnya tutup," kata Yusuf saat ditemui di kediamannya, Jalan Muara Bahari Agung Sunter, Desa Cijengkol, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi.

Tidak sampai disitu, semangat wirausaha yang kuat membuat Yusuf kembali mencoba membuka usaha baru, kali ini, dia memanfaatkan lahan milik orang tuanya di daerah Tambun untuk membuka jasa penitipan kendaraan.

"Sempet maju usaha penitipan kendaraan, tapi ya namanya usaha masih pakai modal orang tua, akhirnya saya lepas, saya sekarang dipegang saudara saya," ungkapnya.

Sampai di titik ini, Yusuf kemudian mencoba menggeluti dunia transportasi online. Awalnya, aplikasi pertama yang dia gunakan yakni Uber.

Namun bisnis Uber yang tidak berlangsung lama membuat Yusuf beralih ke GoJek.

Muhamad Yusuf Rachman Caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan yang merupakan pengemudi ojek online
Muhamad Yusuf Rachman Caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari PDI Perjuangan yang merupakan pengemudi ojek online (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

"Awal mulai itu mobil Uber waktu itu, cuma abis itu Uber tutup 2017 saya ganti GoJek, dulu saya narik orang, tapi udah kesini saya lebih sering GoSend (antar barang), sampai sekarang, penghasilan rata-rata lah kalau rajin mah bisa 3 bit sehari," ucapnya sambil tersenyum.

Dunia politik rupanya bukan hal baru bagi dia, pria lulusan sarjana Hubungan Internasional ini sempat terlibat aktif dalam perjuangan mahasiswa era reformasi.

"Saya waktu kuliah 1996 sempet ikut perjuangan mahasiswa, waktu itu saya aktif di Forkot, terus juga di PDR (Partai Rakyat Demokratik)," ungkapnya.

Pengalaman menjadi aktivis mahasiswa kala itu membuat mentalnya cukup yakin untuk maju sebagai anggota legislatif DPRD Kabupaten Bekasi.

Dari pengalamannya aktif dipergerakan mahasiswa era reformasi itu juga yang membawanya masuk ke dalam PDI Perjuangan. Tapi alasan utama dia maju lantaran didorong keprihatinannya terhadap nasib para pengendara ojol.

"Awalnya waktu jaman-jaman demo (pengendara ojol), waktu itukan soal tarif ya, itu saya ikut bareng temen-temen, terus saya bilang percuma kalau kita demo terus tapi suara kita gak ada yang wakilin," jelas dia.

Dari situ niat untuk mecalonkan diri mantap dilakukan Yusuf. Adapun pilihannya maju melalui PDI Perjuangan juga lantaran, teman-teman semasa aktif di pergerakan mahasiswa banyak yang saat ini masuk ke partai besutan Megawati Soekarnoputri.

"Temen-temen waktu aktif di mahasiswa, saya ngobrol-ngobrol lagi, akhirnya saya dimasukin ke PDI Perjuangan," jelas dia.

Yusuf menceritakan saat menjadi aktivis mahasiswa, tokoh-tokoh semisal Budiman Sudjatmiko atau Adian Napitupulu merupakan tokoh yang sampai saat ini memiliki kedekatan emosional dengannya.

Terlebih kata dia, Budiman Sudjatmiko, pitikus yang saat ini menjadi kader PDI Perjuangan itu, merupakan pendiri PDR di era reformasi. Adapun ketika Yusuf aktif di PDR, jabatannya adalah di Divisi Penggandaan dan Distribusi.

"Kalau sama Budiman saya punya kedekatan emosional, dulu dia sempat singgah di tempat saya pas dia keluar dari penjara," ungkapnya.

Dalam pertarungan merebut kursi parlemen, Yusuf menawarkan visi, pemerataan pembangunan untuk kesejahteraan warga Kabupaten Bekasi. Sedangkan misinya menjadi wakil rakyat yang responsif, aspiratif, humanis, dan Mandiri.

Dia juga memiliki lima program yang ditawarkan kepada masyarakat jika nanti terpilih diantaranya, pertama, mendorong dan mendukung program buka lapangan pekerjaan di Kabupaten Bekasi.

Kedua, mendorong dan mendukung pemerataan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bekasi. Ketiga, mendorong dan mendukung program kesejahteraan manula.

Keempat, mendorong dan mendukung program Pemerintah Pusat, dan kelima mendorong dan mendukung kreatifitas generasi muda.

"Tapi yang pasti saya juga ingin fokus mewakili aspirasi rekan-rekan Ojol, contoh saya pengen mendorong pemerintah bangun shelter buat pengemudi ojol supaya lebih rapih, sama tentunya aspirasi lain buat kesejahteraan temen-temen ojol," katanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved