Kalah Saing dengan Transportasi Online, Ijal Harus Putar Otak Penuhi Uang Setoran
Sejak menjamurnya transportasi online, Ijal (40) harus terus memutar otak lantaran pendapatannya sebagai sopir angkot terus menurun.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBON JERUK - Sejak menjamurnya transportasi online, Ijal (40) harus terus memutar otak lantaran pendapatannya sebagai sopir angkot terus menurun.
"Memang semenjak ada ojek online dan taksi online itu berasa banget penurunannya," kata Ijal ditemui TribunJakarta.com, Senin (11/3/2019).
Untuk menutupi uang setorannya, Ijal pun terkadang harus menarik sampai larut malam. Sebab, angkot M 11 jurusan Tanah Abang-Meruya ini memang beroperasi 24 jam.
"Sehari bisa sampai 6 rit saya narik. Kadang sampai mala juga soalnya kalau enggak gitu ya enggak bakal nutup," ujarnya.
Sepinya penumpang lantaran kalah saing dengan transportasi online hanyalah satu dari sekian banyak suka duka yang dirasakan Ijal sebagai sopir angkot.
Sebab, ia menyebut masih banyak suka duka lainnya yang harus dilalui dari kerasnya hidup di jalanan selama lebih dari 20 tahun.
Pertama, sopir angkot M 11 jurusan Tanah Abang-Meruya itu pun tak jarang harus menombok uang setoran Rp 150 ribu per hari lantaran sepinya penumpang.
"Rata-rata sehari itu dapat Rp 400 ribu, tapi itu masih kotor belum dipotong buat bensin, makan sama setoran. Kadang pernah juga buat setoran aja enggak ketutup," katanya.
Selain masalah setoran, Ijal juga harus memutar otak ketika mobil yang dibawanya mengalami kendala di jalan.
Seperti hari ini dimana ia harus menservis sendiri kendaraan yang dibawanya lantaran tak cukup uang untuk membawanya ke bengkel.
"Kalau rusaknya masih bisa ditanganin sendiri ya saya benerin sendiri karena kan enggak enak juga kalau yang punya mobil harus keluar duit lagi, yang ada malah saya gaboleh narik mobilnya lagi," kata Ijal.
Selain masalah teknis seperti itu, Ijal juga harus bersabar menghadapi berbagai macam karakter penumpang.
Terlebih, apabila ada para penumpang yang membayar ongkos seenaknya.
"Sekarang itu kan jarak dekat harusnya tuh Rp 3.000 tapi masih ada juga yang kasih cuma Rp 2.000, kalau kayak gitu kan kita mau tegur juga enggak enak tapi kalau didiemin juga kurang buat setoran. Ya musti disabar-sabarin aja dah," katanya.
• Terima Forjol, PKS Siap Perjuangkan Nasib Pengemudi Ojek Online
• Cerita Yusuf, Pengemudi Ojek Online yang Jadi Caleg DPRD Kabupaten Bekasi
Ijal mengakui bahwa saat ini sudah banyak rekan kerjanya yang beralih dari sopir angkot lantaran sepinya penumpang.
"Sekarang sudah banyak yang enggak berani narik lagi karena udah sepi, tapi kalau saya karena enggak ada kerjaan lain ya masih tetap narik walaupun sepi terus," kata Ijal.