Begini Proses Penjemputan dan Penanganan Fatir, Bocah yang Dipasung 3 Tahun di Tangsel
Dinas Sosial menyebut Fatir dipasung orang tuanya dengan cara kakinya dirantai, selama tiga tahun belakangan. Motifnya karena anak tersebut hiperaktif
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Erlina Fury Santika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNKAKARTA.COM, SETU - Zidni Khoiri Alfatiri (10) sedang berlarian di pelataran rumah singgah Dinas Sosial (Dinsos), Kademangan, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (14/3/2019).
Tatapannya tak menunjukkan ekspresi tertentu, tapi kakinya terus bergerak berlarian pelan, seperti masih lemas.
Bocah tersebut juga tak berekspresi banyak ketika menaiki ayunan di taman rumah singgah. Fatir hanya memandang ke sekitar, menatap beberapa orang yang berada di dekatnya.
Kakinya penuh luka kecil-kecil yang mulai mengering. Luka tersebut juga ada di kepalanya, terlihat di sela-sela rambutnya.
Beberapa relawan rumah singgah menjaganya penuh kesabaran. Fatir, panggilan karibnya, baru merasakan udara segar setelah dipasung di kamar rumahnya.
Keterangan sementara dari Dinas Sosial Tangerang Selatan, Fatir dipasung orang tuanya dengan cara kakinya dirantai, selama tiga tahun belakangan. Motifnya karena anak tersebut hiperaktif.
Ade, seorang ibu, relawan rumah singgah, memberi roti bantal sekepalan tangan bayi, dan langsung dilahap Fatir.
Cara makannya tak lazim, Fatir langsung memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya, dan baru perlahan dikunyah dan dicerna.
"Makannya gitu dia kaya ular. Sebelumnya juga dikasih makan nasi gitu, dimasukkan semua ke mulut," ujar Ade yang masih memegang potongan roti yang lain.
Selain Ade, ada juga Zulkarnain, pria 24 tahun asal Wamena, yang menjadi relawan rumah singgah, menjaga Fatir.
Zul, panggilan karibnya ikut ke rumah Fatir saat merelokasi bocah yang pernah menjadi korban kebakaran sehingga tangannya cacat itu.
"Pertama-tama kami datang itu sangat memprihatinkan karena kakinya itu sedang dipanco (dipasung) atau dirantai. Dan bahkan dia sendiri pun tidak dapat bergerak hanya ada di atas kasur," ujar Zulkarnain menceritakan.
Sambil menggeleng, Zul hanya bisa menyebut kamar "penjara" Fatir tak layak untuk manusia.
"Rumah juga sangat memprihatinkan. Tidak pantaslah manusia tinggal di tempat seperti itu," jelas Zul mengutarakan kesan kamar fatir yang berada di bilangan Kampung Setu RT 16 RW 4, Setu, Tangsel itu.